13

53 3 0
                                    

Sekarang si kembar sedang berada di ruang BP. Karena tingkahnya yang membuat sang ketua kelas lelah tak habis pikir, apa yang membuat si kembar begitu cepat berubah? Tidak ada tanda-tanda juga apa penyebabnya. Sudah lelah kah menjadi murid yang sopan? Ck ck ck.

Ruangan ber-ac itu pun rasanya tidak ada sejuk-sejuknya karena tatapan Bu Zul yang sedari tadi tidak teralihkan dari wajah si kembar.

"Ibu cuman mau nanya, kenapa kalian jadi bandel? Ibu juga dapet keluhan dari Bu Ingeh karena kalian sudah kurang ajar sama Bu Ingeh."

Rasanya mereka berdua ingin membantah ucapan Bu Zul, tapi mereka sadar diri kalau apa yang di ucapkan Bu Zul tentang kurang ajarnya mereka terhadap Bu Ingeh memang benar. Ini juga kali pertama mereka membuat Bu Zul kecewa karena kelakuannya.

Si kembar hanya diam menunduk, sementara sang ketua kelas ikut-ikutan menatap si kembar dengan emosi yang masih ada.

"Iya Bu, kami salah," Fauzan mengaku, "kami minta maaf," Lanjutnya.

Sang ketua kelas yang mendengarnya, mendelik sinis. Sudah terlalu kesal karena dibuat bercapek-capek ria mencari mereka si kembar yang malah keluyuran kemana-mana.

"Kasih hukuman lah, Bu." Ketua kelas mengompori Bu Zul yang sedang berpikir.

Fauzi menatap sinis ketua kelas, yang dibalas dengan tatapan tak kalah sinis oleh Erna.

"Apa liat-liat? Ngga terima? Gue lebih ngga terima kalo lo berdua dilepasin gitu aja. Gue capek-capek lari kesana kesini buat nyari lo berdua. Dan gantinya, gue mau lo berdua dihukum." Cerocos sang ketua kelas tanpa peduli lagi kalau di dalam ruangan itu terdapat juga Bu Zul yang memperhatikan.

Si kembar menatap Erna dengan pandangan kesalnya.

"Lah, lagian kenapa lo nyari kita sampe lari-larian begitu? Kita gak nyuruh lo, berarti kita gak salah dong."

Erna membulatkan matanya tidak terima, "Ya secara gak langsung lo berdua yang nyuruh gue buat keluar kelas ninggalin pelajaran buat nyari lo. Emang kenapa, sih, lo berdua jadi sok sokan bandel? Gak cocok!" Dia menaikkan nada suaranya. Mengomel dan berkomentar tentang perubahan sikap si kembar.

Fauzan dan Fauzi diam. Tidak membantah, juga tidak membenarkan. Jujur, mereka sekarang nampak merasa bersalah karena sadar dengan raut wajah Erna yang memang menunjukkan wajah lelah. Awalnya mereka bedua ingin menjadi murid 'bandel' karena bosan jadi murid baik. Ya maksudnya nggak bosen juga, tapi mereka mau nyari pengalaman jadi murid bandel. Padahal nggak cocok sama sekali. Nyari pengalaman tuh ya kayak kerja gitu, atau jalan-jalan, atau ngapain gitu. Ini kok malah jadi murid bandel. Ga jelas emang. Udah gitu, mereka juga punya perasaan yang cepet luluh kalo sama cewek. Bukan luluh semacem jatuh cinta. Tapi kasian. Macem ngeliat sang ketua kelas yang mukanya kesel campur capek, si kembar jadi kasian. Kalo kayak gini ya mana sanggup mereka mengabaikan semua dan berubah jadi bandel?

"Hm, oke, oke, kita salah. Jadi, kita minta maaf." Fauzan berkata. Dia tersenyum menatap Erna. Sementara Erna, sedang fokus pada jantungnya yang berdetak melebihi ritme normalnya.

Efek senyuman Fauzan.

Tapi Erna nggak mau luluh hanya karena sebuah senyuman yang tidak ada arti itu!

"Gue maafin," si kembar langsung saling tatap dengan cengiran di bibir masing-masing, "tapi lo berdua tetep harus dapet hukuman seperti anak lain yang suka bolos pelajaran." Lanjut Erna membuat cengiran si kembar luntur.

Tiba-tiba saja Erna menghampiri Bu Zul dan membisikinya tentang ide hukuman untuk si kembar.

"Gimana kalau mereka disuruh lari puterin lapangan outdoor, bu? Terus abis itu suruh bersih-bersih daun kering yang jatoh bu? Dari pepohonan yang di deket gerbang sekolah, sampe belakang sekolah kalo bisa. Abis itu suruh nyapu ngepel seluruh kelas dua belas entar pas pulang, Bu. Mantab dah, biar kapok mereka."

Bu Zul langsung mengerutkan dahi begitu mendengar usulan ketua kelas si kembar. Dari suaranya Bu Zul bisa menebak kalau Erna masih menyimpan rasa kesal pada Fauzan dan Fauzi. Bu Zul jadi bingung sendiri, mau menghukum membersihkan toilet tapi kemarin sudah dibersihkan. Jadi, usul dari sang ketua kelas boleh juga.

Bu Zul mengangguk-angguk sambul tersenyum. "Yaudah, Erna, kamu masuk kelas aja ya biar nggak ketinggalan pelajaran, mereka ibu yang urus."

Erna mengacungkan kedua jempol tangannya. "Sip deh bu, makasih ya." Kemudian dia salim lalu pergi setelah melempar lirikan sinis dam senyuman mengejek. Fauzan dan Fauzi hanya menatapnya dengan mengendikan bahu, ngeri.

Setelah Erna benar-benar menghilang dari pandangan, mendadak suhu ruangan menjadi tidak nyaman. Selama dua menit Bu Zul hanya diam membisu menatap keduanya yang malah saling senggol.

"Huuuh," tiba-tiba Bu Zul mengela napasnya, "Di sekolah ini, ada sekitar kurang lebih lima murid perkelas yang bandel. Rekor terbanyak ada di kelas kalian, delapan murid. Tadinya ibu udah lepas tangan, udah nggak mau ambil pusing sama mereka karena bentar lagi mereka juga lulus dari sini. Mereka mau berbuat apa, ibu udah nggak mau tau lagi, terserah mereka mau serius belajar di sekolah atau cuman buat main-main. Dan ibu pikir cuman mereka aja, nggak yang lain," Bu Zul menjeda, menajamkan tatapannya ke arah dua siswa yang tengah menunduk itu. "Tapi ternyata nambah, jadi sepuluh. Waw."

Fauzan Fauzi semakin menundukkan kepala sambil tetap senggol-senggolan. Entah untuk apa.

"Kami minta maaf buuu." Fauzan mendongak melihat Bu Zul, tapi langsung menunduk kembali setelah melihat air muka Bu Zul.

"Buat apa minta maaf kalau nantinya diulang lagi?! Basi! Ibu udah berkali-kali denger kata maaf."

Jantung mereka semakin berdetak kencang. Tidak menyangka jawaban Bu Zul.

"Kami benar-benar minta maaf bu, sumpah. Tadi kami sebenernya nggak berniat bolos pelajaran, tapi karena bel nggak kedengeran sampai di rooftop jadinya kami telat masuk." Fauzi berusaha menjelaskan. Dengan kebohongan tentunya.

"Serius?"

"Serius, bu!" Fauzan menjawab penuh percaya diri.

"Tapi sayangnya ibu nggak percaya. Udahlah, daripada kalian ngabisin waktu ibu, mending kalian jalanin hukumannya sekarang!" Bu Zul bangkit. "Lari sepuluh putaran keliling lapangan outdoor abis itu bersihin daun-daun yang jatuh dari depan gerbang sampai belakang sekolah. Jangan lupa, selama hukuman berlangsung, kalian dipantau."

----------Kembar Playboy----------

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kembar PlayboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang