PLAYLIST 14 (Abam)

2.3K 127 15
                                    

Song:
Avril Lavigne - Nobodys Home

I could't tell you
Why she felt that way
She felt it everyday
And i couldn't help her
I just watched her make
The same mistakes again

What's wrong, what's wrong now?
Too many, too many problems
Don't know where she belongs
Where she belongs

She want to go home
But nobodys home
That's where she lies
Broken inside
No place to go
To dry her eyes
Broken inside


     Ketika mata gue tertutup dan tidur dengan sangat lelap ditemani playlist lagu Gita, kejadian demi kejadian seakan berulang lagi. Layaknya sebuah infokus, mimpi yang gue rasakan seperti nyata rasanya. Gue terbang jauh ke delapan tahun yang lalu dimana Mbak gue masih SMA. Gue melihat Mbak Dini yang sedang ketakutan dikamarnya. Meringkuk sambil menangis diatas kasurnya ketika Mama dan Papa bertengkar hebat di ruang tengah.

Dia meremas perutnya yang sudah membesar, berharap tidak pernah ada kehidupan didalam sana. Tetapi nyatanya sudah ada, sudah tumbuh menjadi sebuah janin didalam rahimnya. Dulu, kamar Mbak Dini tepat berada didepan ruang tengah. Jadi apapun yang dibicarakan Mama dan Papa kini sangat jelas terdengar oleh dirinya.

“Kita harus apa Pa? Kita harus apa? Nggak becus kita jadi orang tua kenapa anakku bisa hamil diluar nikah ya Allah Gusti..” isak Mama yang sudah terlalu lelah menahan amarah dan kini sudah pasrah terduduk diatas karpet sambil menangis.

Papa yang sedang duduk diatas sofa sambil menunduk hanya diam saja. Tangannya masih terasa perih sehabis menampar anak sulungnya tadi hingga berlari menuju kamar.

Kepalanya seakan mau pecah dan hanya amarah yang sedang hinggap dihatinya seperti ini. Dan dia sedang mencoba mengontrolnya.

“Ya Allah Pa, salah apa kita Pa?” ucap Mama lagi, Papa akhirnya membantu Mama untuk duduk diatas sofa setelah Mama terlihat susah bernafas saking kuatnya beliau menangis. “Udah Ma, tidak ada yang bisa disalahkan. Karna semuanya salah.”

Mama yang akhirnya duduk disofa sambil menyenderkan punggungnya ke sofa masih terus meracau, seakan tidak percaya bahwa anaknya yang selama ini dikenal penurut dan sangat berprestasi bisa begitu saja hamil dan baru diketahuinya setelah kandungannya berumur lima bulan.

“Kita tidak bisa tinggal diam ,Pa. Cari yang sudah menghamili anak kita Pa.” kata Mama, suaranya sudah mulai terdengar lemah dan tidak sehisteris sebelumnya. Mungkin tenaganya sudah terkuras habis daritadi.

“Apa Mama tidak dengar? Pacarnya itu masih SMA juga Ma. Tau apa dia kalau kita paksa menikahi anak kita? Mau dikasih makan apa Dini nanti?” jawab Papa. Mama masih terisak lirih lalu memukuli kepalanya sendiri.

Terlalu pusing dengan masalah yang menghinggap dikeluarganya sekarang sampai dirasa lebih baik pecah saja kepalanya ini. Sudah tak sanggup rasanya.

“Kalau sampai tetangga tau bagaimana Pa? Mama lebih baik mati saja.” Ancam Mama, Papa panic. Lekas menahan tangan Mama agar tidak menyakiti dirinya sendiri. Papa mencoba mengingatkan Mama untuk jangan gegabah, “Istighfar Ma.. Istighfar..”

Mbak Dini menangis didalam kamarnya. Mengutuki dirinya sendiri mendengar percakapan putus asa diantara orang tuanya tentang dirinya. Mbak Dini pun telah merasa hina, kalau saja dia bisa menjalankan perbuatan haram lainnya seperti aborsi, Mbak Dini akan melakukannya. Tetapi Mbak Dini tidak bisa, kehamilannya sudah terlalu besar sekarang. Tetapi Mbak Dini benar-benar tidak menginginkannya.

PLAYLIST [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang