Years With(out) You - The 7th Chapter

616 53 0
                                    

  Yuri terdiam mendengar pertanyaan wanita itu. 

  "Mianhae, Yuri. Dia tidak bermaksud." ucap Mr. Cho cepat sebelum mencubit pelan lengan sang istri. 

  "Eommeonim, abeonim, bolehkah aku beristirahat ? Kepalaku sakit.." ucap Yuri lemah. Pasangan itu mengangguk lalu meninggalkan Yuri di ruangan itu sendirian. Mata Yuri terpejam. Kepalanya terasa sakit seperti biasa.

***

  "Grandmaa... Grandpaaa... Minyoung pulang!" seru gadis kecil itu sambil berlari ke pangkuan sang nenek. Wanita itu tersenyum. "Bagaimana hari - harimu di sekolah, Minyoung? Apakah menyenangkan?" tanya sang nenek. Minyoung menggelengkan kepalanya. "Mommy belum juga sembuh. Aku sangat merindukannya." jawabnya.

  Mr. Cho tersenyum. "Minyoung, kau ingat pesan ayahmu tadi pagi?" tanyanya. Minyoung lalu menundukkan kepalanya. "Grandma punya hadiah untuk Minyoung. Kau pasti suka sekali dengan hadiah grandma dan grandpa. Tapi, Minyoung harus berjanji untuk tidak berisik atau mengganggu." ucap Mrs. Cho. Kepala gadis itu mengangguk menyetujui apa yang dikatakan sang nenek.

  Ketiganya mendekati pintu ruang tamu. "Minyoung, bukalah pintunya lalu lihat hadiahnya." ucap Mr. Cho. 

  Minyoung menoleh ragu lalu memutar knop pintu. Di dorongnya pintu itu sedikit lalu ia hampir berteriak kegirangan. "Mommy.."  gumam gadis itu melihat Yuri berbaring di atas kasur. Matanya terpejam. Sedang beristirahat.

  Kedua orangtua itu menatap Minyoung dan Yuri penuh haru. Pasalnya, Minyoung tidak tahu bahwa sebenarnya dia yang membuat kedua insan yang saling mencintai itu berpisah. Namun, kasih sayang dan cinta mereka secara tidak langsung terlihat dengan jelas. 

  "Keduanya mempunyai ikatan batin yang kuat, Jeonha." bisik Mrs. Cho ke sang suami. Pria itu mengangguk setuju dengan apa yang diucapkan sang istri. "Ayo kita ajak Minyoung bersiap-siap untuk makan malam. Sepertinya Yuri masih butuh istirahat." ucap Mr. Cho. 

  "Minyoung, ayo kau mandi, belajar, lalu makan malam. Nanti kita makan malam bersama mommy juga, ne?"  ucap Mrs. Cho pelan. Minyoung mengangguk secara terpaksa dan menutup pintu kamar tidur tamu itu perlahan agar tidak menghasilkan bunyi sedikitpun yang mungkin akan mengganggu istirahat Yuri.

  "Mommy disini.. artinya apakah Minyoung boleh bersama mommy?" tanya gadis kecil berambut hitam lurus itu. Mr. Cho mengangguk. "Tentu saja boleh, Minyoung. Mommy sangat menyayangimu." ucap pria itu. Minyoung tersenyum senang lalu berlari ke kamarnya. Disana, gadis itu segera bersiap - siap untuk makan malam sekaligus mengerjakan tugas dan belajar.

  Makan malam sudah dipersiapkan oleh para koki di mansion itu. Beberapa sudah mulai dihidangkan di atas meja makan yang besar nan panjang bak meja makan di kerajaan-kerajaan.

  Pukul 7:35, Kyuhyun akhirnya pulang. Ia langsung mencuci tangannya dan duduk di kursi meja makan, menunggu orangtuanya dan juga Minyoung.

  "Perlahan.. Yuri.. Jangan paksakan dirimu." ucap Mrs. Cho sambil membantu Yuri duduk di kursi, membuat Kyuhyun terkejut dengan keberadaan wanita itu. Sedangkan Minyoung duduk di hadapan Yuri pas, membuat wanita itu tak tahu harus bagaimana lagi.

  "Kyu.. kau sudah pulang? Ada Yuri hari ini. Eomma membawanya kesini karena dia baru saja sembuh dan masih butuh pegawasan sedangkan Yuri tinggal sendiri tanpa keluarga satupun yang menemaninya, itu berbahaya." ucap Yemin, ibu Kyuhyun.

  Kyuhyun hanya bisa diam. Di dalam hatinya, ada suatu perasaan yang membuatnya ingin sekali memeluk wanita itu. Memberinya semangat. Mencium wanita itu agar cepat sembuh. Ia ingin sekali melakukan itu.

  Singkat cerita, semuanya akhirnya menyantap makan malam mereka. Sesekali Mrs. Cho membantu Yuri untuk memotong atau menyuapinya karena tenaga wanita itu belum sepenuhnya pulih. 

  "Yuri.. sebentar lagi ada pergantian semester. Apakah ada libur?" tanya Mrs. Cho pelan, berusah memecah keheningan di acara makan malam itu. Yuri mengangguk. "Berapa lama?" tanya Mr. Cho.

  "Satu bulan.." jawab Yuri lemah.

  Mendengar suara Yuri lagi, membuat Kyuhyun semakin merindukannya. Pria itu benar - benar gila melihat dan mendengar Yuri lagi. Makan malam seperti ini saja mengingatkannya pada saat-saat mereka masih rukun dalam pernikahan yang hampir tak diketahui oleh siapapun. Semua mungkin hanya tahu bahwa Yuri adalah sekretaris CEO itu.

  "Sayang sekali salju belum turun juga di Korea. Kira-kira, mulai tanggal berapa libur itu, Yuri-ah?" tanya Mrs. Cho sambil menuangkan air mineral ke gelas Yuri. Yuri berusaha berpikir sejenak. "Mungkin minggu depan atau dua minggu lagi, eommeonim." jawab Yuri pelan. Kyuhyun hanya tersenyum tipis -nyaris tak terlihat- mendengar jawaban Yuri.

  "Mommy  Nanti kita bermain skii bersama, iya! Atau ke pemandian air panas bersama Minyoung!"

  Yuri hanya menganggukkan kepalanya, walau sedikit terasa tidak ikhlas dengan jawabannya sendiri. "Kyuhyun, kau besok mengambil hari bersantai, bukan? Mengapa tidak mengajak Yuri berkeliling saja?" tanya Mr. Cho. Kyuhyun hanya menganggukkan kepalanya. "Bagaimana menurutmu, Yuri?" tanyanya.

  "Aku harus mulai bekerja besok.Pekerjaanku pasti menumpuk dan aku mempunyai tanggung jawab yang besar bagi negara ini. Murid-murid kelas akhir harus menghabiskan materi mereka sebelum liburan." jawab wanita itu.

  "Kalau begitu.. biarkan Kyuhyun mengantarmu dan menjemputmu. Kau jangan terlalu memaksakan diri, Yuri. Ingat kesehatanmu. Tubuhmu belum sepenuhnya pulih dari hal itu. Kau tidak mau justru bertambah parah dan membuatmu masuk ke rumah sakit lagi, bukan?" nasihat Mrs. Cho.

  Yuri hanya menganggukkan kepalanya dan memakan sup asparagusnya itu. Tangannya tiba-tiba meletakkan sendok itu kasar ke atas piring, membuat suara berdenting dan semuanya menoleh ke arahnya.

  "Aku permisi. Kepalaku sakit lagi. Aku akan beristirahat."

  "Kyu, antarkan dia ke kamar."

  "Tidak perlu—"

  "Ayolah Yuri."

  Pria itu menyelesaikan makan malamnya. Tangan kanannya berada di pundak kanan Yuri sedangkan tangan kirinya memegang tangan kiri Yuri, membantunya berjalan perlahan menuju kamar. 

  Yuri terdiam ketika tangan pria itu menyentuh kulitnya. Ada reaksi aneh yang terjadi kepada dirinya seperti ketika keduanya pertama kali bertemu dalam sebuah interview antara atasan dan bawahan. Kyuhyun membantu Yuri berbaring di atas kasur lalu menyelimuti wanita itu.

  "Tidurlah. Istirahatlah, Yuri."

  "Terima kasih sudah mau membantuku, Mr. Cho." ucap wanita itu pelan sebelum matanya dipejamkan karena sakit kepala yang begitu menusuk. Pria itu meninggalkan ruangan itu dan menghampir kedua orangtuanya.

  "Eomma, appa, aku ke atas terlebih dahulu."

  Mr. Cho dan Mrs. Cho hanya bisa saling berpandangan. "Semoga trik ini berhasil, sayang. Aku tak tahu harus bagaimana lagi jika ini gagal. Mungkin mereka memang tidka ditakdirkan untuk bersama lagi seperti dahulu." ucap Mrs. Cho.

  "Kita belum mencoba dan tahu hasilnya. Kita lihat nanti. Sekarang, kita utamakan kebahagiaan Minyoung dulu." ucap Mr. Cho sambil mengacak - acak rambut Minyoung sedikit.

  "Itu.. sup asparagus Yuri masih tersisa. Biarkan aku yang menghabiskan agar tidak terbuang sia-sia," kata Mr. Cho pelan.

  "Tunggu, biar aku yang mengambilnya."

To Be Continued.

Years With(out) YouWhere stories live. Discover now