15 - Di Pesta Itu

1.5K 68 11
                                    

Yang Takkan Lekang Oleh Waktu 15

Di Pesta Itu


"Sivia-nee, bangun!" Bagas mengibas-ngibaskan lap tangan ke wajah Sivia. Sivia masih tertidur pulas seperti Anna di film Frozen. Tidak bisa dijabarkan kacaunya. Bagas mulai kesal. Ia tahu kakaknya pemalas, tapi apa harus dia tidur terus-menerus? Setidaknya bangun pagi meskipun hari libur.

"Sivia-nee!"

Bagas kesal. Namun tak hilang akal.

"SIVIA-NEE BANGUN ADA KEBAKARAN!!" teriak Bagas di telinga Sivia, membuat gadis itu terlonjak.

"Shinken desu ka?! [1]" teriak Sivia. "Mana?!"

"Di hatimu, nee-san!! Bangun! Ada undangan nih!" Bagas meletakkan undangan itu di nakas Sivia. Sivia mengambil undangan itu dan terbelalak membacanya. Ia buru-buru menelepon Obiet untuk memastikannya.

"Obiet!! HELP ME PLEASE!!"

Obiet di seberang sana yang sedang berada di pusat kebugaran, sedang berjalan di treadmill sambil mendengarkan musik, menjauhkan ponsel dari telinganya.

"OMG, dude seriously! Gue lagi di gym! Lo tau kan gue mau bikin body lebih bagus dari yang dulu-dulu? Buat memikat cewek Vi! Terus – "

"OBIET SAYANGKU MANISKU SAHABATKU DARI LONDON YANG GANTENG LUAR BIASA, SAMPAI DISUKAIN SAMA CEWEK-CEWEK DI KAMPUS LO YANG PRESTISIUS ITU, GUE PUNYA CARA SUPAYA LO BISA DAPET CEWEK LEBIH CEPET!! GA PERLU SAMPE LO SHIRTLESS DI LAPANGAN KAMPUS DEH!!"

"Siapa yang mau shirtless di kampus?!" nada bicara Obiet terasa bahwa ia kesal. "Gue masih punya harga diri, Vi!"

"Berapa harga diri lo?! Cepe'an?!"

"Tak terhingga! Udah ah Vi cepetan, mau lo apa? Gak to the point gue matiin nih! Ganggu musik favorit gue aja!!"

"Biet, temen gue mau nikah. Gue diundang ke resepsinya. Plis lo temenin gue? Sebagai temen? Please? Ntar malem acaranya!"

Obiet di seberang sana tersenyum manis walau hatinya kesal. "Via, kenapa harus gue?"

"Siapa lagi emangnya? Si pesek alias Mario? Jijik deh, ogah. Mending elu aja. Seengganya muka lo layak lah jadi pajangan! Muka lo itu bisa memikat cewek! Siapa tahu jodoh lo di sana, Biet!" cerocos Sivia dan Obiet tertawa kecil.

"Ya udah. Gue jemput di lobi apartemen lo ya?"

"Lo jangan pake pomade, Biet! Rambut keriting lo udah oke! Lumayan buat gaet cewek, biar lo nggak ditanya sama ortu lo terus!!"

"Kaga lah! Udah berhenti pake pomade gue!"

"Lo jemput pake mobil lo yang biasa?"

"Iya! Udah ya, bye!"

Sivia mematikan ponselnya dan meloncat-loncat gembira. Waktunya ke salon!

Di seberang sana, Obiet membereskan tasnya. Pikirannya melayang saat kedua orangtuanya selalu menyinggung soal pacar. Ya Tuhan, usianya belum sampai 25 tahun! Obiet bahkan masih melaksanakan S2-nya supaya bisa mendapatkan karier yang maksimal. Bukannya ditanya kemajuan karier malah ditanyain soal jodoh. Miris kan, Biet?

Well, Obiet bukannya tak pernah memikirkan soal pacaran. Di Inggris, Obiet termasuk primadona di kampusnya. Mereka menganggap Obiet itu menarik. Tak heran dia digemari banyak gadis, bahkan dihujani cokelat saat Valentine Day oleh gadis-gadis Jepang [2].

Semua itu menyebabkan Obiet terlihat seperti playboy di mata banyak orang. Padahal Obiet bukanlah seorang playboy. Ia hanya memperlakukan perempuan sebagaimana mestinya, dan tak bermaksud membuat para gadis itu baper alias bawa perasaan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 14, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Yang Takkan Lekang Oleh WaktuWhere stories live. Discover now