Gita or Luna

2.2K 134 21
                                    

Dan ternyata Gita benar-benar marah kali ini. Kalian tau? Kemarahan yang paling menyesakkan itu bukannya yang menyindir kalian atau mengomeli kalian tapi diam. Kemarahan yang paling menyesakkan itu adalah di diamkan. Dan sepertinya itu yang sedang Gita lakukan ke gue. Chat gue nggak dibalas, telfon juga nggak diangkat. Dan akhirnya gue tau alesannya pasti karna jam tangan, yang dikasih Luna. Gue sempat menutup tirai dan melihat kotak jam tangan yang selama ini nggak pernah gue sentuh terbuka, dan didalamnya terdapat sebuah kertas kecil bertuliskan.

“special just for you ASN.”

Mungkin kata-kata itu tak berarti apapun kalau bukan Luna yang kasih. But, in fact ini adalah pemberian Luna. Tau kan kaliah seberapa kesalnya Gita sekarang dengan Luna? Mendengar namanya saja raut wajah Gita langsung berubah masam.

Gue mencoba menelfonnya lagi, dan tetap saja tidak diangkat. Lalu tiba-tiba berbalik ada yang menelfon gue, gue mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menelfon.

“Halo Git? Git, udahan dong ngambeknya. Aku minta maaf ya sayang. Please..” sahut gue langsung ketika gue menempelkan ponsel ketelinga. Tetapi yang gue dapatkan hanya dengusan geli seseorang disebrang. Setelah gue lihat siapa yang nelfon, damn itu ternyata Luna.

“Eh.. sorry Lun. Gue kira Gita.” Kata gue sambil mengurut dahi gue pelan. Kepala gue mulai terasa pening hanya memikirkan Gita. “That’s okay..” jawab Luna masih sambil terkikik, “..Oh lo kalau pacaran kaya gitu. Manis banget..”

Stop it!” ucap gue sambil tersenyum, gue juga terkadang merasa jijik sama diri gue sendiri. Tapi gue rela seperti itu untuk Gita. “Beda ya emang, di kesehariannya udah kaya film action eh ternyata ada sisi romantisnya juga.” Ledeknya lagi. “Ngomong ape si Lun?”

“Oke oke sorry..” Luna mencoba menghentikan ketawanya, “Iya ada apa?” tanya gue.

“bisa nemenin gue nggak? Gue diajak keluar sama Brandon, Fiko, Sonya dll. Tapi gue nggak ada teman buat kesana. Nanti gue traktir deh..” ajak Luna. Tetapi seakan ucapannya masuk kuping kiri dan keluar dikuping kanan. “Setya?” panggilnya setelah tidak ada jawaban dari gue yang sedang memikirkan Gita.

“hmm.. kayanya nggak bisa deh Lun.”

“Kenapa?” tanyanya dengan nada kecewa. Gue menghela nafas dan memindahkan letak ponsel yang ada dikiri menjadi dikanan. “Kalo lo merhatiin tadi gue ngomong apa pasti ngerti Lun.”

“Gita?” tanyanya, gue mengiyakan. “Gita lagi marah sama gue tau lo ngasih jam tangan ke gue.”

“Trus?” tanyanya lagi, mungkin tidak melihat dari mana letak kesalahannya. “Yaudah, dia marah.”

“Marah Cuma karna gue ngasih jam? Childish banget.” Sindirnya, sebenarnya gue nggak suka Gita dikatakan seperti itu. Tapi saat ini, gue sedang pusing dan sedang tidak ingin berdebat.

“Ohh.. pantes dia ngelike foto gue yang lagi sama lo ,Set.” Hah foto? “Foto apaan?”

“iya gue ngepost foto pas kita lagi beli jam.” Gue berfikir sejenak, gue nggak ngerasa foto bareng Luna saat itu. “Foto candid kok, gue selfie terus keliatan ada lo nya disamping gue.” Gue langsung membuka instagram diponsel gue tanpa mematikan sambungan telfon ke Luna.

Gue melihat foto terakhir yang Luna post. Dan benar saja, sangat terlihat jelas ada sosok gue disamping foto Luna sedang menunduk. Nggak heran Gita sampai tidak membalas dan menelfon gue. Pasti dia mengira gue jalan berdua sama Luna deh, emang jalan berdua sih. Tapi..

“Dia marah sama lo?” tanya Luna, “Yaiyalah Lun, please deh.”

“Kita kan nggak ngapa-ngapain kenapa dia marah.” Gue semakin gemas dengan hal ini. Jadi daripada gue membentak Luna yang akan menyakiti hatinya, gue lebih baik mengakhiri sambungan ini.

PLAYLIST [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang