FYI

257 14 5
                                    


Orang bilang, enak studi di luar negeri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Orang bilang, enak studi di luar negeri.

Kalau memang benar 100% enak, tentu tak ada pepatah : hujan emas di negeri orang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri. Walaupun jujur hati berharap, lebih baik hujan emas di negeri sendiri, hehehe. Studi di luar negeri bukan identik dengan shopping, berfoto di depan pepohonan khas negeri tersebut, berfoto ketika musim berganti, berfoto dengan pakaian adat setempat, jalan-jalan dan mencoba mencicipi kuliner khas.

Studi di luar negeri berarti siap berhadapan dengan dosen yang baik hati namun juga rigid minta ampun, asisten dosen yang melebihi dewa kekuasaannya, bahasa pengantar yang harus direkam dan diputar ulang di rumah. Belum lagi tulisan berukir yang indah dipandang. Seumur-umur lidah tidak cocok dengan ikan mentah ala sashimi. Di Indonesia yang terkenal adalah gulai kepala ikan dan ikan bakar dengan sambal pedas asam manis. Maka lidah Sofia hingga dua kali musim semi masih belum dapat bersahabat dengan soyu dan mirin.

Ohya, ada permasalahan lain yang belum dibahas : roommate. Entah mengapa, rata-rata orang asing suka sekamar dengan orang Indonesia. Konon, orang Indonesia rajin dan pembersih. Ditambah lagi tidak banyak mengeluh dan menggerutu. Suka membersihkan kamar, tidak ragu membereskan perkakas teman sekamar yang berantakan, rela mengosek kamar mandi. Memiliki roommate yang tertib rapi adalah anugerah. Sebab, memiliki teman sekamar yang pemabuk hingga muntahan dan barang-barangnya berceceran kemana-mana, adalah bencana. Memiliki teman sekamar penganut freesex, buat gondok juga ketika dia minta izin : hei, kamu keluar kota? Boleh aku pinjam kamar ini dengan pacarku? Duh, mereka bercengkrama di kasur siapa! Punya teman sekamar yang tidak tahu halal haram juga buat pusing tujuh keliling : kulkas bersama menjadi penyimpan minuman keras, bersama daging-daging yang tidak boleh dimakan.

Dari semuanya, punya teman sekamar yang benar-benar tidak memiliki sense of odour , membuat hari-hari tak betah. Ia akan letakkan baju kotor di sembarang tempat dan ups, pakaian dalam pun tercecer.

Sofia sudah mendengar kisah 1001 duka nestapa derita hidup di perantauan.

Ia tahu, merantau berarti pengiritan uang hingga harus mengetatkan ikat pinggang selangsing-langsingnya. Ia tahu, merantau berarti menyesuaikan kuliner dan adat istiadat yang sangat bertolak belakang. Ia tahu, bagian paling menyakitkan yang membuat para mahasiswa meraung ingin pulang adalah : homesick tiada tahan.

Tapi ternyata, semua panduan merantau yang dibacanya via internet dan buku-buku motivasi, masih belum mencantumkan tantangan yang satu ini.

"Ingat ini hari Selasa."

"Ya, Om."

"Jangan lupa sampah organiknya."

"Iya."

"Jangan tercecer! Pekan kemarin ada basah-basah di bawah kotak sampah."

Sofia mendengus.

"Om nyuci dulu hari ini, baru kamu."

Polaris FukuokaWhere stories live. Discover now