On Air

2.6K 156 4
                                    

     Abam pulang karna hari sudah malam dan besok masih masuk sekolah. Disekolah Abam kembali jadi sorotan anak-anak. Ada beberapa yang menyemangatkan Abam dan ikut bangga meskipun tidak lolos. Ada juga yang menjatuhkan dengan berkata aku adalah penyebab Abam tidak lolos. Dan beberapa gurupun berkata seperti itu, mereka bertanya apakah Abam punya pacar akhir-akhir ini. Dan menggumam, “Pantesan.” Ketika tau kalau jawabannya iya.

Dikelas pun sama, semuanya langsung meledek yang secara tidak langsung menyindirku. “Parah nih Gita, Abamnya nggak lolos gara-gara siapa nih?” aku hanya tersenyum meski perih dihati. Tetapi aku mencoba tidak terlalu memikirkannya dengan memegang kata-kata Abam yang bilang ini sama sekali tidak ada hubungannya denganku.

Tetapi lagi-lagi ketika aku sedang makan dengan Bimo, Abang, Clara, dan Dina. Mendadak ada kakak kelas yang sedang mengobrol, dan mungkin dia tidak tau kalau orang yang dia bicarakan adalah aku.

“Tau sih ya, Si Setya yang anak olimpiade mtk itu segala punya pacar ketauan lagi ikut gituan. Kan jadi nggak konsen. Akhirnya bener kan dia nggak lolos. Padahal udah banyak banget tuh yang berharap sama dia..” kata kakak kelas perempuan yang satu, yang satunya lagi menyahut.

“Iyasih, coba jangan pacaran dulu ya. Kali kan dia bisa ke nasional bikin bangga sekolah kita. Eh emang pacarnya kelas berapa? Anak sini kan ya?”

“Iya anak sini.” Katanya lagi, aku sebenarnya sudah ketar-ketir mendengar ocehan kakak kelas itu. Aku menyeruput mie ku dengan lemas, mencoba tidak mendengar percakapan mereka tetapi karna mereka makan tepat didepanku dan hanya dihalangi oleh kepala Bimo, mau tidak mau aku pasti mendengarnya.

“kelas 10 juga. Gue pernah ketemu diparkiran, biasa aja dah anaknya.” Katanya. Aku sedikit mendengus geli meskipun mataku sudah berkaca-kaca. Apa yang mereka ucapkan semuanya benar. Lalu Clara memegang tanganku, mencoba membuatku tegar dan tenang. Yang lain juga menghentikan makannya untuk melihatku.

“Gausah didengerin.” Katanya Clara, Bimo memakan sotonya sambil berkata. “tuh, digosipin orang nggak enak kan? Makanya jangan sering gosipin orang.” Kata Bimo. Aku kembali memakan mieku. Clara menyahut sewot, “ya kita kan kalau mau gossip liat-liat sekitar dulu. Nggak langsung gossip aja tanpa tau orangnya ada didepan kita. Kita gossipnya lebih elit..”

Aku jadi tidak nafsu makan. Aku menjauhkan piringku yang masih menyisakan mie beberapa sendok lagi. Tetapi mendadak ada tangan yang menutup mataku dari belakang. Aku memegang tangannya yang dingin. Temanku yang lain sudah meledek, “Hayoo, siapa Git?” tanya Dina.

Aku sudah tau itu pasti Abam, tetapi aku pura-pura nggak tau, “Aduh, bang Raggae ya?” Candaku. Abam langsung melepaskan tangannya dan mengacak-ngacak rambutku.

“Sialannn, jadi selama ini lo selingkuh sama bang Raggae?” tanyanya sambil memegang kedua pipiku. Lalu menggerakkan kepalaku untuk menatap keatas. Ada kepalanya yang sedang menunduk menatapku di belakangku.

“Iya, bang Raggae es krimnya enak.” Balasku. Dia langsung melepaskan kepalaku dan memegang kedua pundakku dan memijatnya pelan. Aku melirik kedepan, melihat 2 kakak kelas lagi yang kini tengah saling menatapku dengan Abam. Aku menunduk ketika mereka melirik kearahku.

Mungkin akhirnya mereka tau kalau selama ini mereka bergossip tepat didepan orang yang digosipkan.

Lalu Abam terdiam cukup lama melihat sesuatu. Aku langsung mendengakkan kepalaku dan melihatnya yang seperti memperhatikan sesuatu, “Bam?”

“Eh Gita udah selesai makan kan?” tanya Abam akhirnya tersadar dari lamunannya, Abang menjawab, “udah kok.”

“Boleh gue bawa ya.” Kata Abam lagi, aku menyentil tangannya dibahuku. “Bawa-bawa dikira gue barang?”

PLAYLIST [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang