7 - Sivia, Obiet, Alvin

1.7K 104 17
                                    

Yang Takkan Lekang Oleh Waktu 7

Sivia, Obiet, Alvin.

Warning : Badboy!Alvin.


Sivia menguap bosan selama perkuliahan.

Ia benar-benar mengantuk. Tadi malam ia berbincang dengan Obiet melalui telepon hingga ia jatuh tertidur. Sialnya, Sivia bangun agak kesiangan, padahal salah satu mata kuliahnya dijadwalkan pagi hari. Dan dasar Ify, ketika Sivia menjemputnya, yang menyambut Sivia adalah ayahnya Ify, yang mengatakan kalau Ify pergi ke kampus lebih dulu menggunakan ojek.

Ify sialan, kalau mau duluan, bilang dong. Begitulah umpat Sivia dalam hatinya. Ify itu teman atau bukan sih?

"Besok kalian cari kelas, kita akan melakukan post test besok, sekalian mengganti jadwal bulan lalu saat saya tidak masuk." lalu dosen itu keluar kelas. Rekan-rekan Sivia mengumpat.

Sementara itu, Sivia kaget bukan kepalang. Bisa-bisanya dosen ini berniat mengganti jadwal yang kosong bulan lalu! Mana gadis berkewarganegaraan Jepang ini tidak menyimak pula!

"Day!" mengesampingkan ego, Sivia mendekati Dayat yang sibuk dengan laptopnya.

"Eh Via, ada apa nih?" tanya Dayat ramah.

"Gue mau pinjem catetan yang tadi dong! Gue mau fotokopi nih!" pinta Sivia tanpa sopan santun sama sekali.

"Bentar ya Vi. Ini dikit lagi aku salin ke word." Dayat dengan lincah mengetik di laptopnya dan semenit kemudian menyerahkan catatannya dalam bentuk fisik itu.

"Aku sekarang membiasakan mencatat di gadget, soalnya kalian kalau minjem catetan, kadang suka ada yang ilang. Daaah Via~" Dayat mematikan laptopnya, memasukkannya ke dalam ransel, dan pergi. Sivia memutar bola matanya.

"Urusai. Sok disiplin!" gumam Sivia.

xOx

Sivia kini duduk di kantin, dengan Obiet di hadapannya. Pemuda ini asyik minum coke kalengan, sedangkan Sivia menyantap batagornya.

"Jadi, ada cowok cupu yang ngejer-ngejer lo? Sound psycho," ejek Obiet dan Sivia tertawa.

"Yeah, gue gak tau oke, itu kedengerannya saiko atau nggak."

"Buat gue sih, sorry ya, itu psycho. Kalau gue jadi lo, udah gue tolak," Obiet terkekeh.

Ify berjalan menuju mereka disusul oleh Mr. Demir.

"Di sini lo Vi? Haha, gue kira lo di mana."

"Eh Fy lo sialan banget ya ninggalin gue tadi!" gerutu Sivia. Pandangannya beralih kepada Mr. Demir. "Good afternoon, sir," sapanya sopan.

"Good afternoon, Miss Nakagawa," jawab Mr. Demir kalem.

"Gue sama Mr. Demir ada urusan di ruang dosen. Kalau gue udah selesai, gue chat oke?"

"Eh, kamu temannya Sivia?" tanya Obiet. Ify mengangguk.

"Cool. Kamu cantik. Sangat cantik," puji Obiet dengan nada menggoda, membuat pipi Ify bersemu merah, dan Mr. Demir plus Sivia terkikik geli.

"Dan anda? Mahasiswa juga?" tanya Obiet kepada Mr. Demir. Tangannya terulur, mengajak bersalaman.

"Rahadian Ibnu Demir. Bukan, saya dosennya Fyvian." Mr. Demir menyambut tangan Obiet.

"Obiet Andrew. Mahasiswa S2 Ilmu Hukum. Wah, saya kira, mahasiswa juga."

"Saya duluan ya, mari..." Mr. Demir dan Ify berlalu.

Yang Takkan Lekang Oleh WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang