020

13.8K 2.2K 158
                                    

|| Setajam Kertas, Sedingin Hujan dan Sepahit Kenyataan ||

.

.

.

Weza menikmati mie rebusnya yang terasa tiga kali lebih enak. Campuran penyedap rasa, hujan dan Eunike adalah perpaduan yang sempurna. Di saat dirinya makan, Eunike menceritakan kehidupannya selama hampir enam bulan yang telah terlewatkan oleh Weza. Wanita itu terdengar bahagia, diam-diam ada perasaan lega menyelimuti hati Weza. Kekhawatirannya selama ini yang dia tahan mati-matian dengan berbagai macam alasan memalukan sebagai tameng betapa pengecutnya dia, terjawab sudah. Eunike memang bisa sendiri, dia seorang pejuang sejati. Tanpa dirinya, wanita itu biasa saja. Tanpa bantuannya, Eunike baik-baik saja. Weza merasa tidak ada artinya untuk Eunike. Dia hanyalah orang asing yang berani-beraninya jatuh cinta dan sedikit memaksa. Eunike tidak butuh dirinya atau lebih tepatnya justru Weza yang merasa tidak dibutuhkan sama sekali.

"Kamu bahagia banget ya, Nik?" Weza meletakan garpu di tangannya. Mie rebusnya yang sudah kandas, menjadi saksi betapa senyuman Eunike membuat Weza ingin sekali memeluknya.

Eunike menganggukan kepala beberapa kali, senyuman simetris yang cukup lebar tergambar jelas di wajahnya yang semakin manis. "Iya, bersyukur banget karena aku sudah melakukan pilihan yang tepat, Za."

Menatap Eunike saat ini membuat Weza bingung. Dia tidak tahu harus menempatkan dirinya dalam bahagia yang sama atau justru sedih yang membuatnya merana. Bertolak belakang dengan Eunike yang sudah melakukan pilihan yang tepat, Weza justru melakukan kesalahan yang fatal. Niatannya untuk membuka usaha, berakhir gagal. Dia merasa sudah mempersiapkan segalanya sesuai dengan arahan ayah Kie ---sahabatnya itu. Namun ternyata keberuntungan tidak berpihak padanya, tabungan yang sudah dia simpan bertahun-tahun dan dipertaruhkan untuk modal itu hampir ludes tidak bersisa. Dia mempercayakan uangnya pada orang yang salah. Bisnis franchise makan yang sedang terkenal di Instagram itu membuat Weza tertarik. Dia pikir akan lebih mudah mengembalikan modal dan mendapatkan keuntungan. Awalnya semua berjalan dengan baik sesuai dengan harapannya, namun tiba-tiba saja pegawai yang disewa Weza untuk menjaga kios makanannya berbuat nakal. Demi keuntungannya sendiri, dia menyalahi aturan main. Bahan makanan yang seharusnya tidak dipakai lagi justru dia gunakan tanpa sepengetahuan Weza. Pendapatan tiap harinya pun dimanipulasi oleh pegawainya. Kejahatan itu berjalan empat bulan lamanya sampai akhirnya kebusukan itu terbongkar.

Suatu hari salah seorang pelanggannya mengeluhkan sakit setelah menyatap makanan yang dibelinya dari kios Weza. Sakitnya cukup parah sampai harus dirawat di rumah sakit. Dia melakukan laporan pada pemilik frenchise pusat. Tidak butuh lama sampai akhirnya kios milik Weza mendapatkan audit dan terbukti bersalah. Kerjasama dibatalkan, Weza dipaksa menganti rugi biaya rumah sakit sang korban dan dia tidak dibiarkan bergabung kembali. Alasannya, bahwa sang pemilik merek dagang tidak ingin citranya jadi jelek lagi. Weza sudah hampir putus asa. Untungnya masalah ini tidak sampai dilaporkan kepihak berwajib. Weza juga enggan memperkarakan pekerjanya. Bukan karena tidak ingin, jujur saja dia sudah sangat membenci karyawannya itu. Namun dia tidak ingin lagi menambah runyam hidupnya. Pekerja yang merupakan salah satu kerabat dekatnya itu membuat Weza tidak yakin siapa yang bisa dia percaya lagi kini.

"Kamu gimana, Za? Lancar kerjaannya?" Binar penasaran Eunike terpancar, matanya menatap mata Weza lurus. Rambut Eunike yang terlihat halus dirapikannya kebelakang telinga.

Weza terpana, sungguh dia begitu suka bagaimana cara Eunike menatapnya kini. Rasa rindu yang meletup-letup belum terpuaskan dan terbayarkan. Namun Weza bisa apa? Dia hanya mampu tersenyum dengan sedikit berpura-pura.

Without WingsWhere stories live. Discover now