Salad

53 6 0
                                    

I feel butterflies in my stomach whenever you hold my hand tightly.

I feel nervous whenever you move your face until an inch with mine

I feel warm and comfort whenever you hug me.

Is it what we call love?

-(Cheonsa)-

✳✳✳✳✳✳✳✳✳✳✳✳✳✳✳✳✳✳✳✳

"Jangan panggil aku idiot". Ucapku sambil memajukan bibir bawahku dan mengecakkan pinggangku sesekali.

"Ayolah, akui saja. Itu fakta. Tidak mungkin kan seseorang bisa hidup hanya dengan makan ayam. Normal sikit napa sih?". Balasnya sambil menyipitkan matanya dengan tawa mengejek.

Aku hanya membalasnya dengan sedikit berdecak dan lanjut memakan ayam goreng tanpa tulang yang sudah dibumbui itu.

"Nah, makan punyaku, salad is good for your health". Diulurkannya mangkok plastik berukuran small itu yang berisikan buah-buah segar yang tinggal tak seberapa itu.

Warnanya bagus. Check.
Wangi. Check.
Kelihatannya enak. Check.

"Yasudah. Kita tukaran saja, giman-"

"Bilang aja mau"

Seketika sudah ada pepaya yang masuk ke dalam mulutku. Cukup diakui, saladnya enak~

"Uia ernamk~, arga gagi?" Ucapku antusias sambil mengunyah pepaya itu dengan senyuman lebar.

"What did i say huh? Let's go get it again friend!!" Balasnya antusias sambil tersenyum lebar dan merangkul leherku.

Tapi, kok .......friend?

▫ ▫ ▫

Fresh Fruits Court, 8.00am.

"Pilih. Mau coklat as topping or mayonnaise?"

"Dua-duanya boleh"

"Dragon fruit or grapes?"

"Dua-duanya boleh"

"Yogurt or milk?"

"Dua-duanya boleh"

Diberhentikanya keranjang belanjanya sambil menatapku kesal. Dengan memakai kaus basket warna merah tanpa lengan, celana stabilo kuning selutut, dan dengan wajah seperti itu, aku akui, dia cukup menggemaskan untuk dikerjai.

"Plis deh Young Ah, pilih satu kek atau apa, gue bukan kartu kredit lo, dan emang lo bisa makan noh semuanya?? Aduh, gak bikin kesel sehari bisa gak sih nih bocah?"

Hmm...

"Yasudah pilih aja, pilih. Aku pergi ambil keranjang baru dulu. Kita Bayar masing-masing aja, udah adil kan? Kan juga aku gak suruh dibayarin". Omelanku yang dibalas tatapan 'give up'nya.

"Huft. Yaudah nanti baru kita bagi dua, biar adil. Nah, gausah ambil keranjang baru gih. Kita kongsi aja, bantu dorongin.". Ucapnya lagu sekaligus menghentikan keranjang dan berjalan sendiri ke daerah snack. Dasar.

"Kita datangnya beli buah loh bukan snac- Ya! Hansung!". Ucapku sambil sibuk memelototinya. Bayangkan, bertapa banyak snack yang dia ambil sampai tangannya kepenuhan. Huft.

"Tenang nek tenang, palingan nanti kamu juga ikut makan". Ucapnya jahil sambil memiringkan senyumnya yang bisa membuat siapapun kesal itu.

Huft.

"Sudahlah, sepertinya ini cukup. Ayo bayar"

▫ ▫ ▫

HanSung house,
District Gangnam.
09.30am.

"Semua harus dipisahin?"

"Iya"

"Warnanya memang pink yah, lucu amet"

"Iya"

"Cuma perlu kupas ini? "

"Ya"

"Sudah boleh makan?"

Dihentikannya lagi aksi potong buah yang dari tadi terlalu berhati-hati itu dengan tatapan tajam.

Kedua tangannya diacakkan di pinggang yang otw atletis dan terdengar desahan kesalnya yang terlihat mengerikan sekaligus menggemaskan itu.

Perlahan, langkahnya mendekat kearahku.

Selangkah..

Demi Selangkah..

Dan akhirnya berdiri cukup dekat di depanku. Ya, cukup dekat. Ibu dan Ayahnya bahkan kembarannya lagi keluar, dan sekarang aku harus minta tolong sama siapa coba.

Okedeh, sekarang perbedaan tinggi setengah kepala ini cukup membebani. Dia mulai tinggi lagi dan aku merasa tersindir.

Ok ok, bukan waktunya membahas itu, tapi..

Tangannya mulai datang kearahku dengan tatapan yang sulit diartikan, dan ternyata, tangannya mendarat sempurna di puncak kepalaku dan mulai mengacak rambutku asal yang kugerai karena tadi baru selesai keramas.

"Heh.."

"Makanya, jangan sibuk makan. Tunggu sebentar ya,... tomat"


Dan seketika, jantungku terasa memompa lebih cepat dan nafasku susah dikendalikan.

Gila.. apa ini?

✳✳✳✳✳✳✳✳✳✳✳✳✳✳✳✳✳✳✳✳

Romance Short Stories [ Indonesian Subtitle ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang