Pengorbanan Kedua Empat

3.3K 309 173
                                    

Pengorbanan Kedua Empat


Happy Reading ﹋o﹋

Aria tidak peduli dirinya ditinggalkan sendiri oleh Erliza. Saat ini di dalam kepalanya masih banyak pertanyaan. Dan Aria tidak akan mengemis pada Erliza untuk mendapatkan jawaban itu.

"Aria?" suara Roy terdengar di telinganya. Tetapi Aria malas untuk menjawabnya dan memulai sebuah drama baru.

"Apakah terjadi sesuatu?" kali ini suara Cecillia yang terdengar bertanya. dan Aria masih tidak ingin menjawabnya, karena dia tahu bahwa Cecillia tidak bertanya padanya.

"Aria," suara Felix berhasil menarik Aria dari segala pikirannya. Aria menatap Felix dalam diam. Aria berdoa dalam hati agar dia dan Felix tidak akan masuk ke dalam sebuah masalah yang semakin rumit. "Hanya kita berempat yang tersisa," hanya itulah yang ingin dikatakan Felix. Tidak ada pertanyaan yang mengkhawatirkan Aria sama sekali.

"Lalu?" Aria ingin mengetahui apa yang akan dilakukan Felix dalam keadaan ini. Apakah Felix akan meminta dirinya berkorban agar yang lain bisa keluar dari sini.

"Aria, kau tahu kan peraturan yang disebutkan Erliza adalah setelah pemain yang tersisa kurang dari lima orang, maka permainan ini akan dilanjutkan untuk membuat pemain tersisa tiga orang. karena itulah kurasa salah satu dari kita harus berkorban." bukan Felix yang menjawab pertanyaan Aria, melainkan malah Cecillia yang menjawab dengan penjelasan yang membuat Aria pusing. Apa susahnya langsung berbicara bahwa Aria harus berkorban.

"Kau memintaku mati secara sukarela?" sarkas Aria. Matanya menatap Cecillia dengan mencemooh, seolah-olah Cecillia adalah makhluk paling menjijikkan di dunia.

"A-Aria, bukan itu maksudku. kami hanya berpikir salah satu dari kita harus ada yang mengalah."

"Siapa yang kau sebut 'kami'?" Felix menyela ucapan Cecillia dengan dingin. "Aku tidak ingat adanya diskusi. Bagaimana denganmu?" kali ini tatapan Felix berpindah kepada Roy.

Roy hanya mengedikkan bahu tak peduli. "Aku juga tidak pernah menyetujui apapun." Cecillia hanya dapat terdiam setelah mendapatkan serangan telak tersebut.

"Kalau begitu," Aria mulai bersuara, "Bagaimana jika kau saja yang mati secara sukarela. Kau mau 'kan, Cecillia?"

Cecillia mulai merasakan hawa membunuh dari Aria. Dengan mengikuti instingnya, Cecillia melangkah menjauhi Aria. "K-kau tidak bermaksud mengorbankan aku, 'kan?"

"Aku tidak ada masalah dengan itu," Felix menyela, membuat Cecillia menatapnya seperti tikus kejepit.

"Ah, aku juga tidak ada masalah." Roy ikut angkat bicara, menyetujui usulan dadakan tersebut.

"Tidak. Kalian tidak bisa melakukan ini padaku. Kita satu tim, ingat?" Cecillia mulai menangis frustrasi. Dia tidak terima mati begitu saja hanya untuk berkorban.

"Karena itulah, kau harus membantu anggota timmu bukan?" Roy mengedip genit kearah Cecillia.

Cecillia menunjuk Roy dengan marah, "Kau bukan anggota tim. Harusnya kau yang mati." Raungnya berusaha mendekati Roy.

Felix menahan Cecillia yang ingin mendekati Roy. Dicengkramnya tangan gadis itu hingga perhatian Cecillia tertuju padanya. "Dengarkan aku. Aku lebih memilih gadis merepotkan sepertimu mati daripada hidup menjadi parasit bagi orang lain." Desis Felix tajam.

Mata Cecillia berkaca-kaca, bibirnya bergetar menahan tangis. "K-kau jahat," isaknya pelan, enggan menatap Felix untuk pertama kalinya.
Kemudian pandangan Cecillia mengarah pada Aria, tampak memelas meminta pertolongan. "K-kau tidak bisa meninggalkanku setelah apa yang kau lakukan padaku." cercanya pada Aria.

Aria memandang Cecillia bingung, "Apa yang kulakukan padamu?"
Wajah Cecillia langsung merah padam, tanda bahwa dia sedang marah. Dengan langkah menghentak dia menghampiri Aria, melewati Felix begitu saja. "Kau tanya apa yang kau lakukan?" sentaknya marah menuding Aria. "Kau telah membunuh kakakku, membantainya dengan keji, dan kau masih bertanya apa yang kau lakukan?"

Aria tetap tenang meskipun di dalamnya dia memaki Cecillia yang berani menudingnya dan berteriak di depannya. "Kakakmu?" cicitnya pelan.

"Ya, benar. Kakakku!! Kakak kembarku, Cecillia! Apa kau mengingatnya sekarang?" teriak Cecillia menggila.

"Woah, tunggu dulu," sela Roy. "Jika kembaranmu adalah Cecillia, lalu kau siapa? Bukankah kau Cecillia?" pertanyaan Roy mewakilkan kebingungan semua orang.

Cecillia tertawa keras seperti orang gila. "Aku Cellia. Aku kemari bersama kakakku, tetapi kami terpisah ketika tiba di sini. Aku tidak seperti kakakku yang pemberani, aku begitu takut. Ketika di aula saat itu aku bahkan terlalu takut melihat dia hingga lupa untuk mencari kakakku. Lalu suatu hari ada yang memberi tahuku bahwa kakakku dibunuh oleh Aria. Aku marah. Aku benci Aria yang mengambil kakakku dariku. Karena itulah aku berniat untuk membunuhmu, Aria!" Senyum licik Cecillia, ah maaf. Senyum licik Cellia terlihat begitu menjijikkan bagi Aria. Sepertinya Cecillia -Cellia- mulai kehilangan kendali dirinya.

"Siapa yang memberitahumu bahwa akulah pembunuh kakakmu?"
"HAHAHA... Memangnya siapa lagi selain-"

DORR

--- Tamat 😂 ---

*belum diedit*

Big thanks for
GithaAkachan KuroHime-sama shaqiiill sapi_imoet augustin15 Fifi_Alifya ria_annisaa Blacklips06 LusiHari_KWS deavii xskyminex TDBeye dominggus29 jeonlean30 Ops_Light allynscarleta ayam_man Hanaaarin_14 cherryeverla helenaa10 choanram annschaa YuniArsita7 and, yang lain nyusul 😀


18 Juli 2017 ©

Psycho GameWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu