// BAB 2 //

8.9K 808 148
                                    

TRAGEDI KEDUA


Aria bingung melihat orang orang hanya diam tanpa ada ketakutan ataupun kegaduhan. Padahal jelas jelas mereka melihat kejadian pembunuhan yang mengerikan. Kejadian saat seseorang mati dengan kepala yang menggelinding di lantai.

Aria melirik ke arah Cecillia dan mendapati bahwa Cecillia juga tidak ketakutan sama sekali akan hal itu. 'Aku juga tidak takut, kenapa aku mengharapkan orang lain untuk takut?' Aria tertegun dengan pemikiran yeng melintas di otaknya.

"Apakah ada yang keberatan dengan permainan ini?" Tanya Erliza di atas sana membuat Aria memusatkan pandangannya kembali ke arah panggung.

Saat itulah mata merah Aria bertemu dengan mata hijau Erliza. Indah. Itulah yang pertama kali dipikirkan Aria saat melihat mata Erliza.

"Baiklah. Jika tak ada yang keberatan saya akan menjelaskan peraturan game ini lebih lanjut." Ucap Erliza saat tidak ada jawaban dari pertanyaannya tadi.

"Peraturan di sini cukup mudah. Kalian hanya perlu mengumpulkan 1000 poin sampai hari kelulusan. Poin bisa didapatkan dengan mengambil nyawa seseorang. Setiap nyawa bernilai 5 poin. Oh, untuk bonus kalian juga mendapatkan poin dari orang yang kalian bunuh. Misalkan saja korban kalian berhasil mengumpulkan 50 poin, otomatis ke-50 poin tersebut akan berpindah kepada kalian ditambah dengan nyawa korban, maka kalian berhasil mendapatkan 55 poin. Ada yang tidak paham?" ucap Erliza mulai menjelaskan.

Karena tidak ada yang bertanya, Erliza melanjutkan penjelasannya. "Poin kalian akan dihitung oleh gelang di pergelangan tangan kalian saat ini." Lanjutnya yang sontak membuat semua orang melihat ke arah pergelangan tangan mereka masing-masing. Entah sejak kapan gelang perak tersebut telah ada di pergelangan tangan mereka.

"Gelang perak itu mengandung racun khusus yang bisa membunuh si pemakai. Gelang tersebut tidak bisa lepas dari pergelangan tangan kalian, bahkan jika kalian memotong tangan kalian, gelang itu akan langsung memecahkan racun yang akan membunuh kalian. Tapi tentu ada cara untuk melepaskan gelang tersebut. Pertama, gelang tersebut akan lepas saat hari kelulusan. Tapi jika si pemakai tidak mendapat seribu poin pada hari kelulusan, gelang tersebut akan membunuh si pemakai. Perlahan, namun menyakitkan. Kedua, gelang tersebut akan lepas jika sang pemakai berhasil mendapat seribu poin. Cukup mudah, bukan? Ketiga, ini adalah cara yang paling mudah. Gelang tersebut akan lepas jika sang pemakai telah mati." Erliza menyeringai.

"Selanjutnya, kalian akan saling membunuh di pulau ini. Pulau ini dibagi menjadi lima bagian dengan daerah ini sebagai pusatnya. Dan setiap bagian di awasi oleh seratus orang dengan seorang kepala pengawas sebagai pimpinannya. Di setiap daerah selalu ada Zona Netral. Zona Netral merupakan tempat tinggal para pengawas sekaligus tempat dimana kalian bisa aman dari segala macam pembunuhan. Tapi ingat! Kalian hanya bisa memasuki Zona Netral satu minggu sekali. Oh ya, di sini, di daerah pusat ini dilarang untuk membunuh." Dengan penuh senyum Erliza mengawasi orang orang di bawahnya.

"Selanjutnya untuk makanan. Makanan akan dikirim melalui helikopter satu minggu sekali. Tentu saja makanan-makanan itu akan dimasukkan di sebuah peti kemudian setiap peti akan dilemparkan ke pulau ini dengan area tak menentu. Di dalam peti juga akan tersedia obat obatan dan perlengkapan yang kalian butuhkan. Untuk mendapatkan peti itu kalian harus berjuang. Mungkin juga kalian harus membunuh." Seringai terukir di bibir Erliza.

"Oh! Untuk tempat tinggal kami tidak menyediakan apapun. Kalian bebas membuat tempat tinggal di manapun yang kalian mau. Besok pagi kalian akan dipindahkan ke daerah-daerah lain. Baiklah. Itu saja yang saya jelaskan. Untuk peraturan lainnya, silakan kalian baca di buku panduan siswa. Silakan beristirahat terlebih dahulu." Ucap Erliza. Erliza langsung turun meninggalkan panggung tanpa menjelaskan lebih detail lagi.

Psycho GameWhere stories live. Discover now