"Yang ganteng abis itu?" aku bersuara semakin histeris.

Bian duduk dengan kesal "Ya... Ya... Abang gue yang sukses, kaya raya, duda tapi seorang gay! Benar! Abang gue cuma satu Ayyanggggggg" ucapnya seraya mencubit pipi kiri dan kananku.

"Ihhhhh... Sakit tahu!!" protesku sambil mencibirnya dan menggosok-gosok kedua pipiku yang baru saja dicubitnya.

Namun sesaat gerakanku terhenti saat menyadari ucapan Bian barusan.

Tadi dia bilang apa?

Gay?

Siapa?

"Eh... Eh... Tadi lo bilang apa?" tanyaku seraya menarik Bian yang hendak berdiri.

"Apa?" Bian menaikkan alis kanannya.

"Barusan lo bilang apa?" tanyaku mengulang.

"Lo sekarang BUDI?" tanyanya balik seraya menekankan pada kata 'BUDI'.

"Hah?!" aku melongo.

"Lo kaya'nya bukan cuma BUDI tapi saatnya periksa ke THT!" tegas Bian.

Nih bocah ngomongin apa sih?

Apa hubungannya Budi sama THT?

"Bi-"

"Gue bantuin packing..." potong Bian seraya membuka lemari bajuku.

"Woi monyet! Budi apaan sih?!" tanyaku akhirnya.

"Budhek Dikit! Disingkat Budi!"

"Widihhhh! Sapa yang lo bilang budi? Gue?" tanyaku tidak terima.

"Nahhh... Emang dari tadi gue ngomong sama siapa?"

"Gueeeee..." ucapku lambat.

"So? Siapa yang-"

"Shit! Gue ga budi! Gue cuma ga yakin sama yang gue denger!" protesku tidak terima.

"Ini lemari apa kandang ayam sih?!" gumam Bian seraya berkacak pinggang dan menatap lemari pakaianku.

Dia berbalik dan melotot padaku.

"Abang lo gay?!"

"Gaji lo kurang?!"

Ucap kami bersamaan.

"Hah?" aku bingung dengan maksud pertanyaannya.

"Ya. Abang gue gay... Lo ga tahu?" tanyanya balik.

"Jadi abang lo pacaran sama calon suami Ira?"

Bian menonyor kepalaku sampai aku mundur satu langkah.

"Berarti gue ga salah dong kalau gue siram abang lo!" kini aku bersedekap dan memasang wajah sombong.

"Lo ga usah bawa baju deh! Bawa orang aja!" ucap Bian.

"Gimana Damon mau lirik elo kalau elo tiap hari dandannya kaya gembel!" ucap Bian sewot.

"Udah deh, yuk berangkat pindah sekarang aja da-"

Pacarku Gay? (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now