"Yah, kok gak jadi satu aja sih Om?"

"Baju Om harus berapa kali cuci. Kamu nanti nggak sabar."

"Udah dimasukkin gitu aja, diputar, digilas, biarin kering kan?"

"Sembarangan. Barang elektronik semakin mahal, semakin sensitif."

Sofia menurut.

"Om ada meeting sama teman-teman. Kamu jam berapa pulang dari kampus?"

"Jam tujuh, kali."

"Oke, kalau mau masak nabe, bisa ya?"

"Gak, aku mau masak ceplok telur sama bikin sambel terasi."

"Eit!" si Om mendelik. "Gak goreng terasi malam-malam! Baunya menyebar seantero apartemen!"

"Tapi aku mau sambel terasi," Sofia sewot.

"Kalau mau goreng terasi pas hari Minggu aja, saat kita lagi di rumah dan waktu santai. Bisa masak-masak yang bikin bau."

Di lain waktu, ada lagi masalah yang timbul.

"Kamu ke masjid?"

"Gak ada kelas anak-anak hari ini."

"Lho, Sabtu selalu ada kelas anak di ruang bawah kan?"

"Nggak, nggak ada."

"Benar, gak ada?"

"Iya!" Sofia benar-benar tidak habis pikir dengan pamannya yang sangat interogatif. "Emang kenapa sih?"

"Ada yang nitip barang di masjid. Mau minta tolong ambilkan."

"Lho, kok nggak Om sendiri?"

"Om ada pesta nikah."

"Aku gak diajak?" iseng Sofia bertanya.

"Disini gak kayak kondangan ala Indonesia, Non," si Om menjelaskan. "Eh kamu bisa ambil barang kan? Di masjid?"

"Ya Allah Ooom...aku ini ada kelas tambahan."

"Pas pulang bisa mampir?"

"Kalau Kitakyushu tetangga kecamatan, aku ke masjid, dah. Ini aku harus dua kali ganti subway di Hakata dan Orio, lanjut jalan kaki. Om tega nyuruh aku bolak balik nenteng barang?"

"Disini cewek biasa angkut barang, naik sepeda onthel," omel Om.

"Aku masih harus penyesuaian, Om."

"Kamu! Kalau lagi ngeles persis seperti Nanda!"

Kalau sudah ungkit orang-orang di rumah, Sofia lebih memilih berdiam diri.

Lagian si Om ini, habis ada Sofia di apartemen, punya alasan buat main perintah. Nyuruh ambil barang. Nyuruh antar barang. Nyuruh jemur pakaian. Nyuruh masak. Nyuruh buang sampah. Nyuruh belanja. Giliran kondangan, tak mau ajak-ajak.

"Kondangan disini ya Sop," jelas Om –Sofia jengkel kalau dipanggil Sop. Dan tampaknya si lawan bicara tahu hal itu-,"harus menyiapkan dana."

"Lha kan memang begitu? Di Indonesia juga gitu. Kita bawa amplop."

"Iya, tapi bawa atau gak bawa amplop gak masalah. Kalau disini, yang diundang hadir memang wajib bawa amplop. Isinya juga bukan sedikit. Makanya, yang diundang pun gak banyak. Kadang hanya tigapuluh sampai limapuluh orang, tapi mereka benar-benar dipastikan membawa bingkisan."

"Ish, berapa isi amplopnya Om?"

"Yah tigapuluhribuan lah..."

"Murah, kan?"

Polaris FukuokaWhere stories live. Discover now