Chapter 4 : Crying

154 26 6
                                    

Seorang wanita berambut hitam dengan baju berlogo adidas pink ditemani celana jeans biru dongker baru saja memasuki pintu masuk Café dé tiam-tempat janjiannya dengan Kevin-.

Michelle, sudah menunggu sekitar 15 menit disini. Sumpah serapah sudah di ucapkan nya di dalam hati.

"Emang dasar cowok, janjian jam berapa nyampe jam berapa," sungut Michelle dalam hati, entah ke berapa kalinya.

Ting

Lonceng diatas pintu cafe berbunyi, menandakan pelanggan baru yang masuk, sontak Michelle menoleh seiring mengharapakan kedatangan Kevin

Binggo, dugaan Michelle benar, si pelanggan baru itu ternyata Kevin.

Kaos putih gading dengan celana selutut menjadi outfit Kevin saat ini.

Senyum ramah Kevin dibalas Michelle dengan senyuman juga.

"Hmm, udah lama ya nunggu?" tanya Kevin, menghilangkan rasa kegugupan yang sedang terjadi ini.

"Lumayan," singkat Michelle.

Dalam hati, Michelle hanya bisa membatin, mengapa kini dua insan yang dulu erat bagai dua sejoli, kini bagai dua orang yang baru berkenalan, Michelle benci ini.

Bukan hanya Michelle, namun Kevin pun merasakan hal yang sama dengan Michelle.

Aneh bagi mereka berdua memang, dan ibarat kata "Nasi sudah menjadi bubur" memang cocok untuk mereka berdua saat ini. Hanya satu hal yang membuat mereka begini, kesalahpahaman.

Larut akan pemikiran masing-masing, tak sadar minuman yang mereka pesan telah singgah di meja.

Michelle memesan Hot Lemon tea sedangkan Kevin memesan Ice choco, sama seperti dulu.

"selera lu gak pernah berubah ya va dari dulu selalu mesen yang panas-panas," ucap Kevin mencoba memulai percakapan.

"To the point aja, lu mau ngomong apa?," tukas Michelle

"Okay, calm down,"

"Sebenernya gue ngajak lu ketemuan disini, karna gua mau-

Kevin menjeda ucapannya, menarik nafas panjang dan

-minta maaf, va.. Gue tau sekarang siapa yang benar di kejadian waktu itu, dan gue baru tau kemarin, waktu gue tiba-tiba dapet mimpi tentang kejadian itu, actually gue emang udah kepikiran lagi kejadian itu. Dan tempo hari, waktu kita, lebih tepatnya saat lu nabrak gue, dan beberapa saat sebelum itu gue minta ke petugas keamanan rekaman CCTV saat kejadian, dan dugaan gue selama ini salah va, maafin gue, maafin gue karna lu udah menjadi vava yang lain, bukan vava yang hangat dan periang, maafin gue, gue tau ini salah gue, gue minta maaf va," ucap Kevin panjang.

"Cukup gue liat ini, gue udah muak bahas hal ini, gue udah benci mengingat hal laknat itu lagi. Kalo emang hal yang ingin lu bicarain ke gue tentang itu, maaf waktu gue lebih penting ketimbang itu. Gue duluan," Michelle sedetik kemudian meninggalkan tempat duduknya, menaruh dua lembar seratus ribu dan meninggalkan Kevin yang masih tergugu di Cafe itu.

"Shit," umpat Kevin

"Kenapa si dia gegabah banget, padahal ada hal yang lebih penting," Gerutu Kevin.

Sejurus kemudian, dia meninggalkan Cafe itu, tak lupa membayar pesanan nya sambil menyusun rencana di otak pintarnya.
------------------Cerita ini lg di re-write y
IG: @kvnfrmn_

Un[ex]pected AdventureHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin