Chapter 2

2.5K 80 8
                                    

"Tadaima! Aku pulang!"

"Okaeri, Natsumi! Selamat datang, Natsumi!" jawab ibu sambil melongok dari dapur. "Bagaimana reuninya?"

"Hmm biasa saja. Tidak ada yang istimewa." Aku melepaskan sepatuku dan meletakannya di rak depan pintu.

"Mau menceritakannya pada ibu?"

"Mungkin besok, bu," jawabku sambil lalu. "Sekarang aku capek. Sepertinya mau langsung tidur."

"Lebih baik mandi dulu. Nanti ibu panaskan airnya setelah ayah selesai mandi."

Mandi air panas ketika udara sedang sangat dingin sepertinya ide yang bagus. "Baiklah. Terima kasih, bu. Beritahu aku kalau ayah sudah selesai!" Aku pun berjalan menaiki tangga menju kamarku.

Setelah selesai mandi, semua rasa lelahku malah menghilang. Padahal tadinya aku ingin cepat-cepat tidur. Tidak, tidak, bukan karena aku ingin hari esok cepat datang. Malah sebaliknya, aku ingin cepat-cepat tidur karena ingin segera melupakan semua hal yang terjadi hari ini.

Tapi, sepertinya malam masih panjang.

Sambil menunggu rasa kantukku kembali, aku mengambil laptop di atas nakas, kemudian membukanya di atas kasur. Pancaran cahaya biru dari layar menyembur ke wajahku begitu laptop menyala. Foskus pada satu sumber cahaya masif dalam ruang berpenerangan redup membuat mataku tidak nyaman. Karenannya, aku mengambil kacamata berframe lebar yang biasa kugunakan ketika belajar, kemudian memakainya.

Dengan posisi duduk bersila di atas kasur, tangan kananku memainkan tetikus dengan lincah. Tanpa menunggu lama, sebuah website penyedia layanan email pun terbuka. Jam di sudut bawah layar laptop menunjukkan pukul 22:11. Berarti di Jakarta sekitar jam 8 malam. Pada jam-jam ini biasanya dia sudah mengirim email, pikirku. Setelah mengetikkan beberapa digit angka yang kugunakan sebagai password, alamat email-ku pun terbuka. Benar saja, ada satu email baru darinya.


___

From : linada123@dmail.com

To : shiraishi_natsumi@dmail.com

Konbanwa, Natsumi-san.

Bagaimana, reuninya? Tidak seburuk yang kau pikrkan, bukan? Aku tahu kau pasti menikmatinya. Walaupun aku tahu kalau aku benar, tapi aku tetap menunggu cerita lengkapnya darimu, ok? ^_^.

Linda.

___


Membaca email dari Linda membuatku terkekeh. Huh, sok tahu. Tapi bukan sifat sok tahunya yang membuatku tertawa, melainkan tebakannya yang selalu benar.

Linda adalah salah seorang murid di tempatku bekerja sambilan sebagai guru bahasa Jepang. Karena kami seumuran, kami jadi cepat akrab. Usut punya usut, ternyata kami satu kampus. Usia Linda satu tahun di bawahku, tapi karena ia lebih tahu banyak hal tentang Indonesia, kadang aku jadi manganggapnya lebih dewasa dariku. Saat di kelas, aku lah yang menjadi gurunya. Tapi saat di luar kelas, justru Linda yang lebih banyak mengajariku. Lucu rasanya.

Kembali ke email Linda.

Kalau dipikir-pikir, reuni tadi memang tidak buruk. Belum bisa dibilang menyenangkan, sih. Tapi, menyadari kalau pikiran burukku ternyata salah saja, rasanya sudah cukup.

Ternyata semuanya memang sudah berubah. Aku yang tadinya kaku dan sulit bersosialisasi, hari ini secara ajaib bisa menjadi pusat perhatian. Mungkin itu semua karena apa yang kulakukan beberapa tahun terakhir.

[COMPLETE] Even after all these yearsWhere stories live. Discover now