5. Perang dimulai

107K 9K 236
                                    

Lita ber-high five ria dengan Leo dan Dara satu persatu.

"Semangat, Ta. Lo pasti bisa!" Leo memberi Lita semangat untuk menjalani misinya.

Lita tersenyum optimis sambil menatap Leo dan Dara.

Pagi ini mereka sedang bersembunyi di balik semak sisi kanan lapangan. Tepatnya dekat dengan parkiran sekolah. Menunggu kedatangan Andra. Selama menunggu, jantung Lita berdebar tak keruan. Matanya memandangi gerbang sekolah tanpa kedip. Panjang umur, tak lama yang ditunggu akhirnya datang juga.

Lita menarik napas panjang, kemudian berjalan mendekati Andra yang sedang mengunci pintu mobilnya.

"Kak Andra!" Gadis berambut jamur itu memekik saat dirinya sudah berdiri dengan jarak sekitar setengah meter dari Andra.

Tanpa menjawab, Andra menoleh.

"Kak, saya Lita Anggraini dari kelas 10C. Saya mau jujur, kalau saya suka sama kakak dari sebelum saya satu sekolah sama kakak. Saya..." Lita diam menggantungkan kalimat terakhir ini yang menjadi inti ucapannya sekarang. Semua orang di sekelilingnya nampak menunggu lanjutan kalimat Lita. Penasaran. Setelah diam sejenak beberapa detik, Lita menuntaskan kalimatnya. "Saya mau jadi pacar Kakak!" katanya dalam satu tarikan napas. Suhu tubuhnya mendadak dingin. Keringat mengucur tanpa henti.

Suasana sekitar yang tadinya ramai, kini mendadak hening. Seluruh pasang mata tertuju pada Lita dan Andra. Leo dan Dara menatap Lita cemas. Lita menatap Andra penuh harap. Menunggu reaksi lelaki yang berdiri di depannya. Sedangkan Andra, dia hanya menatap Lita datar.

"Idiot!" ucap Andra, kemudian berlalu meninggalkan Lita yang masih berdiri tidak bergeming di tempatnya.

"Gila!" umpat Dara saat mendengar kata yang keluar dari mulut Andra.

Melihat reaksi Andra tadi, kontan semua yang menyaksikan kejadian itu menertawakan Lita dengan puas. Terlebih para gadis yang tergolong penggemar Andra. Kecuali Dara dan Leo. Mereka cekatan menuntun Lita yang sudah deras air mata menuju kelas.

Asal kaliam tau, mulai detik itu juga, Lita menjadi bahan obrolan yang menarik bagi seluruh murid di SMA Garuda.

"Itu kan cewek yang dikatain Andra idiot!"

"Sumpah, gak tau malu banget!"

"Gue, sih, jadi dia udah pindah sekolah."

"Pantes aja kalo Andra emang bilang begitu."

"Itu si cewek Idiot, bukan?"

"Mesti dibeliin kaca tuh orang, haha."

Semua kalimat-kalimat itu mengudara di SMA Garuda hingga sampai ke telinga Lita sendiri. Lita menangis. Selalu menundukkan wajahnya setiap kali berada di tengah keramaian.

Dara mengurungkan niatnya untuk mengajak Lita ke kantin saat ia melihat Lita sedang menangis sesenggukan menghadap belakang, di meja Leo. "Lo kenapa nangis? Pasti gara-gara gosip itu, deh." tebak Dara yang langsung diberi anggukan oleh Leo.

Sebenarnya semenjak kejadian waktu itu, Lita diam-diam memang sering menangis di toilet. Merutuki dirinya sendiri yang terlalu bodoh karena cinta. Tetapi baru sekarang, dia kepergok nangis di kelas saat jam istirahat.

"Kayaknya yang dibilang mereka itu bener, deh. Mending gue pindah sekolah aja." kata Lita di sela-sela tangisannya.

"Jangan dong, Ta." Leo memohon sambil mengusap pundak Lita. "Lo sabar, tahan aja dulu. Paling juga sebentar lagi gosip murahan itu ilang sendiri."

"Dulu juga gue mikirnya gitu. Tapi nyatanya, udah tiga bulan gue dijadiin bahan celaan satu sekolah!" bantah Lita. Suaranya padam karena dia masih menelungkupkan kepalanya ke dalam lipatan tangannya saat berbicara.

"Jangan pindah, Ta." sergah Dara mantap. "Kalau lo pindah, itu artinya lo kalah! Tenang, gue bakal bikin perhitungan sama si Andra!" tegasnya lagi.

Ketika bel pulang berbunyi, bukannya turun, Dara malah naik ke lantai empat. Berdiri, menunggu Andra di depan pintu ruang OSIS.

Saat Andra keluar, langkahnya tertahan melihat Dara menatap tajam lurus ke manik mata Andra sambil mengunyah permen karet.

"Ngapain lo di sini?" tegur Andra sambil memasukkan tangan kanannya ke saku celana.

"Nunggu elo!" ketus Dara, berdiri melipat kedua tangannya di depan dada.

"Nunggu gue?" Andra tidak mengerti maksud gadis itu.

"Iya, elo!" Andara maju tiga langkah. "Si cowok yang paling sombong dan sok sempurna di dunia yang pernah gue temuin." tekannya sambil menunjuk dada Andra.

Andra mengernyit. Masih belum konek dengan omongan-omongan Dara.

"Elo tuh, ya. Gara-gara lo, temen gue jadi bully-an satu sekolah, tau gak! Gara-gara lo, dia jadi sering nangis, jarang masuk, dan sekarang pengen pindah sekolah! Gak ngerti lagi gue, lo antara gak punya hati atau setan jelmaan manusia, hah?" maki Dara yang hanya ditanggapi senyum kecut dari Andra.

"Oh, jadi itu cewek temen lo? Pantes. Sama-sama gak jelas. Bedanya, dia gak hobby ngelanggar aturan kayak lo! Jadi masih aman." tandas Andra. Kebiasaan, Andra pasti pergi duluan jika sedang berbicara dengan orang yang menurutnya tidak penting.

"Percuma pinter, punya IQ tinggi, punya jabatan tinggi. Tapi gak bisa ngehargain orang dan gak punya sopan santun!" teriak Dara dari tempatnya berdiri.

Lagi-lagi Andra menahan langkahnya dan membalikan badan. Masih dengan gayanya yang cool. "Heh, cewek bar-bar, maksud lo apa ngomong begitu?"

"Maksud gue, sinting banget temen gue bisa tergila-gila sama cowok sarap kayak lo!" Saking emosinya Dara sampai menunjuk-nunjuk Andra kesal.

"Temen lo, tuh, yang sarap! Baru juga ketemu udah ngajakin jadian. Aneh." dalih Andra seraya kembali berjalan menuju tangga.

"Anjir! Liat aja. Gue bakal buat idup lo gak tenang! Karena lo udah buat temen gue sengsara!" gumam Dara dengan tangan yang mengepal kuat.

________________________________________________________

To be continue...

Blue Eyes [DITERBITKAN OLEH GRASINDO]Where stories live. Discover now