A Man From The Past

2.5K 169 25
                                    

Entah mengapa hari ini perasaanku bercampur aduk.

Disana... Tante Nabila dan Om Adrian sedang asyik menyalami para tamu. Tante Nabila terlihat cantik dengan kebaya putih hasil rancangannya itu dan jangan lupakan Om Adrian yang terlihat gagah dalam balutan tuxedo hitamnya.

Tapi aku tak sedang ingin membahas banyak tentang pernikahan Tante Nabila.

Karena...

Saat ini. Dalam otak ini. Memori masa laluku kembali berputar.

Tentang pernikahanku dengannya. Tentang rumah tangga kami yang awalnya baik namun kemudian berada diujung tanduk hingga berujung persidangan.

"Cassandra. "

Aku berbalik saat mendengar suara itu. Entahlah mengapa separuh jiwaku tak ingin berbalik tapi kemudian aku mengerti. Aku membuat keputusan yang salah.

Di depanku saat ini, seorang wanita sedang hamil besar dan menatapku dengan matanya yang berkaca-kaca. "Mbak Sandra. "

Aku memenjamkan mataku tanpa sadar. Mengapa masa lalu ini terus mengusikku saat aku ingin bergerak maju?

"Mbak. "

Aku membuka mataku lagi saat kurasa aku mampu membuat air mata sialan ini tak jatuh.

"Apa kabar?" sapaku ramah. Memperlihatkan senyuman lebarku yang kurasa sangat palsu.

Wanita itu, ia malah menangis dihadapanku. Harusnya saat ini aku yang menangis!

Aku ingin berteriak seperti itu dihadapan wanita yang dicintai suamiku. Tapi aku tak bisa.

Siapa aku?

"Amora, jangan nangis. Orang-orang ngelihatin kita," ucapku berusaha menenangkan Amora yang kelihatan lebih berisi karena hamil tua.

Vino benar-benar mendapatkan semua yang ia mau. Amora dan calon anak mereka. Hidupnya sungguh diberkati.

Sedangkan aku malah masih mengorek luka lamaku. Seakan tubuhku berada di masa kini namun jiwaku melalang buana di masa lalu.

"Maafkan aku, Mbak. " ucapnya sambil menggengam tanganku.

Nyeri. Mengapa hatiku nyeri?

"Maafkan aku, Mbak. Karena aku.. karena aku... "

Aku segera menahan ucapannya. Aku tak kuat mendengarnya lagi.

"Aku gak papa. Lagian kamu gak punya salah sama aku jadi ngapain minta maaf," balasku dengan senyum yang lagi-lagi palsu.

"Aku harus pergi dulu. Silahkan nikmati acaranya. " aku bergegas pergi meninggalkan Amora tanpa meminta izin darinya. Aku masih mendengar ia memanggil namaku. Tapi aku sudah tak kuat lagi.

Mengapa Tante mengundang mereka?
Kalau tahu seperti ini mungkin lebih baik aku masih di Paris sambil mengerjakan naskahku dan memilih menonton streaming pernikahan Tante Nabila.

Tidak seperti saat ini. Kembali menjadi wanita menyedihkan yang menangis di belakang gedung.

"Kenapa gue masih bodoh? kenapa?!!!"

Aku kembali menangis dalam diam. Menikmati bunyi air mancur yang berada tepat dibelakang rumah Tante Nabila. Menikmati bunyi itu seakan nada-nada sendu yang menemani tangisku.

Tapi hari itu lagi-lagi aku menyesali keputusanku.

Saat tangan tersebut mengulurkan sapu tangannya padaku. Dan tanpa memandangnya aku malah menerima sapu tangan itu dan menghapus air mataku.

Hingga ku rasa seseorang duduk disampingku. Ikut menselonjorkan kakinya dilantai tanpa berbicara apapun. Tanpa bertanya mengapa. Hanya diam dan membiarkanku menangis.

"Terima kasih. "

Ucapku sambil mengangkat kepalaku ingin menatap orang itu.

Dan aku kembali harus mengutuk takdirku. Mengapa seakan takdir sedang bermain-main denganku?

Dibawah sinar matahari yang menyilaukan mataku, ia duduk diam disampingku. Menatapku tanpa ekspresi. Seperti dulu.

CassandraWhere stories live. Discover now