Chapter 1 Part 3

3.3K 446 207
                                    

Matanya itu adalah sumber perasaan yang tidak bisa di jelaskan.

**

Chelsea baru saja mengemas buku-bukunya. Istirahat hampir usai, bekal yang dibawa sudah bersih, habis di makan. Bersama Yuki yang duduk di belakangnya, sambil mengedarkan pandangan ke kelas yang masih sepi, ia berkata, "Yuki," panggil Chelsea setengah berbisik.

Gadis itu sedang menggambar manga di buku tulis bagian belakangnya, mulutnya sibuk mengunyah roti manis bekalnya. Yuki mengangkat wajah sambil mengibaskan poninya.

"Hm?"

Chelsea meragu sejenak, "sebetulnya, siapa Ryu itu? Kenapa semua orang begitu mengeluk-elukkan dia?"

Yuki melebarkan mata, menghentikan kegiatannya, terkejut. "Bukankah sudah kukatakan?!" jerit Yuki histeris. Dengan panik, Chelsea menutup mulut Yuki sambil melirik seorang gadis yang sedang duduk berdua di pojok kelas. Gadis itu menoleh. Chelsea mengabaikannya, berusaha kalem.

"Pelankan suaramu, Yuki. Aku kan dari Indonesia, sama sekali tidak tahu apa yang terjadi di sini," jawab Chelsea berbisik.

Yuki masih menatap terkejut, tapi kemudian ia berdecak, meletakkan pensilnya lalu menatap lurus Chelsea.

"Biar kuceritakan, ya."

Lengkapnya, Yuki mulai berdongeng. Hampir lima menit. Mengenai sejarah kenapa Ryu begitu di eluk-elukkan.

Pada awalnya adalah karna Ryu tampan. Mata sipitnya begitu berbeda. Memiliki kantung mata yang saat tertawa dan senyum yang manis. Hampir semua orang mengenal Ryu dengan pesona yang begitu. Dan di sisi lain, ada hal yang berbeda.

Ryu anak yang pintar. Itu semakin membuat Ryu menjadi besar kepala terhadap para gadis. Ia selalu berpikir, mendapatkan pacar bisa dengan mudahnya karna ia sudah memiliki itu semua. Material umum yang di cari para gadis cantik. Tampan--Pintar--Kaya.

Padahal, bukan itu intinya. Ryu selalu menganggap murah semua wanita. Hari Rabu ia pacaran dengan gadis A, tapi dua hari selanjutnya ia sudah berpacaran dengan gadis B. Semua orang sudah tahu busuknya dia, tapi entah kenapa, Ryu memiliki tatapan yang bisa menghipnotis para gadis. Menghentikan pemikiran sebal semua orang dan berganti ketika melihat matanya. Matanya itu adalah sumber perasaan yang tidak bisa dijelaskan.

Yuki berhenti sejenak, "apa kau juga merasakan sesuatu ketika menatap matanya?"

Tangan Chelsea memangku dagunya, kemudian tergagap.

"Eh? Aku---"

"Dongeng yang indah." Seseorang dengan suara rendah dan lembut tiba-tiba muncul di tengah percakapan mereka. Yuki terkejut beralih ke sosok di belakang Chelsea, berikut Chelsea yang menoleh cepat dengan degup jantung mulai berdentuman tak teratur.

"R---Ryu ..." Tenggorokan Chelsea tercekat, mendapati pria itu sudah berdiri di belakangnya. Terjebak di antara cokelat manik mata pria yang baru saja di sebutkan tadi itu. Terdengar Yuki memekik kecil.

Tubuh Chelsea yang sedang terduduk miring, otomatis langsung menoleh seutuhnya ke arah Ryu yang berdiri di depannya. Dengan lebar, Ryu melangkah mendekat. Senyumannya masih sama. Tak berhenti membuat degup jantung Chelsea berlompatan.

"Jadi, kau dari Indonesia?" tanyanya dengan tangan masih di saku celana.

Kembali lagi, Chelsea terasa di sengat gagu mendadak. Sialnya, tatapan Ryu memang benar.

"Benar," jawab Chelsea sambil menenggak ludah. Ryu tersenyum sampai matanya menyipit. Kemudian dengan gerak tak terduga, Ryu membungkukan badan hingga wajah keduanya begitu dekat. Chelsea tersentak, hendak memundurkan pundaknya, tapi tangan Ryu mencekal lehernya lebih cepat. Chelsea terperangkap pada tatapan Ryu---seutuhnya.

"Di mana rumahmu? Boleh kuantar, nanti? Kau tahu, memiliki teman dari Indonesia akan sangat menyenangkan, apalagi ..."

Ryu mulai mengangkat tangannya, hampir menyentuh dagu Chelsea, namun, dengan otak tersadar penuh, Chelsea menepis tangannya, melemparkan lengan Ryu yang mencekalnya. Ryu tersentak, beranjak mundur ketika dengan berani Chelsea berdiri dengan gerak menantang.

Dari tempat duduk, Yuki memandang tercengang. Apa yang baru saja di lakukannya?

Di depan wajah Chelsea, Ryu kembali tersenyum, kali ini menampakan gigi-gigi putihnya yang rata.

"Ternyata kau---"

"Aku tidak menyukai caramu, Ryu-kun." Suara Chelsea tegas, dan tajam. Ryu terdiam sejenak, namun kembali melanjutkan.

"Cara yang mana? Yang begini?"

Pria itu malah mengulurkan tangan, meraba leher Chelsea sambil mendekat menatapnya. Chelsea tersontak, langsung melempar kembali tangannya. Ryu malah tertawa senang.

"Kau sangat berbeda dari gadis-gadis yang kutemui," ujar Ryu tak mau kalah. Napas Chelsea mulai berat. Logikanya terus menahan rasa yang memberontak dari hatinya. Kepala Chelsea mengatakan, 'dia bajingan, dia bajingan,' tapi hatinya berdegup tak teratur seperti mengatakan, 'ya tuhan dia manis sekali.'

"Sepertinya, kau tipe yang sulit kudapatkan." Ryu memiringkan kepala, menyunggingkan senyum tipis sambil meneliti wajah Chelsea. Hati Chelsea mendesir tanpa ijin. Dengan susah payah, ia berusaha tersadar.

"Kau murahan."

Lengan Ryu kembali terulur, kali ini ditaruh di pundak mungilnya. Masih setengah menunduk karna tinggi Chelsea hanya sedagunya, Ryu berkata dengan ringan. Seperti kata-katanya sudah sangat biasa diucapkan.

"Aku heran, apa semua gadis di Indonesia sepertimu? Oh, apa karna---" Tiba-tiba mata Ryu menelusup dalam, menjerat mata Chelsea seketika.

"Apa karna kau juga menyukaiku?"

Alis Chelsea terangkat tinggi, dengkulnya lemas kemudian ia mendorong pundak Ryu sedikit mundur.

"Menjijikan!" ketus Chelsea. Yuki menonton pertunjukan itu layaknya drama gratis. Berikut beberapa murid yang sudah memasuki kelas. Sebentar lagi, kelas dimulai kembali.

Dari depan, Ryu masih menatapnya. Namun, kali ini tanpa senyuman. Tatapannya begitu dingin dan menakutkan. Chelsea sadar bahwa ia hampir menahan napas.

"Lihat saja nanti." Ryu mendekat selangkah, kali ini Chelsea dengan berani mendongak melihatnya tanpa senyum pula.

"Aku akan menaklukanmu."

Terdiam sejenak di antara kata itu, Ryu terasa memberi sesuatu lewat matanya. Kemudian dengan langkah santai ia berputar, kembali ke kursinya.

Di tempat, Chelsea hampir saja pingsan. Tak lama, bel berdentang, Chelsea terselamatkan.

***

Hai, update lagi nih. Kali ini, part ini sudah kurevisi. Ada beberapa pergantian. Di sini, tidak ada perkenalan Ai, jadi mungkin di pindah ke part selanjutnya. Tapi tidak akan ada perbedaan alur.

Jadi, pembaca yang masih ada di sini, kalau berkenan, aku minta bintangnya, ya? Hehe. Terima kasih^^

Revisi (Sept 1 2017)

Tokyo KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang