Tangisan ku tumpah sampai bahu ku bergetar. Aku terus menunduk sambil membekap mulut ku agar tangisan ku tidak terdengar sampai lantai bawah.

Bang Dion menghampiriku, naik ke atas ranjang lalu memeluk ku erat sambil mengusap punggung ku. Aku menyandarkan kepala tepat di dada nya sambil terus menangis.

Beberapa menit kemudian aku mengurai pelukan sambil mengusap sisa air mata yang berada di wajah ku. Aku dan bang Dion saling menatap.

"Bang" Panggil ku masih tetap menatap mata nya.

Bang Dion mengangkat kedua alis nya sebagai jawaban.

"Dean sayang Al"

Bang Dion tidak mengubah raut wajah nya sesaat. Tetapi setelah itu ia tersenyum lembut sambil tangan kanan nya mengusap rambut ku.

"Abang tau. Maaf, abang gak bisa bantuin kamu soal ini. Ini urusan hubungan kalian. Tapi inget kalo ada yang mau kamu jelasin sama Al, jelasin sekarang. Sebelum semua nya terlambat."

Kening ku berkerut saat mendengar kalimat terakhir yang bang Dion ucapkan. Ada yang janggal menurut perasaan ku.

"Maksud bang Dion terlambat apaan?"

Bang Dion tersenyum sambil bangkit dari duduk nya.

"Abang ke kamar ya. Besok harus kuliah. Jangan kek anak smp yang bolos" Lalu bang Dion berjalan menuju pintu kamar dan setelah itu keluar sambil menutup pintu nya kembali.

issh nyebelin. Kebiasaan kalo ditanya kadang gak jawab. Ya sudahlah mungkin hanya perasaan ku saja yang aneh. Mungkin maksud bang Dion itu, sebelum terlambat takut Al udah punya yang lain. Masuk diakal bukan?

•••••

Hari ini adalah hari ke 3 aku putus. Aku memustuskan hari ini saat nya kembali untuk menjalani kewajiban, yaitu kuliah. Sebenarnya aku belum siap menghadapi para manusia yang akan menanyai tentang hubungan ku dengan Al. Para perempuan pasti akan senang mendengar kabar bahwa aku sudah tidak ada hubungan lagi dengan Al. Dan para sahabat Al pasti akan menertawaiku dan mengejek. Huhh ini lah akibat jadi mantan orang ganteng dan terkenal dikalangan perempuan seperti Al.

Pagi ini mata ku tidak sembab seperti kemarin. Semalam aku berhasil menahan air mata yang keluar. Jadi sekarang aku tidak perlu repot repot memakai kacamata hitam.

Aku menatap cermin didepan ku sambil tersenyum. Pokoknya aku gak boleh keliatan sedih jika bertemu atau sekedar papasan. Aku harus selalu tersenyum layaknya orang bahagia.

Aku mengambil tas dan ponsel yang berada diatas meja rias. Lalu melangkah ke lantai bawah.

"Bang" Teriak ku saat kaki sudah ada di ujung tangga.

"Dean, jangan teriak teriak. Kebiasaan deh" Sahut suara yang terdengar lembut.

Mendengar suara kesal Mama, aku tertawa kecil dan langsung menghampiri Mama yang sedang mencuci piring di dapur.

"Maaf deh" Ujar ku sambil memeluk Mama dari belakang. "Bi Inah belum pulang Mah?"

"Belum, hari Minggu mungkin. Jangan peluk gitu, Mama belum mandi nanti kamu bau" Ujar Mama sambil mengurai pelukan.

"Kan aku bisa pake parfume lagi"

Mama menatap ku sejenak sambil menggelengkan kepala nya. Aku hanya tersenyum melihat itu.

"Bang Dion mana Ma?"

"Di Garasi, panasin mobil"

Aku terkejut mendengar bang Dion di Garasi. Karna biasanya, jam segini bang Dion masih tidur dan menyuruh ku menaiki taxi. Tetapi saat ini bang Dion sudah siap untuk mengantarku.

Possessive BoyfriendWhere stories live. Discover now