4.

619 54 5
                                    

Tanggal 30. Hari yang paling ditunggu-tunggu sama Fauzan Fauzi. Hari dimana Fauzi bakalan mutusin Siska.

Sekarang Fauzi sudah berada di tepi danau. Menunggu Siska datang.

Tak lama, Siska datang dengan wajah cerianya. Cih, giliran di sekolah, mukanya di tekuk banget.

"Hai. Lama nunggu aku nya ya?" Idih, pede gila. Gua bukan nunggu lo kali, gua nunggu ekspresi lo pas gua putusin. Semoga lo nangis, yang kejer.

Fauzi tersenyum (dipaksain) manis. "Nggak kok, baru aja gua nyampe."

Siska menyerngitkan dahinya bingung, kok, Fauzi make kata 'gua' ke dia? Kan harusnya 'aku'.

Tapi Siska nggak mentingin hal itu, dia penasaran sama apa yang pengen di omongin oleh Fauzi kepadanya.

Siska tersenyum, "Mau ngomong apa?" Tanyanya sambil melihat wajah Fauzi lekat.

Fauzi berdeham, "Ehem," jeda sedikit, "Kita putus." Singkat, padat, jelas. Siska sedikit kaget. Kemudian menundukkan kepalanya. "Oh," Hanya itu yang mampu ia katakan. Sakit.

Terjadi keheningan beberapa menit, kemudian Fauzi bangkit. "Eum, kayanya itu doang deh yang mau gua omongin. Udah ya, gua pulang." Katanya santai.

Baru dua langkah Fauzi jalan, Siska berbicara, membuatnya berhenti berjalan dan mendengarkan ucapan Siska itu.

"Seharusnya gue tau, kalo lo itu emang gapernah tulus sama perempuan. Seharusnya gue gak percaya gitu aja sama lo. Apalagi mengingat udah banyak perempuan-perempuan di sana yang lo sakitin. Seharusnya gue gak usah nerima ajakan lo pas istirahat waktu itu. Seharusnya gue nolak lo pas lo nembak gue. Seharusnya gue tau, dalam tiga minggu kita pacaran, lo cuman perhatian, lembut dan lain-lain hanya dalam waktu satu minggu. Dua minggu berikutnya, lo udah cuek sama gue. Seharusnya gue peka. Seharusnya gue sadar, pas lo ngomong pake kata 'gua' bukan 'aku'. Seharusnya gue gak sayang sama lo. Seharusnya gue gak sakit sekarang, pas denger dua kata lo itu. Seharusnya, seharusnya gue gak nangis sekarang karena dua kata lo itu." Ucap Siska pelan, tapi masih terdengar oleh Fauzi yang jaraknya dua langkah dari Siska itu. Sangat jelas.

Siska tetap menunduk. Dia nangis, tapi nggak kejer. Bahunya yang bergetar, menandakan Siska sedang nangis. Nangis dalam diam.

Jujur, sesungguhnya, Fauzi kasihan sama Siska saat denger ucapan Siska itu. Tapi, dia juga gapeduli sama Siska.

Fauzi berjalan mendekati Siska. Siska mendongakkan kepalanya. Matanya sembab, merah.

"Maaf," Gatau kenapa, Fauzi bilang kata maaf. Padahal, ia gak pernah sama sekali minta maaf pada cewek-cewek yang pernah di sakitin sama dia. Biasanya, Fauzi kalo udah bilang kata putus, dia langsung ninggalin cewek itu. Tapi gatau kenapa, dia minta maaf sama Siska.

Siska tersenyum. "Gapapa kok, gua nya yang terlalu bawa perasaan." Katanya pelan dan serak abis nangis.

"Sorry, gua emang kaya gini. Udah kebisaan. Gua cepet bosen. Maaf ya kalo gua ga sopan, tapi, menurut gua, cewek itu emang ribet, banyak drama, egois, kadang-kadang juga nggak tulus. Jadi, gimana ya? Geregetan sendiri gua." Ucap Fauzi santai.

Siska kembali menunduk, "Iya, gua tau kok. Lo sama kembaran lo kan sama."

Fauzi menyerngitkan dahi bungung. "Sama?"

"Ya, sama. Lo kan kembar. Dari ujung kepala sampe ujung kaki sama. Eum, mungkin yang beda cuman mata doang. Oh, jangan lupakan lo sama kembaran lo itu, sama-sama suka nyakitin perempuan." Ucap Siska ketus di akhir kalimatnya. Ni orang tadi abis sedih-sedihan. Kok, sekarang bawel ya?. Batin Fauzi.

"Yaudahlah, pulang aja yuk. Gua anterin deh. Sebagai permintaan maaf gua."

"Ayok."

----------Kembar Playboy----------

"Udah sampe. Makasih ya." Sebagai balasan, Fauzi hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

Saat Siaka hendak membuka pintu mobil Fauzan, ia mendadak berhenti dan berbalik ke arah Fauzan yang sedang memandangnya bingung.

"Kenapa? Ada yang lupa?" Tanya Fauzi.

Siaka menggigit bibir bawahnya, "Eum, Zi, gua boleh jadi temen lo sama Fauzan gak?" Tanya Siska. Entah apa yang ada di pikiran Siska sampai-sampai ia meminta menjadi teman Fauzan Fauzi.

"Gimana ya? Besok deh gua kasih tau. Soalnya gua harus bilang sama Fauzan juga."

"Okedeh, sekali lagi, makasih ya." Setelah keluar dari mobil Fauzi, Siska langsung masuk ke rumahnya. Sementara Fauzi menuju rumahnya dan berbicara tentang ini di rumahnya.

----------Kembar Playboy----------

VOMMENTNYA YAAAAAAAA....

Acaa13

Kembar PlayboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang