Years With(out) You - The 3rd Chapter

698 66 4
                                    

  Sinar matahari mulai masuk melalui jendela yang tidak ditutup tirai. Mata Yuri mulai terbuka perlahan. Terasa begitu pusing untuk beberapa saat. Bertepatan dengan itu, pintu terbuka. Menampakkan pria dengan pakaian santainya di rumah. 

  "Kwon Yuri.. kau bisa mendengarku?" tanya Kyuhyun dingin. Wanita itu diam. "Biarkan aku pulang," ucap Yuri, memecah keheningan diantara mereka berdua. "Tubuhmu masih lemah," sahut Kyuhyun dingin. Yuri kembali memejamkan matanya. 

  "Bisa tolong ambilkan obatku?" tanyanya dingin. "dr. Hwang menganalisis obatmu dan dia mengatakan obat yang kau konsumsi selama lima tahun ini salah." jawab pria itu datar. Yuri menghela nafasnya kasar. 

  Pintu kamar itu kembali terbuka, menampilkan pria dengan pakaian dokternya. "Mrs. Cho..eh.. Ms. Kwon," ucap pria itu cepat, langsung meralat panggilannya kepada wanita itu. "Aku harus pulang. Aku harus mengajar." ucap wanita itu lemah. Pria itu menggelengkan kepalanya. "Dulu mungkin aku izinkan, Ms. Kwon. Tapi, kondisimu semalam begitu berbahaya," sahut pria itu.

  Yuri memikirkan bagaimana Minyoung besok mencarinya namun dirinya tidak masuk karena kondisinya seperti ini. "Kumohon, biarkan aku bekerja. Aku tak bisa seperti ini lagi," pinta Yuri dengan sangat. "Aku janji aku tidak akan drop lagi. Aku berjanji aku akan lebih banyak beristirahat. Kumohon." ucap Yuri.

  Kyuhyun menatap dr. Hwang dan sebaliknya. Memang rayuan Yuri tidak dapat dicegah. Semua pasti hanyut dengan rayuan mautnya. "Baiklah, Yuri. Namun, jika kau sampai pingsan ataupun drop lagi, kupastikan kau akan masuk di kamar ini lagi atau rumah sakit." ucap dr. Hwang pasrah.

  "Kyu, kau antar dia pulang. Awasi dia terus."

***

  "Minum obatmu yang baru."

  Yuri menganggukkan kepalanya. "Kamsahamnida, Mr. Cho. Maaf merepotkan." ujar wanita itu pelan sebelum menutup pintu mobil dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumahnya yang berwarna putih dari luar itu.

  Pria itu hanya bisa diam. Kwon Yuri, mantan istrinya lima tahun yang lalu. Perceraian mereka tidak pernah sah di mata hukum dan agama, karena mereka hanya semata cekcok lalu Kyuhyun mengusirnya dari keluarga itu. Kehadiran seseorang membuat keluarga kecil itu hancur ketika wanita itu masih berusia dua puluh tiga tahun, di usia pernikahan yang masih satu tahun.

  Jika hati kecilnya ditanya, "Masih inginkah kau untuk menjadi suami yang baik baginya?", maka  jawaban pria itu  pasti, "Iya,". Namun, untuk mengungkapkan perasaannya secara gamblang, Kyuhyun tak bisa. Malam tadi, ketika semua tertidur, pria itu datang mencium kening Yuri. Membisikkan kata "Saranghae," di telinga sang pujaan hati.

  Yuri menjatuhkan diri di atas kasurnya. Jika ditanya apakah ia masih mencintai Kyuhyun, a sendiri tidak tahu. Bertemu dengan pria itu setelah lima tahun sejak dirinya diusir dari kelaurga itu membuatnya sakit hati. Sangat sakit hati.

  Hari itu, Yuri hanya menghabiskan waktu beristirahat. Sekedar berdiri untuk ke kamar kecil, makan, mandi, dan minum obat. Lalu, ia habiskan separuh waktunya tidur sembari menghirup lilin aromaterapi dan juga mendengarkan lantunan musik instrumental yang begitu menenangkan pikirannya.

  Kyuhyun? Pria itu tidak keluar dari kamarnya sama sekali. Makan malam dan siang pun diantar ke dalam kamar. Ia larut dalam pikirannya sendiri. Mengkhawatirkan keadaan Yuri yang saat ini masih lemah. Bertanya - tanya apakah wanita itu sudah makan nasi dan meminum obatnya dengan teratur.

  "Kyuhyun? Noona kembali dengan Minyoung dari Daegu." sahut sang kakak dari lantai bawah. Pria itu tersenyum. 

  "Putri kecilku.." gumamnya pelan.

***

  "Kau tidak apa - apa, Yuri?" tanya Sooyoung.

  Ruang guru itu mendadak jadi ruang interogasi Yuri. Kepala Yuri mengangguk menjawab pertanyaan temannya itu. "Tanganmu.. bekas infus?" tanya Hyoyeon. "Ah, ini kemarin. Aku sedang tidak enak badan saja," jawab Yuri sambil tersenyum.

  "Semua guru mengkhawatirkanmu, Yuri. Saat akan malam bersama kemarin, kau terlihat begitu lemah hingga rasanya kau tak bisa memotong daging steak itu sama sekali." ujar Taeyeon. "Nan gwaenchana," jawab Yuri pelan.

  "Ayo jangan bahas itu. Masih ada ratusan hal yang dapat kita bahas, bukan?" tanya Yuri pelan. Tidak seperti biasanya, Yuri tidak seceria sebelum ia menghadiri makan malam itu. Nada berbicaranya pun lebih terkesan datar dan dingin. "Kau berubah, Yuri. Ada yang mengganggumu." ucap Sooyoung.

  Yuri tersenyum tipis lalu meninggalkan ruang guru itu. "Ada sesuatu yang ia sembunyikan. Entah apa itu, yang jelas pasti berkaitan dengan makan malam bersama CEO kemarin." ucap Yoona. "Yuri menyukai CEO? Bisa saja, tapi terdengar aneh. Kau tahu kan ia mengatakan ia tidak tertarik dalam hubungan apapun?" tanya Hyoyeon.

  "Dan jika CEO menyukai Yuri, itu terkesan lebih bodoh lagi. Mana ada atasan menyukai bawahan. Mungkin terjadi, tapi pada pria dingin seperti Cho Kyuhyun itu, sudah terlihat mustahil. Pria itu pasti mencari yang juga sekelas dengannya." sahut Taeyeon.

  "Mungkin ada kaitannya dengan Minyoung ?"

  "Ne? Nugu?" tanya Yoona tak tahu dengan siapa Minyoung yang dimaksud oleh Sooyoung. "Anak berusia enam tahun yang selalu berkunjung ke ruangan Yuri setiap hari setelah jam istirahat. Cho Minyoung. Kabarnya dia adalah anak dari Cho Kyuhyun," jawab Hyoyeon. "Dengan siapa? Bukankah dia single?" tanya Yoona.

  "Anak angkat CEO. Aku pernah membacanya di TV." jawab Taeyeon santai sambil mengerjakan soal matematika untuk mengisi waktunya. "Lalu maksud kalian, Minyoung mencuci otak Yuri?" tanya Yoona. "Who knows, Yoong." jawab Sooyoung. "Walau mustahil. Harus kuakui sangat mustahil karena dia anak TK!" sahut Hyoyeon.

  "Keuntungan apa yang di dapat anak itu jika berhasil mencuci otak Yuri? Ayahnya juga tidak akan peduli pada hal kecil seperti itu."

  "Intinya, kita sudah tahu bahwa Yuri berubah sejak makan malam bersama CEO itu. Kita hanya perlu membuat beberapa - beberapa kemungkinan yang masih masuk akal dan mencocokannya dengan kejadian yang sedang terjadi saat ini." ucap Taeyeon.

  "Minyoung!" seru Yuri ketika anak itu langsung berlari memeluk Yuri. Dibelakangnya, seorang helper membungkuk hormat ke Yuri lalu meninggalkan Minyoung dan Yuri berdua. "Mommy, are you alright ?" tanya Minyoung sambil menatap kedua mata Yuri. Wanita itu mengangguk. 

  "Minyoung, mommy hanya sedikit tidak enak badan kemarin dan kebetulan obat mommy habis sehingga mommy harus meminta obat cadangan. Gomawo, Minyoung, sudah mau membantu mommy saat sakit." kata Yuri sebelum mencium pipi gadis itu.

  Minyoung membalas ciuman pipi kepala seolah SMP yang sudah dianggap sebagai ibunya sendiri.

To Be Continued.


Years With(out) YouWhere stories live. Discover now