TIGA

27.3K 1.7K 94
                                    

PART 3

Mitos, sebuah kepercayaan yang datang dari orang zaman dahulu. Mitos bahkan memiliki kekuatan melebihi dari sebuah fakta bagi siapa pun yang mempercayainya. Dan sebuah mitos inilah yang membuat warga desa mulai merubah sikapnya terhadap Bunga.

Percaya atau tidak mitos kalau anak yang terlahir di luar nikah berjenis kelamin perempuan itu artinya sudah pasti kesialan dan itu merupakan isyarat Tuhan kalau sampai kapan pun bayi perempuan itu hanya pembawa sial. Berbeda kalau yang dilahirkan anak lelaki, banyak yang bilang itu isyarat Tuhan kalau dosa orang tuanya sudah di hapus dan kesialan itu hanya berhenti tepat setelah bayi laki-laki itu dilahirkan. Konyol bukan? Yah, tapi mitos itu sudah menjadi bagian kehidupan di desa terpencil itu.

Bunga masih tinggal di gubuk ditengah hutan namun kini tak ada warga yang melarangnya keluar dari hutan. Beberapa warga mungkin masih menggunjinginya namun beberapa lagi mulai menerima Bunga dan anaknya.

Bunga sekarang sibuk memasangkan popok pada anaknya. Baru saja Alif selesai dimandikan oleh neneknya. Bunga sudah bisa memasangkan baju untuk anaknya. Awalnya semua dilakukan oleh neneknya namun lama kelamaan Bunga mulai belajar. Dan walau raut keibuan belum terlihat, namun naluri seorang ibu terhadap anaknya tak akan bisa dibohongi. Bunga begitu cepat mempelajari setiap ajaran neneknya dan semuanya dilakukan dengan penuh kasih sayang. Sudah satu bulan sejak kelahiran Alif, kini keluarga kecil mereka begitu terlihat bahagia.

Dokter Ratih dan keluarga Ustadz Makmur memberi hadiah perlengkapan bayi. Sahabatnya Zainab juga mengirimkan sedikit uang untuk Bunga dan anaknya. Alif masih tertidur pulas. Bayi berumur satu bulan itu begitu sangat menggemaskan. Walau masih sangat kecil Alif terlihat begitu manja terhadap Bunga. Bahkan Alif akan terbangun ketika Bunga tak berada disampingnya.

Tangan Bunga kini sedang sibuk membelai pipi Alif. Bibirnya terus tersenyum melihat malaikat kecilnya tertidur. Nenek Sharmi yang melihat keduanya turut tersenyum. Dia bersyukur kini semuanya berjalan semakin membaik. Tepat setelah Alif berusia 40 hari nanti, mereka akan kembali ke pemukiman. Ummi Salamah telah menawarkan pekerjaan untuk mereka. Bunga dan Nenek Sharmi akan berjualan di kantin pondok pesantren milik Ustadz Makmur. Dan bukan hanya itu, Bunga akan kembali menuntut ilmu walau pun hanya menjadi santri dengan ilmu-ilmu non formal saja. Bunga dan Nenek Sharmi kini sudah merasa cukup dengan segala anugerahNya.

Kehidupan Bunga terus berjalan, walau jalan hidupnya tak seperti remaja biasanya namun Bunga tetap belajar untuk menerimanya. Tapi Bunga tetaplah manusia biasa kadang ada dimana Bunga mengalami titik jenuh dan lelah. Dia jatuh sakit dan parahnya keadaan Bunga yang menurun menular terhadap Alif. Nenek Sharmi menjadi sangat kerepotan. Melihat hal itu Bunga menjadi sedih. Apalagi beberapa hari yag lalu teman-teman sekelasnya kedapatan sedang menggunjingnya.

"Bunga itu menjijikkan, dia masih kecil tapi udah punya anak. Palingan dia suka godain cah lanang(laki-laki)." Ucap salah satu temannya.

"Iyalah, sok manis. Semuanya disenyumin sama dia." Sambung yang lainnya.

"Eh! Kalian denger nggak? Kemarin si Tommy anak pak lurah yang cakep itu katanya juga digodain sama Bunga."

Semuanya bergidik jijik.

"Murahan." Celetuk yang lainnya.

Bunga hanya bisa menitikkan air mata mendengar segala gunjingan teman-temannya. Namun dirinya bingung kenapa dirinya harus dipergunjingkan? Apa salahnya? Bunga akhirnya menceritakan segala yang terjadi padanya di pesantren. Nenek Sharmi tersenyum lalu memeluk Bunga, dia mengelus punggung Bunga sayang. Dan Nenek Sharmi berfikir mungkin ini saatnya Bunga benar-benar mengerti dengan semua kebenaran yang terjadi padanya.

Little MotherWhere stories live. Discover now