#9: Awal Dari Perjuangan

Mulai dari awal
                                    

"hey, mengapa kau diam saja?" bang sihyuk mulai tertarik pada bocah di depannya. ia putuskan untuk mengambil posisi duduk tepat di samping jungkook.

jungkook tak bergerak. ia masih menundukkan kepalanya. canggung. satu kata itulah yang memenuhi pikirannya. jadi........ ia harus bagaimana?

"apa kau menyesal telah ikut bersamaku ke seoul?" tanya bang sihyuk penasaran. ia tak habis pikir dengan perubahan sikap jungkook yang terkesan tiba-tiba.

jungkook menggeleng pelan dan masih bertahan untuk tidak menatap kedua mata bang sihyuk.

"lalu?" tanya bang sihyuk semakin memancing.

jungkook tetap tak bergeming. ia beranikan diri untuk mengangkat kepalanya. dan benar saja, nampaklah wajah pucat dan keringat dingin bercampur menjadi satu.

"hey jungkook-ssi. apa kau sakit? haruskah aku mengantarmu ke rumah sakit?" bang sihyuk semakin panik ketika melihat wajah pucat jungkook. ia bahkan telah mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi sang sekretaris.

"maaf" satu kata meluncur dari mulut jungkook.

".........maaf?" bang sihyuk semakin tak mengerti. ia kerutkan dahinya, mencoba mencerna satu kata ambigu yang diucapkan sang calon artis.

"maaf karna aku bertindak tak sopan padamu sebelumnya" jungkook berucap pelan ditengah keraguannya. tanpa diperintah, jungkook segera berdiri menghadap bang sihyuk yang sedang terperangah tak percaya.

".............kumohon bimbinglah aku untuk kedepannya. um, setidaknya.......... buat aku menjadi sosok yang lebih baik" jungkook melanjutkan perkataannya kembali. ia pun berinisiatif untuk membungkuk 90° sebagai tanda permintaan maaf, juga permohonan sederhananya.

"sudahlah, tak perlu mencemaskan hal itu. aku tahu kau tak punya kerabat di seoul. di sisi lain, akulah yang membawamu kesini. dan ya, itu sudah menjadi kewajibanku untuk membuatmu terkenal. kau akan menjadi aset terpenting bagi perusahaan ini. percayalah, kau tak akan pernah menyesal mengambil keputusan ini" bang sihyuk beranjak dari tempat duduknya, lantas menepuk bahu kanan jungkook sebagai salah satu cara untuk menyemangatinya.

"terima kasih.......... bang pd nim" sekali lagi, jungkook membungkukkan badannya.

sebenarnya, jungkook juga tak mengerti dengan keputusannya yang terbilang tak masuk akal. ia masih tak memiliki obsesi untuk menjadi seorang artis. semacam.......... hal ini seperti mengalir begitu saja? tak ada rencana atau motif apapun dibalik keputusan gilanya. ia bisa saja diam-diam membunuh bang sihyuk, karena telah membuatnya menanggung begitu banyak penderitaan. seperti membuat hyung yang dulunya sangat ia sayangi kehilangan masa depannya, dan membuat jungkook sendiri kehilangan masa mudanya. namun sayang, ia tak bisa melakukan rencana bodoh itu. hatinya terus memerintahkan hal-hal yang berada di luar kendali otaknya. ini............... sangat aneh bukan?

.

bahkan jungkook sempat berpikir... apakah ini semua berkaitan dengan mimpi yang sudah lama ia pendam, sehingga tak mau lagi kehilangan kesempatan emasnya? atau mungkin rasa kecewa berat yang ia dapatkan karena taehyung, dan semakin mendorongnya untuk menjadi manusia yang lebih baik? ah! persetan dengan pikiran liarnya.

.

"jja, kau baca dulu surat kontrak ini. jika kau menyetujui semua perjanjian yang sudah tertulis, kau bisa menandatanganinya" bang sihyuk menyodorkan beberapa lembar kertas putih, dan langsung diterima oleh jungkook.

jungkook tak membaca seluruh tulisan pada kertas tersebut. ia hanya melihat sekilas, kemudian membalik ke halaman selanjutnya. ia tak begitu tertarik akan isi di dalamnya. karena menurutnya, isi surat perjanjian itu tidaklah penting. toh ia juga masa bodoh dengan jumlah uang yang akan didapatnya kelak.

Himnaeseyo [BTS Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang