1. Matsu yang Menghilang

629 38 11
                                    



春, haru. Musim semi, tahun kedua.

hitodama

yuku kisan ja

natsu no hara

~Hokusai

Sebuah kartu sederhana yang manis. Dengan guratan puisi yang tak dimengerti. Gadis itu menyimpannya hati-hati, ia masih harus banyak berbenah dan belum sempat memperhatikan surat menyurat yang masuk ke toko. Lengah sedikit saja, pamannya yang lebih kaku dari pohon matsu dan lebih lurus dari take akan menegurnya tanpa ampun.

Fukuoka berseri setiap Maret.

Dunia yang merekah bersama sakura somei yoshino, warna merah muda pucat merajai rimbun pucuk pepohonan. Biru lazuardi langit sebagai latar belakang, cabang-cabang menjulang tanpa daun yang merunduk bersama mahkota bebungaan warna cemerlang.

Ia selalu ingat setiap kali aroma khas ini tiba.

Keindahan yang dingin, senyum-senyum yang terpahat kaku di wajah orang-orang. Rindu dengan wajah-wajah yang dicintainya. Hati ini dipenuhi tumpukan rasa bagai warna warni sakura. Gembira dengan petualangan baru yang menjanjikan terhampar di hadapan mata, sekaligus cemas akan benturan budaya dan tentu saja kesal dengan kerumitan-kerumitan kecil yang harus dipelajari sebagai pendatang.

Di toko, Sofia mengerjakan apa yang menjadi kewajibannya. Mengatur barang, melap rak, merapikan pesanan yang baru tiba. Ia akan selalu ingat kapan pertama kali tiba di Fukuoka, Kyushu. Sebelum mengerjakan pekerjaan-pekerjaan utama di akhir pekan, seluruh indera seperti kompak menyusun kembali patahan-patahan memori.

Mengapa ia datang kemari.

Mengapa ia memutuskan kemari.

Mengapa ia berani menghadapi semuanya sendiri.

Semua folder ingatannya kadang mencuat seketika, lalu diredam dengan kesadaran bahwa ada saatnya masa lalu sama seperti rahasia yang lebih baik disimpan. Terkunci bagai file yang diberi password rumit. Password dengan kata kunci dengan kategori very very strong hingga ia sendiri lupa apa kombinasinya!

Maka, ketika kelopak mata terbuka uuntuk kembali pada relaita dan menguburkan semua, dunia masih tetaplah sama.

Tangkai-tangkai tertancap di ranting-ranting yang menempel pada cabang-cabang. Dahan ramping menjulur, memayung, membentuk kubah-kubah tempat berteduh. Bersilangan, merapat, merangkai anyaman. Batang-batang kelabu kecoklatan yang basah, hidup, serta berembun. Dedaunan belum bersemi, bahkan tak bertunas. Namun kambium-kambium itu tak menepi sendiri.

Di setiap tangkainya, zakura berkelompok, mengerling genit. Mahkota bunga setipis tissue, secerah mutiara, berhias putik-putik sari kuning serta pangkal mahkota warna merah jambu menggoda. Bergoyang bersama belaian angin musim awal semi.

Momiji!

Sakura.

Musim empat warna. Dunia baru. Sepi yang asing. Hening yang penuh riuh rendah suara di kepala.

Ini aku, desah Sofia.

Inilah musim terbaik di Fukuoka, setiap Maret tiba. Bunga-bunga cherry berwarna pastel yang rimbun di pepohonan membentuk mahkota bertumpuk-tumpuk. Orang-orang akan berduyun mencari tempat terbaik di bawah pohon cherry –sakura- sembari menggelar tikar lipat dan menikmati makanan minuman yang dibawa dari rumah. Taman-taman dipenuhi orang-orang, para kekasih berucap janji.

Polaris FukuokaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang