SEBELAS

17.8K 1.6K 68
                                    


Seikat bunga mawar putih itu terangkai begitu sangat cantik. Entah sudah berapa menit dia memandangi bunga mawar putih yang dipegangnya itu. Namun yang pasti bunga itu tak lepas dari pandangannya sejak keluar dari sebuah toko bunga. Dan entah sadar atau tidak, senyum tipisnya terus menghiasi wajah tampannya.

Hanya pelayannya saja yang menyadari sikap tuannya. Jelas itu bukan sikap yang biasa namun setelah kejadian beberapa hari yang lalu, banyak hal yang tak biasa dilakukannya. Mulai dari tersenyum tipis-biasanya dia cuma berwajah datar- lalu hampir setiap waktu dia membuka dompetnya untuk melihat sebuah foto. Dan sekarang dia membeli bunga dan memilihnya sendiri. Ini benar-benar bukan seperti dia yang biasanya.

"Jo, jangan lupa kita berhenti di toko mainan di depan." ucapnya tanpa melepas tatapannya pada seikat bunga tadi.

"Baik, tuan." sahut Jo sopan.

Saat tiba di toko mainan Arjuna langsung sibuk mencari mainan. Biasanya dia akan memilih apapun tanpa repot-repot memilih sendiri kado yang cocok untuk seseorang. Tapi lagi-lagi dia melakukan hal-hal yang tidak biasa.

"Jo menurutmu Alif akan menyukai mainan seperti apa?" Dia terdengar sedang meminta pendapat, walau matanya masih mencari-cari yang cocok untuk Alif.

"Mungkin tuan muda akan menyukai mainan apa saja tuan, mengingat umurnya masih dua tahun, dia pasti suka permainan apapun apalagi permainan yang bisa dimainkan bersama. Sebaiknya anda pilih saja mainan yang cocok untuk anak lelaki, atau saya bantu carikan?" Jelasnya sopan seraya menawarkan diri.

"Tidak perlu Jo, saranmu sudah cukup membantu. Aku ingin memilihnya sendiri." Tolaknya seraya tersenyum tipis.

Jo menyadari lagi-lagi tuannya melakukan hal yang tak biasa. Percayalah, dia tak pernah tersenyum seperti itu selain bersama Priko. Jo mengangguk dan akhirnya hanya mengekor di belakang Arjuna.

Pada akhirnya pilihan Arjuna jatuh pada sebuah bola sepak yang kecil. Dan kini ada dua benda yang ditatapnya dengan senyuman tipis. Sepertinya dia sedang membayangkan banyak hal menyenangkan.

"Tuan kenapa memilih bola untuk tuan Alif." tanyanya sopan. Seraya berjalan ke arah mobil.

Mata Arjuna menerawang, lalu senyum tipis kembali memgembang. "Karena aku ingin memainkan ini bersama Alif. Mungkin tdak sekarang tapi suatu saat, saat aku sudah bebas." jawabnya seraya tersenyum, "Dulu aku sangat ingin bermain ini bersama ayahku." jawabnya santai namun tetap terdengar miris.

Jo terdiam lebih tepatnya membeku. Ini pertama kalinya Jo melihat sisi lain dari majikannya.

Lalu Jo menyadarkan dirinya kembali dan tersenyum lembut seraya membukakan pintu mobil untuk Arjuna. Entah sudah berapa kali Jo menawarkan diri untuk membawakan bunga dan mainannya tapi Arjuna selalu menolaknya.

Semakin dekat mereka dengan kediaman Zu dan Bunga. Semakin terlihat Arjuna bersemangat. Walau hanya diam seperti biasa namun kilatan matanya mengatakan ketidak sabarannya berjumpa dengan Alif dan Bunga.

Dan akhirnya mobil mewah mereka berhenti di depan rumah Bunga, Arjuna bahkan tak menunggu pintu mobilnya dibukakan Jo. Dia langsung membukanya sendiri dan memegang kedua kadonya dengan erat dan bersemangat.

"Lo mau kemana?!" namun suara berat yang tak asing ditelinganya menghentikan langkahnya.

Arjuna memutar kepalanya ke asal suara yang ternyata berasal dari samping kirinya. Senyum khas pria itu terlihat santai sembari melambaikan tangannya. Arjuna mengernyit dan dengan rasa sedikit terpaksa dia melangkah mendekat ke arah pria yang sedang duduk di moge mewahnya yang terparkir di teras depan rumah kecil Bunga.

"Kau ngapain ke sini?" tanya Arjuna penasaran.

"Mau nemuin soulmateku." jawabnya.

"Soulmate?" Arjuna masih tak mengerti.

Little MotherWhere stories live. Discover now