13 - Ify's Nightmare

1.5K 81 0
                                    

Yang Takkan Lekang Oleh Waktu 13

Ify's Nightmare


"Mempelai pria tidak ada di kamarnya!"

...

"Dia kabur!"

...

"Saya sudah menikahi perempuan lain!"

...

"Kak Zevaaaa~ kakak ... kita beli es krim yuk? Jangan di kamar terus dong kak ... kak aku buka pintunya ya?" pintu perlahan dibuka dan muncullah sosok gadis, tergeletak di lantai kamarnya, bersimbah darah dari pergelangan tangannya sendiri.

"KAK ZEVAAAAAAAA!!!"

Ify bangkit dan dengan cepat menyibakkan selimutnya sambil terengah-engah. Jantungnya berdegup kencang, tenggorokannya kering, dan ia berkeringat dingin. Ify meraih ponsel di meja samping tempat tidurnya.

Pukul 01.00 dinihari.

Ify memijat pelipisnya. Mimpi buruk lagi. Mimpi yang sama seperti hari-hari sebelumnya. Hari sesudah pemakaman kakakknya, dua minggu setelah kejadian itu, lalu hari berikutnya, minggu berikutnya, dan bulan berikutnya. Semuanya seperti roll film yang terus diputar hingga Ify muak.

Ify lelah, Ify ketakutan, Ify tertekan, dan merasa bersalah juga benci kepada dirinya sendiri. Sampai kini ia masih berandai-andai, kalau saja ia datang ke kamar kakaknya beberapa jam sebelumnya, kakaknya tidak akan seperti itu.

Pernikahan yang batal, wajah kecewa kakaknya, darah, jasad, garis polisi, petugas forensik, rumah sakit, tangis orangtuanya, tangis adiknya, pemakaman, semua melekat di pikiran Ify. Melekat tanpa bisa dilepas lagi.

"Kak Ify?" Rafi membuka pintu kamar Ify dan menengok ke dalam.

"Rafi, belum tidur?" tanya Ify dengan suara serak.

"Kebangun kak, aku mau ambil minum, haus sih," Rafi mendekati Ify. "kakak mimpi buruk?" selidiknya.

"Bukan, bukan mimpi buruk, tapi ..." Ify terdiam, lalu menggeleng pelan, dan tiba-tiba meraih Rafi dan memeluknya erat. Ify menangis di pelukannya.

"Malam ini ... Rafi tidur di kamar kakak ya?" pinta Ify pelan. Rafi terdiam, dan ia sadar kalau kakaknya memang bermimpi buruk.

***

Jam 02.00

Lampu kamar Sivia masih menyala. Sivia masih berkutat dengan tugas kuliahnya. Ia masih mau menyelamatkan nilai-nilai kuliahnya yang terasa pas-pasan. Lagipula, malu juga sama Ify dan Obiet.

"Laper gue, tapi jam segini makan apaan yak?" gumam Sivia. Ia akan beranjak menuju dapur apartemennya, ketika pintu apartemennya diketuk.

Sivia membuka pintu apartemennya, dan yang muncul di hadapannya adalah, seorang remaja lelaki dengan barang bawaan berupa sebuah ransel dan koper kecil.

"Bagas?" Sivia mengerutkan kening. Adik laki-lakinya yang sebetulnya tinggal di Kanagawa bersama orangtua Sivia. Adiknya ini baru lulus SMA, namun gagal seleksi masuk perguruan tinggi sehingga ia memutuskan untuk menunggu tahun depan sambil bekerja. Dan Sivia heran, untuk apa adiknya datang ke Indonesia?

Bagas mengangguk pelan. Sivia mengajaknya masuk, bahkan membantu menyeret kopernya.

***

"Kabur? Kau merencanakannya dari awal?" tanya Sivia lekat-lekat saat menanyai Bagas. Tangannya memegang sebuah paspor dan visa. Bagas mengangguk, menghirup sedikit teh hijaunya, lalu meletakkan gelasnya kembali.

Yang Takkan Lekang Oleh Waktuजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें