18. One Fine Day

883 97 15
                                    

this is the eighteenth part of the story.

#####

nit nit nit nit tiririri

Miyeon mendorong pintu yang sedikit berat itu dengan menumpukan sisi kanan tubuhnya. Kedua tangannya sibuk menenteng beberapa kantong plastik berisi bahan-bahan makanan dan beberapa camilan.

Melangkahkan kaki di dalam apartemen, kesunyian menyambutnya. Ya, ia juga sudah yakin bahwa sang pemilik apartemen pasti belum terjaga dari tidurnya.

Setelah meletakkan semua bawannya di meja pantry, Miyeon berjalan ke pintu lain yang masih tertutup rapat.

"Mark...," panggilnya lembut sembari membuka pintu dengan perlahan.

Benar masih tidur ternyata, pikirnya setelah melihat Mark yang masih terbaring di ranjangnya. Dengan simpulan itu akhirnya ia meninggalkan kamar Mark dan kembali ke dapur.

Berhadapan dengan tumpukan plastik berisi bahan makanan, tangan Miyeon mulai bergerak dengan cekatan, mengeluarkan dan menyusunnya satu persatu dengan rapih. Setelahnya, ia berkacak pinggang sembari mengedarkan pandangannya pada semuanya yang tergeletak di atas meja pantry.

"Okay. Mari mulai."

Menu sarapan hari ini tak sesederhana biasanya. Miyeon sedang ingin bereksperimen pada resep yang baru kemarin ia lihat di instagram. Pada dasarnya ini hanyalah roti isi, tapi banyak penambahan hal-hal lain menjadikannya terlihat elit tapi sebenarnya mudah. Sebuah cara yang mudah untuk mendapat pujian dari Mark.

Sudah satu minggu ini Miyeon berkunjung ke apartemen Mark setiap pagi. Entah sejak kapan, ia merasa hubungannya dengan Mark menjadi lebih... intens? Miyeon pun tak habis pikir. Semuanya ia biarkan mengalir saja.

Berjuta-juta kali ia bertanya pada hati kecilnya. Tak sekalipun ia mendapat jawaban. Yang ia dapat hanya pertanyaan-pertanyaan lain yang langsung merundungnya tanpa ampun.

Jika saat ini ia ditanya siapa itu Mark, Miyeon yakin ia tak akan bisa menjawabnya. Begitu banyak kontradiksi antara hati dan pikirannya.

"Ya, Tuhan. Ini mudah sekali," Miyeon berujar, sedikit menyombongkan dirinya sendiri. Pasalnya, ia kira butuh waktu yang tak sebentar untuk membuat makanan ini. Ternyata ia sudah selesai bahkan tanpa ia sadari.

"Hanya perlu dimasukkan ke microwave beberapa saat." Ia membuka microwave lalu memasukkan piring berisi dua tumpuk roti isi tebal.

Merasa kurang pekerjaan, Miyeon mulai berkreasi dengan sisa bahan makanan yang ada. "Omelette sounds great." Ia lalu mulai merealisasikan isi kepalanya.

Membolak-balik omelet di atas penggorengan sudah bukan pekerjaan baru baginya. Ia mungkin bisa melakukannya dengan mata tertutup. Tapi saat ini ada yang berbeda. Perlahan ada sepasang tangan yang menyelip di bawah lengannya, memeluk tubuh kecilnya dari belakang.

"Good morning, Lovely."

Nafas Miyeon tercekat beberapa saat. Kaget, tentu saja. Tapi kemudian hatinya dengan mudah langsung menerima perlakuan itu, membuat senyumnya mengembang begitu saja tanpa ia sadari. Tapi tangannya masih saja berusaha untuk melanjutkan kegiatannya sebelumnya, walau jelas-jelas otot tubuhnya mulai melemah akibat sang adam yang masih merengkuhnya erat.

"Hey, Mark," jawabnya seadanya, tak ingin menunjukkan tanda-tanda bahwa dirinya sedang dilanda rasa yang aneh di sekujur tubuhnya.

Mendapat balasan seperti itu dari Miyeon, tentu saja Mark tak puas. Sebelah tangannya merebut spatula dari tangan Miyeon lalu meletakkannya di atas meja. Kemudian, dengan gerakan perlahan, Mark memutar tubuh Miyeon menghadap ke arahnya.

Nightmare's Heaven [GOT7 Mark, Jr. Fanfiction]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن