Insane

2K 129 7
                                    

Tubuhku terasa letih. Beban ini makin lama makin berat. Menghimpit tubuh ringkihku dan membuat hatiku makin sesat.

Inginku berteriak saat ini. Meracaukan rasa sesak ini. Tapi...

Aku tak bisa

"Sandra, Vino udah bangun."

Suara Bunda Vino menyentakku kembali ke dunia.

Aku memandang wajah Ibu mertuaku yang tampak begitu bahagia. Wajah yang sama saat aku melaksanakan pernikahanku.

"Alhamdulillah. "

Hanya itu jawabku. Aku tak ingin berpindah dan menemui Vino saat ini walaupun jujur aku bersyukur Vino telah melewati masa koma nya dan tentu ingin berada disana menjadi orang pertama yang dilihatnya saat terbangun. Namun aku ingin memberi mereka ruang tanpa aku disana. Dan mungkin memang lebih baik aku tak disana. Ada dan tak adanya aku disana tak ada artinya.

"Bunda tunggu di dalam yah. "

Aku hanya mengangguk hingga tubuh Bunda Vino menjauh.

***

Aku mengintip dari balik sela pintu yang sedikit terbuka. Wajah pucat Vino masih nampak jelas namun tak bisa di pungkiri senyumnya tak pernah pudar sejak aku mulai kengintip hingga saat ini. Amora duduk dibangku dan menatap penuh sayang pada Vino dan jangan lupakan senyuman manisnya. Kedua mertuaku tak kalah bahagia. Mereka duduk di sofa dengan obrolan yang tak kunjung habis.

Mereka... kelihatan sangat bahagai.

Bahkan tanpa aku disana.

tanpa aku.

aku.

Entah mengapa air mata bodoh ini malah jatuh. Aku harus kuat! Aku bisa mempertahankan pernikahanku!

Bukankah jika aku bisa bersabar sedikit lagi maka aku akan meraih madunya. Seperti kisah fiksi di novel. Dimana pemeran wanita dan prianya berseteru namun akan bahagia pada akhirnya. Kemudian mereka akan hidup bahagia selama-lamanya.

Tapi apa aku memang pemeran utamanya? atau mungkin hanya pemeran pembantu?

"Mbak kok gak masuk?"

Astagfirullah.

Aku mengelus dadaku karena kaget dengan sapaan suster itu disaat aku sedang terlarut dalam khayalanku.

Tapi sapaan Suster itu juga seperti ledakan bom saat ini. Semua mata memandangku. Pintu itu entah mengapa telah terbuka lebar. Tak ada lagi tawa atau obrolan ringan. Semua mendadak hening. Dan waktu seakan berhenti dengan aku sebagai pusatnya.

"H-hai!"ucapku kaku. Bahkan air mataku berhenti mengalir dengan sendirinya.

Mata itu terus menghujam ke arahku. Seakan mencari suatu hal yang tak ku ketahui.

"Kenapa kamu baru datang sayang?" ucapan Bunda seakan mencairkan suasana kaku karena kedatanganku.

Vino mendadak diam. Ia tak tersenyum selebar saat aku tak ada disini. Pria itu hanya berdiam diri sambil menatapku yang hanya bisa tersenyum canggung.

"I-itu...," aku berusaha menyusun kata yang tepat. Tapi entah mengapa seluruh susunan kata yang telah ku siapkan sedari tadi menguap saat ini.

"Mbak silahkan duduk."

Amora berdiri dan mempersilahkanku duduk di bangkunya.

Aku menggelengkan kepalaku, "A-aku ada urusan penting. Gak akan lama-lama. Hanya ingin menengok Vino aja. "

Amora menyipitkan matanya. Mencari kebohongan dari mataku. Namun aku segera membuang mukaku dan memilih menghadap ke arah lain.

"Mbak disini aja dong. Masa Vino baru bangun, Mbak Sandra malah pergi."

Amora masih saja memaksaku tinggal. Ia terus memegang erat tanganku dan memasang pandangan memohon padaku.

Jujur saja aku hampir meleleh karena sikapnya tapi aku harus menata hatiku saat ini.

"Biarkan saja dia. "

Ucapan dingin Vino membuat semua orang terkejut tak terkecuali aku. Dia tak pernah bersikap sedingin itu padaku. Tak pernah sekalipun. Tapi tatapan itu...

"Vino, bukannya... " Amora menatap penuh tanya ke Vino namun pria itu sudah lebih dulu menyela ucapan Amora.

"Kamu pergi aja kalau itu memang lebih penting. Aku baik-baik saja. Jangan khawatir ada Bunda, Ayah, dan Amora yang bisa nemenin aku disini. Kamu pergi aja. "

Entah mengapa aku merasa itu paradox. Tapi...

"Kalau begitu aku pergi. A-aku akan usahakan segera kembali. "

Pergi, hah?

Aku seperti ini menertawakan semua kebohonganku. Aku sama sekali tidak tahu akan pergi kemana. Yang ku tahu hanya saat ini aku harus melarikan diri dari sini.

Aku takut terluka.

Lagi.

***

Dino: Gimana? Kamu udah dengar Vino tercintamu itu menyatakan cinta? Atau malah sebaliknya?

Aku rasa ingin membanting ponselku saat ini.

Bagaimana caraku menyatakan perasaanku saat yang kulakukan malah bermain kucing-kucingan dengan Vino.

Cassandra31: Tunggu aja. Besok gue bakalan bilang.

Dino: Ok. Aku tunggu.

Okk fix!!! Aku yang gila disini!

Besok? are you kidding Cassandra?

CassandraWhere stories live. Discover now