#10: Selangkah Lebih Maju

Mulai dari awal
                                    

"....................apa yang terjadi?" tak disangka, taehyunglah yang memulai pembicaraan. ya. taehyung sungguh mengeluarkan suaranya. ia sudah tak bisa menunggu lebih lama lagi. ntah karena hanya asal tebak atau feeling nya memang kuat, taehyung merasa bahwa ada hal penting mengenai jungkook yang hendak jimin sampaikan.

di sisi lain, jimin bertahan dengan mengunci bibirnya. pria muda itu masih memutar otak, mencari cara bagaimana agar taehyung tidak down atau kembali emosi berlebihan ketika mendengar perkataannya nanti. apakah ia harus mengatakannya? atau ia harus menyembunyikannya hingga waktu yang tak ditentukan? tak mungkin juga ia menceritakan pada seokjin, karna nyatanya itu tak berpengaruh banyak. akhir-akhir ini seokjin sering pulang terlambat karena pekerjaan juga riset-riset yang sedang dikerjakannya, dan jimin pikir...... itu sama sekali tak akan membantu.

"jimin-ah?" panggil taehyung pelan. ia memang terlihat pucat dan tak bertenaga, karena sejak pagi taehyung belum mau menyentuh sarapannya. tapi karena begitu tak sabar mendengar penjelasan dari jimin, taehyung terus melakukan desakan agar sahabatnya mau membuka suara. bahkan taehyung sempat meremas lengan jaket jimin, memperlihatkan bahwa ia sungguh membutuhkan informasi sekecil apapun.

".................kumohon" taehyung berkata sangat lirih. hingga jimin sendiri tak tega mendengarnya.

jimin semakin tergoyahkan hatinya. tanpa diperintah, ia menghembuskan nafas dari mulutnya dengan kasar. hhhhh, semoga keputusannya ini benar.

"baiklah, kuberitahu ketika kau berhasil menghabiskan sarapanmu" jawab jimin singkat, seraya melemparkan pandangannya pada sebuah nampan kayu yang masih lengkap dengan hidangannya di sisi kanan taehyung.

taehyung meringis kesal sambil menggelengkan kepalanya sebagai tanda penolakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

taehyung meringis kesal sambil menggelengkan kepalanya sebagai tanda penolakan.

"ya sudah, kalau begitu aku pulang. dan jangan harap aku bercerita padamu masalah ini" jimin mengancam. baginya, itu adalah satu-satunya cara agar taehyung mau memakan seluruh makanannya. tak ada lagi orang yang dapat menaklukkan sifat keras kepala taehyung, baik bibi dan paman lee hingga seokjin sendiri. semua menyerah. mereka membiarkan taehyung bertindak semaunya, asal itu masih dalam tahap wajar dan berada dibawah pengawasan. mereka lebih tidak ingin melihat taehyung kembali jatuh sakit karena tekanan-tekanan yang diberikan seokjin, karena mau tidak mau itu menambah beban pikiran taehyung. hmmm, jangan lupakan fakta bahwa kakak sulung taehyung adalah seorang dokter. ia pasti tahu apa yang terbaik untuk adik kesayangannya.

"kumohon pahami keadaanku jimin-ah! bagaimana aku bisa makan, saat aku sendiri tak tahu apakah selama ini adikku makan dengan baik atau tidak!" tiba-tiba taehyung membalas perkataan jimin hingga meninggikan suaranya. memperlihatkan bahwa ia tak terima dengan perkataan jimin. satu hal yang tak disadari oleh taehyung, ia tak sengaja mengucapkan satu alasan yang selama ini jimin tunggu. ya, alasan mengapa ia sangat sulit untuk menyentuh makanan-makanan yang telah disajikan. mendengar hal itu, jimin tak dapat menyembunyikan senyum tipisnya.

"percayalah padaku, jungkookie baik-baik saja" sahut jimin dengan tenang. ia juga tak mau emosinya ikut tersulut. satu-satunya cara mengimbangi emosi labil taehyung adalah sikap tenang yang kita miliki.

Himnaeseyo [BTS Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang