Kekejaman Ketiga

7K 805 145
                                    

Kekejaman Ketiga

Hai ≧﹏≦ Psycho Game balik lageh ::>_<:: Ada yang nunggu cerita inih? Pasti nggak ada xD

Wk~ serah yee.... yang penting ane cuma mo ngomong,, kalo cerita inih tidak jadi dipublish sebulan sekali = ̄ω ̄=

Maapin kelabilan ane :'v ane cuma risih ajha dengerin celotehan temen temen yang pengen cerita inih cepet-cepet dilanjut :'v

Budayakan Voted sebelum membaca :'3

Happy Reading ﹋o﹋

'Game ini telah dimulai'

Bagaikan seorang iblis tak berperasaan Aria mencongkel mata Cecillia. Mengeluarkan bola mata itu dari tempatnya.

Cecillia berteriak keras merasakan bola matanya copot. Darah sudah mengalir deras dari matanya dan bercampur dengan air matanya. Rasanya sangat perih.

Mendengar teriakan Cecillia yang sangat nyaring membuat Aria merasa terganggu. Aria mencabut bola mata Cecillia yang menancap di ujung pisaunya tanpa merasa jijik sekalipun. Kemudian ia menyeret tubuh Cecillia yang sudah lemah tak berdaya untuk bersandar di pohon. Setelah menyandarkan tubuh Cecillia, Aria berjongkok di depan tubuh Cecillia. Mengamati wajah Cecillia yang sarat akan kesakitan, ketakutan, serta darah yang berlumuran diseluruh wajahnya.

Setelah puas menikmati wajah Cecillia, tangan Aria menyeruak masuk kedalam mulut Cecillia. Ditariknya keluar lidah Cecillia dengan jari tangannya. Cecillia terkejut merasakan tangan Aria yang menarik keluar lidahnya. Sesaat kemudian, keterkejutan Cecillia berubah menjadi kesakitan yang amat sangat. Kesakitan yang baru pertama kali ia rasakan. Rasa sakit itu menjalar didalam rongga mulutnya. Cecillia sadar, lidahnya sudah tak ada. Dia sudah tak dapat merasakan lidahnya lagi.

Aria dengan santainya memotong lidah Cecillia menggunakan pisaunya. Bagi dia ini masih belum apa-apa. Ini hanyalah pembukaan. Andai saja disini ada senjata yang lebih besar dari pisau, ia akan memulai pertunjukan selanjutnya. Hanya saja disini hanya ada pisau, mau tidak mau ia harus melakukannya pelan-pelan.

Seakan Tuhan mendengar harapan Aria, tiba-tiba saja ia mlihat sebuah senjata di dalam peti Cecillia yang tergeletak tidak jauh dari tubuh Cecillia. Aria mengambil peti tersebut dan membuka isinya. Bingo! Sesuai dugannya di dalam peti tersebut terdapat sebuah senjata. Sebuah kapak. 'bagaimana dia bisa mendaptkan ini? Bukankah setiap siswa hanya diberi sebuah pisau saja' batin Aria heran.

Aria tersadar dari lamunannya saat mendengar suara rintihan. Dia menengok kesamping dan benar saja. Cecillia, dengan tubuh lemahnya mencoba melarikan diri darinya. Mencoba kabur dari seorang Aria Vermillion. Mungkin karena rasa sakit di mata dan juga mulutnya membuat ia mengeluarkan suara.

Dalam sekejap Aria sudah berhasil meraih tangan Cecillia dan menariknya hingga membuat Cecillia jatuh. Dengan seringaian mengerikan, Aria mengangkat kapak di genggamannya tinggi-tinggi. Dan dalam sekejap mata kapak itu sudah menancap di tanah. Menancha'i p dengan mulusnya setelah berhasil memotong 'sesuatu'. Seketika itu juga teriakan Cecillia terdengar memekakan telinga. Rasa sakitnya sangat luar biasa. Ia tak tahu apa yang baru saja Aria lakukan padanya. Diliriknya bagian kakinya dan betapa terkejutnya ia saat melihat kaki bagian bawah hingga lututnya telah terpisah dari pahanya. Kakinya telah dipotong oleh Aria. Darah mengucur deras dari mata, mulut, serta pahanya. Bahkan aroma anyir darah memenuhi udara disekitar mereka.

Dan disinilah malam kegilaan ini berlalu. Malam dimana seorang Aria Vermillion menunjukkan sifat aslinya. Malam dimana seorang Cecillia hanya merasakan kekejaman dunia ini.

.

.

.

Pagi telah datang. Matahari telah bersinar menggantikan tugas sang rembulan. Aria telah selesai mengerjakan apa yang harus dilakukannya. Ia berdiri dan mengelap peluh di dahinya dengan tangannya yang penuh akan darah.

Ia memandang ke bawah dan melihat tubuh Cecillia sudah tak berbentuk lagi. Sudah tak ada sehelai benang pun di tubuh Cecillia. Mata kanannya sudah tidak berada pada tempatnya. Lidahnya entah ia buang kemana. Kaki kirinya sudah terpisah dari pahanya. Kesepuluh jarinya sudah berceceran di tanah. Tangan kanannya sudah penuh akan sayatan pisau sehingga membuat Aria dapat melihat tulang Cecillia. Bahkan isi perutnya sudah berceceran dimana mana. Namun anehnya Cecillia masih bernapas. Aria dapat merasakan napas Cecillia walupun napasnya sangat lemah.

Karena sudah lelah, Aria memutuskan untuk segera mengakhiri ini. Diambilnya tali yang ada dalam petinya. Mungkin tali itu disediakan agar murid dapat membangun tenda. Entahlah. Dia tidak peduli.

Perlahan, Aria mengikat tubuh bagian perut Cecillia. Aria mengikatnya sangat kuat hingga membuat darah langsung keluar dari perut Cecillia seperti orang muntah. Bahkan ada juga organ dalam Cecillia yang langsung jatuh dari perutnya. Tapi sudahlah. Toh sejak awal perutnya memang sudah kacau.

Aria melempar ujung tali yang memang disisakannya ke salah satu dahan pohon hingga berhasil memutari dahan itu. Ditariknya ujung tali tersebut hingga membuat tubuh Cecillia yang diikat di salah satu sisi menjadi sedikit terangkat. Ditariknya terus tali tersebut sampai membawa tubuh Cecillia terangkat cukup tinggi. Kemudian diikatnya ujung tali yang digenggamnya ke batang pohon. Dan selesai! Semuanya sudah beres. Cecillia pasti akan segera mati.

Setelah menyelesaikan 'pertunjukan'nya, Aria mengambil senjatanya dan memasukkan ke peti miliknya. Tak lupa juga ia mengambil isi peti milik Cecillia.

Saat akan beranjak pergi, Aria melihat bola mata Cecillia. Diambilnya bola mata itu dan dimasukkannya ke dalam peti. Biarlah ini menjadi kenang-kenangan untuk Aria. Kenang-kenangan tentang orang kedua yang dianggapnya sebagai 'teman'. Orang kedua yang telah mengkhianati kepercayaannya.

'Semuanya telah hancur'

°To be Continue°

Wk~ Gimana ceritanya?? Alurnya kecepetan gak xD Maap yak,, ane buat cerita ini cuma sejam :'v itupun buatnya diwarnet,, jadinnya inspirasinya sempit xD

Kalo ada kritik dan saran jangan pelit-pelit yakk ㄟ(≧◇≦)ㄏ

15 Januari 2016 ©

Psycho GameWhere stories live. Discover now