Fakta Kesembilan Belas

3.7K 380 59
                                    

Fakta Kesembilan Belas

Happy Readingo

"Disana, kita akan tahu apa permainan selanjutnya."

"Aria, apa kau baik-baik saja?" Tanya Felix heran melihat Aria terus saja diam selama perjalanan. Sejak bertemu dengan Erliza tadi, aura yang dipancarakan Aria benar-benar suram.

Aria hanya mengangguk pelan. Memaksakan sebuah senyuman untuk Felix.

"Felix, kekasihmu itu sedang tidak baik-baik saja. Kau ini tidak peka sekali." sinis Roy mengejek Felix.

Felix jengkel dengan ucapan Roy. Rasanya tangannya sudah gatal untuk menebas kepala Roy dalam sekali tebasan. "Diamlah kau, anjing kampung!" bentak Felix jengkel.

"Ah, cukup lama aku tidak mendengar panggilan itu." desah Roy dengan ekspresi.. nikmat?

Aria tersenyum kecil melihat interaksi Felix dan Roy. Saudara yang akur, pikirnya. "Kalian ini lucu sekali," ucapnya tersenyum kecil. Felix dan Roy terdiam dan menatap Aria yang terlihat sedih. "Seharusnya kalian sebagai saudara tidak boleh bertengkar."

"HAH?" teriak Felix kaget. "Saudara? Kau mabuk?"

"Eh?" Aria melongo, "Bukankah Roy adalah adikmu?" Tanya Aria memastikan.

Felix langsung terdiam seribu bahasa. Beberapa bayangan tentang Roy langsung memenuhi otaknya, membuat Felix bergidik ngeri.

"Aria, darimana kau memikirkan hal itu?" Roy ingin tertawa sekeras-kerasnya sekarang, membayangkan jika dia benar adiknya Felix pasti sangat menyenangkan. Tetapi dia tidak bisa tertawa, atau dia akan mati dipenggal Felix.

"Eh?" Aria semakin melongo, "Aku hanya asal menebak." Jawabnya polos.

"Kau asal menebak dan tidak menanyakan kebenarannya?" sentak Felix setelah sadar dari rasa ngerinya.

"Kenapa kau seolah membentakku?" bentak Aria, "Aku tidak asal menebak. Tetapi dari ekspresimu saat melihat Roy, makanya aku berspekusali seperti itu." Sungut Aria.

"Em," gumam Roy. "Sebenarnya yang benar berspekulasi." Koreksinya.

"Aku tahu," bela Aria. "Lagi pula aku hanya berpikir bahwa Roy adalah adikmu, apa salahnya?" tantang Aria.

"Tentu saja salah!" bentakan Felix membuat Aria langsung terbungkam. "Tidak ada yang bisa menyamai adikku di dunia ini. Dan juga, Roy adalah orang yang membuat adikku berubah." lirih Felix.

"Aku tidak mengerti," ujar Aria dengan polosnya.

Felix mulai sebal dengan Aria yang begitu sulit memahami. "Kau tidak usah mengerti. Kita hanya harus fokus dengan perjalanan ini." putus Felix pada akhirnya.

Aria mengikuti Felix tanpa sepatah kata pun. Wajahnya terlihaht suram, tetapi tidak ada yang menyadarinya. Entah apa yang ada di pikiran Aria saat ini.

Sementara Roy tersenyum tanpa dosa, seolah-olah dia tidak terlibat sama sekali. Dia Dengan langkah ringannya berjalan mengikuti Felix, tetapi tetap berusaha menjaga jarak dengan Aria. Hal itu tidak disadari oleh Aria maupun Felix.

***

"Apa kau yakin dia orangnya?" pria bermata hijau itu bertanya kepada sesorang yang berdiri di belakangnya.

"Ya," jawabnya dengan suara serak. Dirimya begitu santai berdiri di belakang kursi yang diduduki Si Pria Bermata Hijau, mengamati monitor di depan mereka dengan seksama.

"Dia terlihat lebih muda." Pria bermata hijau itu menggumam, masih tidak yakin dengan seseorang yang dilihatnya lewat layar monitor di hadapannya.

"Tapi dia memiliki kemampuan. Dialah yang membunuh kedua orang itu." Pria yang berdiri di belakangnya kembali berbicara, berusaha meyakinkan bahwa dia tidak salah orang.

"Ya, jika kau berbicara seperti itu aku hanya menurut saja." Pria bermata hijau mengangkat bahu tidak peduli. "Permainan ini sudah hampir selesai, jadi kita bisa memulai permainan baru. Bukan begitu, Master?" dia menyeringai.

Pria yang berdiri di belakangnya, yang dipanggil Master hanya bergumam kecil sebagai jawaban.

"Kita akan memulai permainan baru."

°To be Continue°

Mampusss :v ceritanya makin kacau -____- Akhh :v rasanya mau hatus lagi aja :3 Kurang yakin sama cerita ini untuk ke depannya. Atau aku nekat lanjutin aja?/ njirr :" Remaja labil dah =.=

Btw, ada yang mau bantuin diriku bikin cerita baru? Soalnya cerita ini sudah mendekati kepunahan (?) Cerita barunya tentang adiknya *sensor* Fe*sensor*lix :v Diriku cuma belum nemuin alur pembunuhannya, jadi butuh saran :3

Sesi curhat yang terakhir yaitu, mohon maaf karena telat update *pundung*// diriku sibuk ngestalk--eh, belajar. Jadi gak sadar kalau Minggu telah berlalu :3

10 Januari 2017 ©

Psycho GameWhere stories live. Discover now