Chapter 6 : Apes

158 21 2
                                    

Badmood, ya mungkin itulah yang bisa menggambarkan keadaan hati Michelle bagaimana tidak, ini adalah hari pertamanya masuk sekolah setelah liburan panjang, tapi baru aja masuk di hari pertama sudah telat.

And guess what? Michelle lagi di hukum di bawah teriknya sinar mentari dan harus hormat ke Sangsaka Merah putih. Dirinya bersyukur tadi pagi ia sudah sarapan dahulu sebelum berangkat.

Thank you pangeran es a.k.a my hero

"Eh, kamu!" seru pak cecep.
"Saya pak?" tanya Michell. Memang ya melihat cowok ganteng bisa bikin bodoh, eh sejak kapan pepatah ini ada?
"Bukan, nenek kamu!" Balas pak Cecep membalas pertanyaan bodoh Michelle
"Hah? Mana nenek saya pak? Perasaan saya ga bawa nenek saya," jawab Michelle polos.
"Ya itu tau! kamu lah siapa lagi,Sini! " Ketus pak cecep

Aku pun langsung ikut pa cecep masuk ke ruang piket. Disana ada beberapa anak juga.

"Heh! Malah bengong. Sana isi absen telat dan jangan ada niatan buat kabur, kalo kamu berani kabur siap-siap SP."

WTF. Sp? Gak gak, Michelle gak boleh dapet SP, ya walaupun semakin kesini bunda semakin dingin padanya tapi tetap saja dia wanita yang paling Michelle cintai.

Aku pun langsung mengisi daftar absen telat, hebat ya masa telat aja di absen.

Eh, btw mana ya pangeran es, tanya Michelle dalam hatinya

Michelle celingak-celinguk, tapi hasilnya nihil.

"Heh kamu!" ucap seorang pria

Michelle masih saja dalam misinya mencari si pangeran es-nya.

"Awww, IH SIAPA SI-eh, pak Deden," celetuk Michelle sambil nyengir 10 jari.
"Lagi ngapain kamu?" ucap pak Deden, tetap dengan suara tegas.
"Lagi hormat ke bendera lah pak. Bapak gak lihat apa?" Balas Michelle
"Saya juga tau itu. Yang saya tanya kenapa tadi kamu gak dengerin saya dan malah celingak-celinguk. Kamu ini udah telat masih aja ngelawan," Ucap pak Deden membalas Michelle.

"Maaf pak. Soalnya saya belum makan pak jadi kurang fokus " ucap Michelle bohong, sambil menunduk.

"Kamu ini banyak- " suara pak Deden terhenti karna di interupsi seseorang.

"Maaf pak. Sebenernya dia telat gara-gara saya, tadi saya yang nggak sengaja ngotorin rok nya jadi dia harus pulang dan ganti rok baru. Kalo bapak mau hukum dia hukum saya juga aja pak," balas seseorang.
"Oh begitu, oke kalau memang begitu. Kalian berdua Sapu lapangan belakang SE KA RA NG!" Suruh pak Deden, tegas dengan suara sangat mengerikan khas miliknya.

Gua masih menunduk sampai tangan seseorang memegang tangan gua. Baru saja gua mau marah tapi pas gua menangkat kepala gua....

"IH LO SI-apa. Eh lo? Jadi tadi yang- ".
"Berisik banget sih, ayo cepetan!" ucap si pangeran es

Ya, pangeran es ialah orang yang sama dengan pria yang diangkot. Dan untuk kedua kalinya, pangeran es nya sudah membantu nya. Michelle banyak berutang budi dengannya.

"Um... Nama lu siapa? Anak baru ya? Pindahan mana?"Cerocos Michelle.

Tapi Pria itu malah diem.

"Ih kok gua di diemin sih " gerutu Michelle.

Mereka pun sudah sampai di lapangan belakang.

"Lu ambil sapu yang dipojok itu, trus kita bagi dua. Yang deket gudang biar gua yang nyapu dan yang deket pagar itu bagian lu," Perintah pangeran es sambil menunjuk sapu dan alat-alat kebersihan yang ada di pojok.

"Ih ko lu ngacangi- " Ucapan gua terinterupsi karna si pangeran es.
"sst... Lu tuh berisik banget si. Mending cepetan kerjain daripada ntar pak Deden nyuruh kita yang lain!" ketus si pangeran es.
"Oh, oke." ucap Michelle malas.

Michelle pun langsung melenggang meninggalkan pangeran es-nya dan mereka melaksanakan tugas masing-masing.

"Kyaaaaa." Teriak Michelle tiba tiba.
"Apaansi," Ucap si pangeran es tak tertarik
"Kyaaa. Please, tolongin gue dongg!" pinta Michelle.
"Hadeh ada-ada aja sih nih cewe," ketus si pangeran es.

Si pangeran es pun mendatangi Michelle. Ternyata Michelle teriak karna ia melihat laba-laba.

Yap, Michelle merupakan arachnophobia.

Segera si pangeran es mengambil laba-laba kecil itu dengan daun dan melemparnya jauh.
"Arachnophobia?" Tanya si pangeran es
Michelle masih belum bisa menjawab pertanyaan nya. Rasanya ia ingin jatuh saja

"Eh...eh, jangan pingsan disini. Yaudah lu istirahat dulu aja," saran si pangeran es. Ia pun langsung menuntun Michelle untuk duduk di bangku-bangku dalam taman belakang tersebut.

Michelle sejurus kemudian langsung bersandar di dada bidang si pangeran es. Lumayan lama ia bersandar di situ, "Udah lama phobianya?" Tanya si pangeran es tiba tiba.

"Hmm, sejak gue sd kelas 4," Jawab Michelle, ia masih mengatur napas nya.
"Kok bisa?" Tanya si pangeran es, lagi.
"Jadi, dulu gue tuh lagi main sama sahabt kecil gue, terus gua tiduran di rumput-rumput. Nah pas lagi tiduran itu tiba-tiba ada laba-laba yang masuk di kuping gue. Waktu itu gua bingung banget harus gimana. Sampai akhirnya 3 hari setelahnya, gue cerita ke ayah karna kondisi telinga gua yang mulai sakit. Kita periksa ke ahli THT dan dokter menyarankan operasi untuk mengeluarkan laba-laba nya dari telinga. Gue takut..." Cerita Michelle panjang yang diakhir lirih tangisan.
"Udah-udah tenang ya, ada gue disini," Ucap si pangeran es dan membawa Michelle dalam dekapannya
------------------
Cerita ini sedang di re-write
Ig: @kvnfrmn_



Un[ex]pected AdventureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang