11 - Side Alvin and Sivia - 1

1.4K 81 2
                                    

Yang Takkan Lekang Oleh Waktu 11

Side Alvin and Sivia - 1

Italic (lagi) untuk flashback.


Dari sekian banyak lelaki yang pernah ada di hidup Sivia, lelaki ini yang paling dibenci olehnya.

Tetapi, entah bagaimana Sivia bisa jatuh cinta dengannya. Terlebih lelaki ini pernah bersikap agak rasis kepadanya.

"Halah, dasar cewek Jepang."

"Diem lo, jabrik Korea."

Seperti itulah yang mereka lontarkan apabila mereka bertengkar. Apalagi zaman mereka masih awal mengenal.

Dan ternyata, cinta dan benci itu beda tipis. Sivia mengakui hal ini, walaupun pada akhirnya ia masih membenci Alvin - hingga kini.

***

Sivia benci perselingkuhan.

Karena ia pernah mengalaminya sendiri.

Kala itu, ia masih berseragam SMA. Memutuskan untuk jalan-jalan ke mall dengan Pricilla dan Ify, refreshing sebelum Ujian Nasional. Dan saat itu juga, di salah satu restoran, Sivia memergoki Alvin yang tengah berduaan dengan seorang gadis bule. Dalam posisi yang tidak bisa diterima oleh Sivia.

Sivia pulang sendiri, meninggalkan kebingungan di wajah Ify dan Pricilla. Dan kepanikan di wajah Alvin. Pemuda keturunan Korea itu mengejarnya. Menyusul Sivia ke apartemennya. Tapi percuma, Sivia sudah tidak mau mendengarnya.

Dan esoknya Alvin benar-benar sadar kalau ia sudah ditendang jauh dari kehidupan Sivia. Seluruh kontaknya diblokir, tidak bisa menghubunginya lewat orang lain, dan yang terbaru, Sivia pindah apartemen.

Bukan hanya Alvin yang kalang-kabut. Sivia juga. Konsentrasinya hancur sebelum ujian. Dan akibatnya, nilainya menurun, walau ia tetap lulus.

Detik itu juga, Sivia benar-benar membenci Alvin dalam hidupnya.

***

"Hey." Obiet tersenyum di dekat pintu ruang kelas Sivia, saat kuliah Sivia selesai.

"Hey Biet." Sivia tersenyum cerah. Seakan baru mendapat voucher belanja seumur hidup.

"Ada waktu?"

"Biet, gue masih ada kelas, dua jam lagi."

"Doesn't matter, kita makan yuk? Kantin Pascasarjana enak loh, makanannya sedap semua. Yah kalau kamu mau sih. Gimana?"

Sivia tampak menimbang-nimbang lalu ia mengangguk.

"Fine. Tapi lo yang bayar?"

"Siap Vi! Kan aku ini yang ajak."

Obiet menarik tangan Sivia dan mengajaknya keluar gedung FISIP. Keduanya berjalan menyusuri pedestrian kampus menuju gedung Pascasarjana, ke lantai dua. Tampak kantin yang tidak terlalu ramai. Wajar saja, memangnya mahasiswa Pascasarjana seberapa banyak?

***

Keduanya memilih meja di ujung. Obiet memesan bakso dan Sivia memutuskan memesan semangkuk mie ayam. Keduanya memilih jus jeruk sebagai minuman mereka.

"Gimana kuliahnya Vi?" tanya Obiet berbasa-basi.

"Nothing special Biet. Gitu-gitu doang, ga ada perubahan."

"IPK-mu bagus?"

"Yah... Gitu deh."

Obiet menatap Sivia lekat-lekat. Membuat gadis itu risih.

Yang Takkan Lekang Oleh WaktuWhere stories live. Discover now