Chapter 4 Part 5

1.2K 147 17
                                    

"Asuka, kau bilang kemarin kau bertemu Harukaze?"

Mata Chelsea menatap lemah ke arah lapangan basket mengamati Ryu dan timnya sedang bermain. Perasaanya campur aduk dan bingung.

"Ya, begitulah," jawabnya lemah.

Sudah hampir setengah jam Ai dan Yuki menemani Chelsea yang sedari tadi hanya menontoni Ryu dari kejauhan. Awalnya Chelsea ingin menghampiri Ryu untuk sekadar memberitahu atau menanyakan masalah yang membingungkan perasaannya ini, tapi entah kenapa, itu malah membuatnya menjadi pasrah dan ingin melupakannya begitu saja.

"Seperti apa sekarang wajahnya?" tanya Ai.

Pikiran Chelsea berputar dan ingatannya kembali pada wajah gadis itu. Astaga, mengingatnya saja bahkan membuat Chelsea menjadi dilema.

"Dia sangat cantik. Sugoi kawai-ne," jawab Chelsea dengan suara melamun.

"Yah, walaupun dia adik kelas, tapi dulu dia memang paling dipuja-puja pria satu sekolah. Tapi aku tak habis pikir kalau ternyata dia tinggal diruang lingkup yakuza," tutur Yuki di sampinya.

Chelsea menoleh pelan, "sebetulnya, apa yang tidak dikatakan Harukaze kepada Ryu? Dan apa yang terjadi pada Ryu?"

Ai dan Yuki menatapinya dengan ragu, mereka melirik Ryu dari kejauhan seakan ingin memastikan keadaan.

"Kau tahu, yakuza ada dimana-mana, sangat bahaya untuk menceritakan kejadian yang seharusnya tak di singgung lagi. Lagipula, apa yang kami tahu sudah kau ketahui pula. Apa yang sebetulnya masih kau cemaskan, Asuka?"

Chelsea tak menjawab langsung. Matanya terarah pada Ryu yang sedang memasukkan bola, tanpa sadar ia tersenyum tipis.

"Setelah aku mengenalnya dan merasakan hal ini, ada banyak hal yang semakin ku cemaskan tentang dirinya. Tentang Ryu," sahutnya pelan.

Ai menegapkan tubuhnya dan mengguncang pundak Chelsea.

"Wah! Jadi... jadi kau sudah menyukainya sekarang?!"

Yuki ikut menyenggol pundak Chelsea, "benarkah?! Benarkah?! Benarkah?!" pekik Yuki.

Chelsea berpaling dan menatap keduanya bergantian. Mata mereka berkilat-kilat seakan tak percaya akan kata-kata Chelsea barusan.

"Sepertinya begitu. Aku terkutuk, kan?"

Yuki dan Ai tertawa.

"Ya, akhirnya gadis Indonesia ini mengakui perasaannya. Dan... jujur kau yang pertama menjalin hubungan bersama Ryu selama ini," kata Yuki sambil tersenyum lebar.

Chelsea menoleh heran, "paling lama? Memangnya, berapa hari biasanya Ryu tahan pada satu gadis?"

Ai membenarkan tungkai kaca matanya sambil menghela napas menatap lapangan di depan sana.

"Biasanya hanya tiga hari, itu juga paling lama. Kau tahu, penilaianku terhadap Ryu itu seperti jalang, tapi setelah ia berhubungan denganmu selama ini---seminggu lebih---kupikir aku bisa merubah cara pandangnya," tutur Ai sambil tersenyum.

"Banyak hal yang tidak kuketahui tentangnya. Aku tidak tahu juga apa dia akan tetap menyukaiku sama seperti apa yang sekarang sudah mulai aku rasakan," ujar Chelsea.

"Apalagi Harukaze sialan itu tiba-tiba muncul. Aku takut nenek sihir itu bisa mengancammu atau melakukan hal buruk padamu. Kau tahu, dia sangat menyukai Ryu," jelas Yuki sambil mengendikkan bahu. Chelsea menoleh lemah.

"Aku benar-benar terkutuk."

Yuki menghela napas, "hmph, ternyata karma cinta sudah berjalan padamu. Sekarang, yang harus kau lakukan adalah..." Yuki dan Ai mendekat ke samping kanan dan kiri tubuhnya.

"Memastikan kalau Ryu, benar-benar mencintaimu."

Ai mengangguk, Chelsea menghela napas.

"Itu konyol. Aku tidak mampu, aku masih..."

"Apa kau tidak takut sakit hati? Apa kau tidak takut melihat Ryu suatu saat nanti bersama Harukaze lagi?" Suara Yuki yang cepat teringiang-ngiang memenuhi kepalanya.

"Aku... aku... sangat takut. Tapi, aku tak bisa memaksakan cinta, bukan?"

***

Chelsea sedang berjalan di pinggir kota Tokyo siang itu. Matanya menatap kosong pada langkahnya. Banyak gagasan yang muncul dalam kepalanya tapi ia tak bisa mengatakannya secara langsung. Serangan dilema yang begitu tiba-tiba sangat memusingkan kepalanya.

Kenapa aku tidak marah saat Ryu mengatakan aku adalah sepupunya? Kenapa aku malah merelakannya begitu saja? Apa yang sebetulnya terjadi padaku? Kenapa perasaan ini cepat sekali datangnya?

Chelsea menghela napas.

Aku benar-benar terkutuk.

Hilir mudik kendaraan dengan suara knalpot yang rendah dan para pejalan kaki menenggelamkan dirinya bersama pikirannya itu. Tapi  seseorang dari depannya berhenti tiba-tiba, membuat Chelsea menghancurkan lamunanya dan mengangkat wajah melihat siapa yang menghalangi jalannya.

Seorang gadis dengan senyum miring, memakai seragam sekolah SMA sedang menatapinya.

Mata Chelsea melebar seketika dan dadanya berdegup lebih cepat.

Ha---Harukaze?

"Asuka-san," katanya ramah. Chelsea mengangguk kecil dan menunggu gadis itu berbicara. Bibirnya agak gemetar. Entah kenapa, melihat Harukaze adalah salah satu hal yang membuatnya takut untuk memikirkan Ryu.

"Aku ingin bicara sebentar, bisa?"

Jantung Chelsea berdegup lebih cepat. Ia tak menjawab langsung, terlalu gugup untuk memilah-milah jawaban yang tepat.

"Ya... ya, apa yang ingin kau bicarakan, Haruka-san?" ujarnya sedikit terbata.

Gadis itu tersenyum pendek sambil membenarkan tali tasnya.

"Ryu-kun."

***

Update 3 part nih! Smoga suka yaa.

Buat yg masih setia aku ucapkan terimakasihhhhh sekaliii hehe smoga crita ini bnyk yg suka yaa, smoga vote smakin banyak dan komen makin baik hehe

Okeyy lanjut next partnya silahkan😘

Tokyo KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang