Chapter 4: Dilemma

Mulai dari awal
                                    

"Jess.." David pun membopong Jessica, ketika dirinya ingin berjalan menuju gerbong lain, seorang perawat datang dengan membawa kotak P3K.

"Dia tertembak." David memberitahu. Segera saja perawat itu menuntun David untuk menuju ruang kesehatan.

Sesampainya disana beberapa perawat lain sudah siaga. David pun meletakkan Jessica di tempat tidur ketiga. Dimana tepat disamping dua pasien lain yang mengalami hal yang sama. Salah satunya dikenali David karena dia adalah teman David di militer.

"Joshua tertembak di lengannya ketika dia melarikan diri." Jelas perawat yang tadi mengantarkan David ke ruang kesehatan itu. David melihat temannya itu dengan rasa iba. Joshua adalah temannya yang paling tangguh dan sulit untuk menembak atau menangkapnya, namun kini dia terbaring di ruangan ini karena lengannya tertembak. David pun kembali fokus ke Jessica. Jessica segera diberikan perawatan oleh beberapa perawat. Tas Jessica sudah ada di tangan David.

"Kau sebaiknya beristirahat, David. Nanti malam akan ada pertemuan di ruang mayor." Ujar perawat yang ada disamping David. "Dimana ruanganku?" tanya David. Perawat itu pun berjalan keluar ruang kesehatan dan menuntun jalan David menuju salah satu gerbong yang memang dikhususkan untuk kamar.

Mereka pun sampai di salah satu kamar yang bertuliskan 'Soldier Jared'. "Terima kasih, Patricia." Ujar David pada perawat itu. Patricia hanya tersenyum lalu dia melihat ada luka goresan di wajah David.

"Aku akan membersihkannya dengan air dingin." David tahu apa yang akan dikatakan oleh Patricia. Dia kenal betul bagaimana Patricia. Dan ini bukan sekali dua kali Patricia melihat wajah David yang terluka.

Mereka terdiam sesaat. Antara David dan Patricia tidak ada yang mengatakan sesuatu. Hanya ada keheningan yang mereka ciptakan. "Jika butuh apapun aku ada di ruang kesehatan." Ujar Patricia sebelum dia pergi meninggalkan David. Sedangkan David menatap kepergian Patricia sampai Patricia menghilang dari pandangannya.

"Ohh.. Patrice."

*

Patricia masuk kembali ke ruangannya dan meminta hasil pemeriksaan dari Jessica kepada asistennya. "Namanya Jessica Hudson. Usia 18 tahun. Tidak ada luka serius. Hanya terkena goresan peluru dan sudah dijahit." Ujar asistennya yang memberikan hasil pemeriksaan kepada Patricia.

"Baiklah kau masukkan ini ke arsip." Patricia memberikan kembali lembaran hasil pemeriksaan itu. Kemudian dia duduk tepat disamping Jessica yang mulai membuka matanya.

"Hello." Sapa Patricia kepada Jessica yang sedang menyesuaikan matanya. Jessica melihat ke arah Patricia yang tengah tersenyum kepadanya.

"Kau siapa?" tanya Jessica dengan tatapan awas kepada Patricia. Matanya menilik ke seluruh ruangan remang yang hanya diterangi 1 lampu neon. Disampingnya terdapat 2 pasien lainnya yang tengah terbaring seperti dirinya.

"Tenanglah. Aku Patricia Dalton. Aku kepala perawat disini." Jessica menoleh ke arah Patricia yang masih tersenyum padanya. Wajahnya benar-benar damai dilihat, membuat Jessica yang tadinya tegang menjadi lebih tenang melihat wajahnya dan mendengar suara lembutnya.

"Namamu Jessica Hudson?" tanya Patricia yang masih berusaha membuat Jessica fokus akan dirinya. Jessica mengangguk, baru dia akan menggerakan tubuhnya untuk duduk, rasa sakit di kakinya mulai terasa dan membuatnya menjerit.

"Jangan bangun dulu. Sebaiknya kau istirahat." Patricia membantu Jessica untuk tidur kembali dan merapihkan posisi bantal yang nyaman untuknya.

"Dimana Dave? Dimana sahabatku?" tanya Jessica dengan suara tercekat. Perubahan ekspresi Patricia pun terlihat. Tadinya wajahnya tersenyum ramah, namun kini senyumnya hilang dan ia memasang wajah penasaran.

The Name Of Love ( Feltson )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang