TIGABELAS

33.3K 2.2K 588
                                    

"Udah sampai mana Bar?"

"Ini udah masuk gerbang Desa, Zu."

"Mana Priko?"

"Dia masih terus menghafal, kau tahu wajahnya kocak. Dia gugup." ucapnya seraya terbahak.

"Oh yah?" Zu pun ikut terbahak.

"Kak, gimana kira-kira berapa menit lagi mereka datang?" sela Bunga.

"Tunggu," Bisik Zu. "Bar, kira-kira berapa menit lagi nyampek-nya?" tanyanya.

"Dua puluh menitan lagi Zu." jawabnya.

"Ok, yaudah yah ... oh yah, bilang tuh sama Priko jangan lupa pakai popok, takutnya ngompol karena terlalu gugup." Cibir Zu.

Bara terbahak mendengar lelucon Zu.

"Ok, aku sampain. Assalamualaikum." salamnya disela tawanya.

Zu masih tertawa. "Wa'alaikumsalam."

Bunga pun ikut terkekeh mendengar lelucon Zu.

"Eh, bilang kesemuanya dua puluh menit lagi rombongan Priko dateng." ucapnya dengan sisa tawanya.

Bunga mengangguk lalu melangkah keluar kamar. Dia langsung memberitahu Zaki dan semuanya. Lalu kembali masuk ke dalam kamar Zu.

Bunga menatap sahabatnya yang sekarang mengenakan kebaya putih serasi dengan kerudung yang ditata sangat cantik. Tak lupa bunga melati yang harum menambah perfecttatanan hijabnya. Wajah cantik alami Zu pun terlihat semakin terpancar.

Tidak akan pernah dia menemukan sahabat sekaligus saudara sebaiknya. Segala kenangan bersama Zu pun kembali berputar. Saat mereka merantau ke kota, saat Zu menjadi pelindung hidupnya, saat tertawa bersama bahkan tak akan ada sahabat yang melebihinya. Dan kini, sahabat sekaligus kakaknya itu akan pergi. Pergi bersama jodoh terbaik yang disiapkan Tuhan.

Dan tanpa sadar bulir bening mengalir ke pipinya. Dia tahu, setelah ini dirinya akan merindukan sahabatnya.

"Hei... Bunga, kenapa kamu menangis?" tanya Zu saat melihat adiknya itu menangis diambang pintu.

Bunga melangkah mendekati Zu. Lalu dia memeluk kakaknya itu.

"Ini tangis haru Kak," Ucapnya dengan suara bergetar.

Zu tersenyum seraya membalas pelukannya.

"Aku pasti rindu sama Kakak setelah ini." ucapnya.

"Apa Kakak perlu membatalkan ini, biar kamu nggak sedih?" tanya Zu lembut.

Bunga menggeleng dalam pelukan Zu. "Kakak cukup memberi kabar kepada kami keadaan kakak di sana. Kalau ada apa-apa Kakak harus segera menghubungiku." Bunga terdengar memberi pesan.

Zu mengangguk dalam pelukan mereka. "Pasti." matanya pun sudah berkaca-kaca.

"Kakak jangan nangis, entar dandanannya bisa rusak," ucap Bunga seakan mengerti Zu pun ingin menangis.

Zu terkekeh.

"Kak ... makasih atas semuanya. Bunga nggak tahu harus bagaimana membalas segala kebaikan kakak ke aku. Jika Allah nggak menganugerahkan Kak Zu dalam hidup Bunga, entah sekarang Bunga jadi seperti apa. Kak sekali lagi terima kasih ...." Untuk terakhir kali Bunga memeluk Zu dengan erat. Begitu pula Zu yang membalasnya dengan sangat erat.

"Udah ah! Melo-melo'annya entar Kak Zu nggak bisa nahan buat nangis nih." kata Zu seraya melepas pelukan mereka.

Bunga terkekeh. Lalu memgangguk paham.

"Hari ini dia datang,"

Bunga mengerutkan kening.

Zu dengan lekatmatanya menatap manik mata Bunga. "Arjuna, satu bulan yang lalu Priko mengajukan izin untuk menhadiri acara pernikahan kami. Dan dua hari lalu Priko mendapat kabar baik. alif bisa bertemu ayahnya." Zu tersenyum tipis.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 24, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Little MotherWhere stories live. Discover now