Aku juga tidak tahu darimana kata 'bahaya' bagi Ath. Apakah menurut Ath, seorang gadis sendirian di atas sampan yang dikelilingi oleh air, tanpa daratan, tidak berbahaya?

"A-apa kau akan memintaku berenang jika aku mau ikut?" tanyaku sedikit gugup.

Ath menggeleng, menatapku datar. "Kau jelas-jelas tidak bisa berenang."

Baiklah, diremehkan seperti inipun tidak masalah saat ini. Aku bisa berenang, meski hanya mengapung atau berenang gaya bebas, aku hanya punya masalah terhadap pernafasanku. Ah, sudahlah itu tidak penting. Yang penting aku punya jaminan untuk tidak gila kalau saja aku berlama-lama sendirian dan menghadapi malam seperti kemarin. Sungguh, itu hal yang sangat tidak menyenangkan untuk dikenang.

Ath menarik tali yang ada di ujung sampan—tali yang biasanya dihubungkan dengan hewan bau kuda nil—dan membuat sampanku bergerak dan disaat bersamaan membuatku begitu kaget.

Sebab, aku pun tidak sudi untuk menarik tali itu untuk membantu Cheryl dulu (aku lebih baik mendorong dari belakang). Hal itulah yang membuatku menegur Ath yang berenang sambil menarik tali tambang itu di depan sana.

"Ath... kalau kau menarik tali itu dan membawa sampan seperti ini, kau seperti ku-"

Ath menghentikan kegiatannya, menatapku tajam sambil mengikat tali tambang itu di perutnya. "Seperti kuda laut? Jangan bercanda, tidak ada kuda laut yang sekeren aku."

Setelah mengucapkan begitu, dia kembali berenang dalam keadaan menyelam—tak memunculkan kepalanya di permukaan air. Sedangkan aku hanya bisa menatap punggungnya yang dilapisi oleh mantel tipis yang tampak seperti menari-nari dalam air sambil berpikir tentang betapa percaya dirinya Ath barusan.

Aku tak bisa berkomentar apapun tentang wujud wajahnya. Dia punya wajah yang tampan. Tapi aku tidak berani jamin kalau itu wajah aslinya, mungkin saja dia melakukan operasi. Tidak ada yang tahu. Itu kegiatan yang marak yang dilakukan untuk membuat wajah kebanyakan orang nampak lebih rupawan. Tapi ada sesuatu yang membuat Ath terasa lebih dibandingkan mereka yang melakukan operasi perubahan wajah atau apalah itu namanya.

Maksudku dia lebih..., ya, berkilau!

Meskipun dia memakai pakaian serba hitam yang membuatnya sewarna dengan warna rambutnya, tapi kulitnya yang putih bersih itu dan mata biru kehijauannya itu benar-benar membuatnya berkilau.

Ah, sudah berapa kali aku bilang kalau dia berkilau?!

Untuk beberapa saat lamanya, yang kulakukan hanyalah bisa termenung menatap Ath yang berenang di dalam air dengan sangat lincah, cepat dan yang paling penting adalah...

Dia hampir tak memunculkan kepalanya di permukaan untuk menarik nafas.

Waktu sudah berjalan cukup lama. Aku terus memperhatikannya berenang, bahkan sampai matahari berada di atas kepala. Aku hanya bisa menatapnya dari atas sampan, memperhatikan bagaimana ia menggerakan tubuhnya, bagaimana rambutnya bergerak saat dia berenang dan bagaimana tangannya saling bergantian menjalankan tugas untuk menunjuk arah.

Dia perenang yang hebat...

Tapi logikanya, manusia tidak bisa menahan nafas selama itu.

Lalu, kecurigaanku selama ini terbukti.

Ath...mungkin bukan...

"Ath..."

Ath sepertinya mendengarkanku, sebab dia mendongakan kepalanya ke atas dan mata birunya yang menatapku dari dalam air membuat nafasku serasa berhenti untuk beberapa saat.

"Kapan kira-kira kita sampai di tempat kau ingin pergi?"

Aku tidak menanyakan keherananku yang sebenarnya.

AQUA WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang