"Kenapa kamu diam Sandra? aku benar-benar butuh istirahat. Jangan membahas hal yang tidak penting seperti itu. "

Aku tidak tahan lagi.

Aku membuka mataku dalam. Menatapnya tajam. Aku tidak boleh gentar lagi.

"Itu penting! hal yang katamu tidak penting itu sangat penting untukku. Aku hanya ingin kamu membalas ucapan perasaanku. Hanya itu!" aku berteriak di hadapannya.

Air mataku dengan bodohnya malah jatuh disaat seperti ini.

"10 tahun Vino! 10 tahun aku menunggu! aku... aku hanya ingin dengar kamu bilang 'Cassandra, aku cinta kamu' hanya itu doaku selama ini. Tapi kamu... "

Aku menunjuknya.

"Kamu... tidak pernah mengatakannya. Bahkan membalasnya. Apa permintaanku sangat sulit?"

Aku menutup mataku. Merasakan air mataku yang jatuh melewati pipiku.

"Aku akan mengatakan ini untuk terakhir kalinya. Apakah kamu mencintaiku seperti aku mencintaimu, Vino?"

Nada suaraku mulai melembut. Saat ini aku bahkan berlutut dihadapannya. Masa bodoh tentang harga diri. Harga diriku sudah lama pergi.

Vino menatapku tajam sebelum akhirnya ia mengelengkan kepalanya.

"Maafkan aku," ucapnya serak.

Tidak...

Bukan ini yang ku minta.

"Aku minta kamu balas cintaku buka meminta maaf Vino."

Ia menatapku dalam. Mengelus rambutku seperti yang biasa ia lakukan dulu.

Aku menutup mataku menikmati sensasi ini. Sensasi yang kurindukan. Perasaan hangat yang selama beberapa bulan ini menghilang.

"Maafkan aku. Aku tidak mencintaimu. Aku, aku menyukai orang lain. Maafkan aku. "

Aku menutup telingaku.

"STOP!!!"

Aku tidak bisa mendengar ini. Bukan ini yang ku mau. Siapapun tolong! Pria ini bukan Vino! Dia bukan suamiku! Vino tidak mungkin mengucapkan itu. Vino...

Ia berdiri setelah sejak tadi terduduk. Melepaskan tanganku yang berada di kakinya. Yang ku cengkar erat sejak tadi.

"Maafkan aku," ucapnya lagi.

Tidak... ini tidak boleh seperti itu.

Aku merangkak cepat dan kembali meraih kakinya.

"Jangan pergi. Katakan kamu bohong. Katakan Vino," pintaku lagi. Kini aku seperti seorang pengemis yang meminta.

Kalian boleh mengatakanku bodoh karena bertahan selama ini. Tapi aku tidak ingin menyerah. Dia oksigenku. Aku butuh dia untuk tetap hidup.

"Maafkan aku Sandra. Aku lelah terus berbohong. Semua ini salah sejak awal."

Ia melepaskan pegangan kakiku padanya. Menghempasku jauh bersama harapanku yang ikut terlempat jauh hingga tak akan mampu ku raih lagi.

Malam itu, untuk pertama kalinya, aku melihat mimpi burukku terwujud.

Aku melihat kakinya berjalan menjauh dariku.

"Jangan tinggalkan aku! Vino kumohon! " teriakku.

Vino berhenti.

Ayo Vino berbaliklah.

Tersenyum dan katakan semua bohong.

Katakan ini semua lelucon.

"Maaf Sandra. "

Ucapnya dingin dan kemudian berjalan dengan langkah panjangnya tanpa berbalik menatapku.

"Jika kamu pergi. Kamu tidak akan melihatku lagi. Kamu tidak akan melihatku lagi Vino! karena mungkin... mungkin dengan itu kamu akan menyadari perasaanmu."

Aku tahu ia mendengarnya tapi ia tidak berbalik lagi.

Ia pergi.

Mungkin memang sampai disini perjuanganku.

Mungkin memang benar apa yang Dino ucapkan.

Aku bukan Cinderella. Aku bukan pula Ibu dan saudara tiri Cinderella. Aku hanya labu yang disihir oleh Ibu peri sebagai kereta kencana Sang Cinderella untuk bertemu Pangeran.

Intinya, aku hanya pemeran pembantu dalam cerita ini.

Mungkin aku harus menghilang saat ini.

Atau aku mati saja saat ini.

Aku tak punya siapa-siapa di dunia ini. Hanya Tante Nabila dan sahabatku Nata.

Tapi aku pikir mereka akan bahagia walaupun tanpaku. Mungkin akan sulit di awal tapi aku pikir mereka tidak akan berlarut-larut sedih karena kehilanganku.

Jadi tak ada yang harus ku takutkan. Lagian untuk apa aku hidup jika Vino bahkan tidak pernah memikirkanku.

Dia oksigenku.

Manusia butuh oksigen untuk hidup.

Tapi aku kehilangan oksigenku. Jadi untuk apa aku hidup?

Tante.. Nata... Jaga diri kalian.

Aku mencintai kalian.

CassandraМесто, где живут истории. Откройте их для себя