Chapter 5 Part 6

1K 117 23
                                    

"Menurutmu, bagaimana?"

Chelsea tak menjawab pertanyaan Ai yang sedari tadi sedang membicarakan tentang drama Jepang terbaru yang sedang populer. Mereka sedang membicarakan salah satu aktor yang tampan.

Mata Chelsea terpaku pada satu titik di depan papan tulis sana. Pikirannya... entah berseliweran di mana. Hanya bayang-bayang semu yang memunculkan wajah Ryu dan ketika itu muncul, hatinya terasa nyeri dan perih. Kenapa ia jadi tersiksa seperti ini? Bukankah dari awal ia sendiri yang menginginkan hal ini terjadi? Ryu pergi dari hidupnya..?

"Entahlah dia sedang melamunkan apa," ujar Yuki sambil mengamati Chelsea cemas.

Mata Chelsea berputar keluar jendela, menemukan langit biru dengan semburat awan yang cerah. Angin mendesir lembut membawa perasaan yang seharusnya menenangkan jiwa. Suara bising di kelas lambat laun tenggelam dan Chelsea harus tersadar, kalau ia hanya ingin melamun seperti ini terus. Tanpa mengingat Ryu atau cerita-cerita barunya yang akan ia lupakan.

Mendadak, bayangan di kepala Chelsea berubah menjadi saat-saat di mana ia pertama kali melihat Ryu. Matanya, pancaran karisma yang tak pernah ia dapatkan dari pria Indonesia manapun, kecuali dia.

Ya Tuhan, sekarang harus bagaimana?

"Asuka!"

Chelsea tersentak dan menoleh ke arah depan. Yuki dan Ai menatapnya cemas.

"Kau ini kenapa? Aku sudah memanggilmu berkali-kali," ujar Yuki dengan suara nyaringnya.

Chelsea mengerjapkan mata. Kelas masih sepi. Istirahat baru saja lewat sepuluh menit yang lalu.

"Sejak tiga hari terakhir ini kau jadi pendiam. Ada apa sebetulnya?"

Chelsea tak langsung menjawab, melainkan merasakan hatinya kembali terasa perih. Tapi seulas senyum ia usahakan muncul di wajahnya.

"Tidak apa. Akhir-akhir ini aku memang sedikit pusing," jawab Chelsea lemas.

"Ah, seandainya Ryu ada di sini sekarang, pasti kau tidak akan terlalu tersiksa seperti ini."

Kata-kata Yuki menebas batinnya seketika, tersiksa? Aku sangat tersiksa.

"Lebih baik, aku cepat-cepat melupakan dia," ujar Chelsea acuh tak acuh.

Yuki dan Ai tersontak, "melupakannya?" tanya mereka berbarengan.

"Ah, sudahlah lupakan saja. Aku jadi sering melantur aneh-aneh begini," ujarnya lagi sambil menggeleng-geleng dan tersenyum kecut.

"Aneh... aneh apanya? Kau ini kenapa?" tanya Ai. Tapi dari sebelahnya, raut wajah Yuki mendadak menegang dan mulutnya menganga menyadari sesuatu dikepalanya.

"Kalian putus?!?!" sela Yuki dengan suara nyaring dan gebrakan tangannya memukul meja. Tubuhnya di condongkan dan wajahnya sangat terkejut. Chelsea tersentak kecil tapi ia tak bisa melarikan diri lagi. Dan yang pasti ia tak bisa menyembunyikan ini lama-lama. Toh, masalah percintaan, kan, bukan masalah besar.

Bukan masalah besar. Ya, aku bisa mengatasinya.

"Ya, seperti itu," ucap Chelsea pura-pura tersenyum untuk membuat kedua temannya berpikir kalau ia baik-baik saja.

Ai dan Yuki melongo dan saling menatap kebingungan.

"T---tapi... kenapa?"

Chelsea tersenyum kecut lagi sambil menahan gejolak yang tak boleh terlihat di saat ia ingin mengatakan hal sulit. Mengatakan kalau bukan itu yang sebenarnya ia ingin katakan.

"Bukankah memang seperti itu gadis yang berhubungan dengan-nya? Aku sudah siap jika saat ini tiba," tuturnya.

Mungkin sebenarnya, aku masih belum siap..

"T---tapi, Asuka..."

"Sudahlah, Yuki. Aku lelah membicarakan dia terus. Ayo, kita ke kantin."

Dengan gerak yang di paksakan riang, Chelsea langsung menggaet Yuki dan Ai yang masih menatapnya khawatir.

Mungkin... aku benar-benar harus melupakannya.

Ya.

Melupakannya,

Lalu,

Selesai.

***

"Asuka, apa kau masih bersama pria itu?"

Ruang makan seketika hening. Gadis itu nampak lemas dan kunyahan mulutnya bergerak lambat.

Beberapa menit ia kira gadis itu tidak akan menjawab, tapi dengan gerak lesu dan tatapan yang lemah, Chelsea mengangkat wajah, "tidak. Sudah putus," ujarnya acuh tak acuh.

Wanita disebelahnya mendelik keras dan nyaris tersedak, "a---apa? P---putus? Kalian putus?"

Ayah Chelsea menoleh lagi ke arah anak gadisnya, ia tidak menjawab lagi. Rasa-rasanya gadis itu sedang bergumam dalam hati, memikirkan sesuatu yang entah ia tahu apa itu. Dan walaupun ia bisa menerkanya sendiri kenapa, tapi Matsumoto tak ingin menyetujui kalau Chelsea tetap memikirkan pria itu.

"Baguslah," balasnya dengan santai kembali melahap daging sapinya lagi.

"Bagus? Tapi kan kalian---ah, kenapa putus? Siapa yang memutuskan?" tambah wanita di sebelahnya dengan suara nyaring yang tak percaya.

"Dia," jawab Chelsea pendek, membuat meja makan kembali hening beberapa saat. Hanya terdengar getukan piring dan sendok.

Ibu Chelsea menatap tak percaya, tapi Chelsea membalas gemingan.

"Astaga. Kupikir kalian. . . akan. . .ah, aku sangat mengesalkan itu," sahut Chintia dengan nada menyesal dan hembusan napas pasrah.

Matsumoto mendelik dan menoleh ke arah istrinya, "mengesalkan apa? Jadi kau berpikir lebih baik Chelsea berpacaran dengan orang berbahaya seperti-nya dibanding memikirkan keselamatan anakmu sendiri?"

Tangan Chintia turun dan kepalanya menoleh tegas ke arahnya, "dia tidak berbahaya, Matsumoto. Dia anak yang baik, aku tahu itu."

"Anak baik apanya? Kalau dia anak baik, dia tidak akan mungkin menghamili putri Yakuza itu!"

Mendadak suara Matsumoto meninggi, membuat suasana menjadi mencekam. Chintia melebarkan matanya seraya ia menoleh terkejut ke arah Chelsea yang terdiam.

Chintia terdiam. "Jangan mengada-ada Matsumoto, aku tetap tak percaya!" suaranya tak kalah nyaring.

"Tidak ada yang mengada-ada! Seluruh Tokyo sudah tahu sejak dua tahun lalu putri Yakuza dihamili oleh putra Kepala sekolah Internasional! Maka itu... maka itu..." Matsumoto menoleh pelan ke arah Chelsea yang sedikit terkejut lalu melanjutkan, "aku tak pernah menginginkan kita pindah ke sini. Tokyo bukan tempat yang aman untukmu."

***

Bangkit dari kubur hehe
Maaf gomen sorry buhaoyise mianne aku baru update sekarang. Soalnya...aku makin sibuk tiap hari dan....sabtu jg kecapekan hmm jadi agak lambat dan jarang nulis😥

Tapi doain aja tiap minggu aku update soalnya udh gak lama lagi TK udh mau ending part hehe

Okelah terimakasih buat yg msh waiting and nunggu crita ini publish, aku jg terimakasih buat yg udh vote komen, add readlist, big hug dariku bgt🙆

So, smoga part ini menyenangkan!🙌

Tokyo KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang