11. The Oracle

Mula dari awal
                                        

Yash mengangguk. Itu memang benar. "Aku ingin minta bantuan kalian. Sekitar beberapa minggu lalu telah terjadi kejadian mengerikan di kawanan Serenity, seluruh anggota kawanan menghilang dalam waktu satu malam. Kami menemukan tengkorak mereka di luar wilayah kawanan."

Elfred mengerutkan dahi. "Itu terdengar mengerikan."

"Itu memang mengerikan. Ada banyak sekali hal aneh pada kejadian tersebut. Pertama, tidak ada yang mendengar teriakan minta tolong. Kedua, tidak ada darah setetespun di tulang mereka. Ketiga, tidak ada satupun serigala yang berhasil mencium bau tulang mereka yang dikubur. Keempat, tidak ada satun yang selamat, bahkan bayi pun tidak."

Suasa mencekam beberapa saat namun Elfred dan Green tidak berkomentar jadi dia melanjutkan.

"Beberapa hari lalu, kami menemukan sebuah bukti penyidikan baru. Seorang incubus mencari puteraku. Dia bilang kalau sebelumnya dia pernah tinggal di daerah dekat perbatasan Serenity. Aku tidak tahu apa yang memicu pihak Serenity tapi Xien bilang kalau kawanan Serenity sepertinya memperkosa anak muda itu dan membunuh anggota keluarganya. Ini masih dugaan, Xien yakin bahwa seseorang dendam pada kawanan Serenity atas tindakan mereka yang keji dan menyerang mereka dalam tidur. Yang aku ingin yakinkan adalah, apakah benar bahwa--"

"Rein."

Darah Yash membeku seketika begitu Green menyebutkan nama puteranya. Dia sengaja tidak menyebutkan nama "Rein" tapi Green sudah membongkar semuanya.

Mata wanita itu fokus pada sesuatu di depan, seakan dia menonton sesuatu.

"Apa yang kau lihat, Green?" Tanya Elfred tenang.

"Aku melihat seorang anak muda memakai piyama berjalan sendirian di tengah hutan. Di udara aku bisa mendengar teriakan minta tolong. 'Rein, tolong aku' , 'Rein, selamatkan aku', 'Rein, bisakah kau mendengarku?', 'Rein, aku kesakitan. Aku mau mati saja'."

"Apa lagi?"

"Aku melihat Rein melakukan sesuatu. Aneh sekali, aku tidak bisa melihat dengan jelas tapi ada sesuatu keluar dari tanah. Aku tidak bisa melihat dengan jelas. Sesuatu itu seakan mengeluarkan asap hitam tebal namun aku tidak bisa melihat wujudnya dengan jelas. Mengapa seperti ini? Baru kali ini hal ini terjadi."

Elfred memegang tangan Green karena sepertinya dia mulai panik. "Fokus, Green. Tenang dan lihat apa yang terjadi selanjutnya."

"Aku melihat makhluk itu bergerak sangat cepat ke sebuah kawanan yang tengah berpesta. Dia mengintai mereka sejenak sampai mereka tidur. Lalu dia menelan mereka hidup-hidup. Ada banyak sekali makhluk itu dan mereka menelan serigala tanpa suara, seperti pemangsa. Bagaimana mungkin?" Green keheranan, dahi mengerut, "Huh? Kenapa  jadi seperti ini?"

"Ada apa?"

"Pemandangan yang kulihat tiba-tiba berganti menjadi sebuah rumah dan seseorang keluar sana." Dahi Green mengerut semakin dalam. "Itu Rein. Dia menggendong sesorang dan mengatakan sesuatu. Bibirnya bergerak namun tidak ada suara terdengar."

"Konsentrasi Green dan baca gerak bibirnya."

"Dia bilang," Green berusaha fokus pada bibir Rein. "Kau sudah melihat terlalu banyak, Sire."

Kejadian berikutnya hanya sepersekian detik karena setelah Green mengucapkan itu, tubuhnya terbang dan menghantam langit-langit dengan kekuatan mengerikan, setelah itu seakan ditarik oleh tangan besar kembali dilempar ke ujung ruangan sampai menghantam dinding.

Yash dan Elfred masih belum dapat bergerak karena terkejut, melihat tubuh Green yang sudah tidak bergerak seperti boneka. Elfred tidak melihat ada sinar kehidupan lagi di mata besar itu.

"Apa yang--"

Elfred berusaha bangkit dari tempatnya. Kakinya lemas dan gemetaran. Dia tidak melihat ini. Mengapa dia tidak melihat masa depan ini? Andai saja dia tahu maka Green--

"Apa itu?" Yash menujuk pada api kecil perlahan yang muncul entah dari mana dari tubuh Green. Api itu berwarna  hitam dan perlahan membakar Green. "Apa yang kau lakukan? Kita harus memadamkannya!"

"Mustahil. Itu jenis api yang tidak bisa dipadamkan oleh kita. Api itu hanya akan padam bila sudah menyelesaikan misinya." Elfred menjelaskan dengan nada berbisik takjub. "Mávri fotiá."

Yash melihat dengan ngeri bagaimana api hitam itu melalap tubuh Green seakan memakannya. Yang mengherankan, pakaian wanita itu tidak terbakar sama sekali. Dan dalam waktu dua menit tubuh Green menghikang menjadi debu di balik pakaiannya.

"Dari buku kuno yang kubaca, cuma diketahui dua jenis supranatural yang dapat mengontrol Mávri fotiá sesempurna itu. Yang pertama adalah fallen angel Lucifer dan kedua Pangeran Kematian." Elfred menatap Yash. "Rein tidak mungkin seorang fallen jadi--"

"Rein sudah meninggal, Elfred. Dia tidak mungkin Pangeran Kematian. Kami bahkan sudah menabur abunya ke sekeliling kawanan."

"Aku tidak bilang bahwa hanya mereka yang mampu menggunakan Mávri fotiá. Ada banyak orang yang mampu memanggil Mávri fotiá namun kebanyakan tidak ada yang mampu mengontrol kemampuan itu. Mungkin Rein salah satu orang yang mampu memanggil sekaligus mengontrolnya, meskipun dia sudah meninggal." Elfred menatap bagian yang tersisa dari Green. "Rein pastilah Supranatural Tingkat I yang hebat karena meskipun dia tidak ada, dia masih menjaga kenangannya."

Tiba-tiba pintu menjeblak terbuka.

"Ada apa?" Rion masuk ke dalam kantor bersama Faye, Alfie dan Dhe. "Kami mendengar ada suara yang keras sekali? Apa yang terjadi, Dad? Dan apa itu?"

Mereka melihat dengan ngeri pakaian Green di lantai.

"Yash, apa yang terjadi?"

"Dhe, ini--"

"Kau harus berhati-hati. Nyawamu dalam bahaya." Elfred tiba-tiba bergerak pada Alfie dan memegang tangannya. Warna matanya berubah menjadi ungu dalam sekejap, seakan dia dirasuki. Suaranya bahkan jauh lebih serak dan dalam.

"Lepaskan tanganmu dari mate-ku!" Geram Rion.

Namun Elfred sama sekali tidak memedulikannya, menoleh saja tidak. Pandangan matanya hanya fokus pada Alfie yang tampak ketakutan dan cemas.

"Aku melihat ada lima orang lelaki yang masuk ke dalam kehidupanmu. Lelaki pertama sudah ada sebelum kau ada. Lelaki kedua dan ketiga akan muncul berbarengan namun lelaki kedua akan pergi menjauh sementara ketiga bertahan. Lelaki keempat akan berkorban untukmu. Namun lelaki kelima, akan menggiringmu pada kematian. Saat itu pula, lelaki kedua akan kembali. Kau sudah bertemu keempatnya, yang tersisa adalah lelaki terakhir."

Alfie memucat begitu pula dengan Rion.

"Apa yang kau katakan?" Bisik Rion.

"Tapi masa depanmu tergantung pada keputusan Lelaki pertama dan keempat."

Seolah menyelesaikan misi, warna mata Elfred kembali seperti semula, lalu pria itu jatuh pingsan.

Tidak ada satupun yang mampu bicara.

Alfred baru saja meramal Alfie.

Dan mereka sama sekali tidak suka ramalan itu.

***

Update
Vomen
Gambar: Elfred
Jangan tanya kapan update dan jangan promosi di lapak gue
Gue muak
Makasih

-Ru

Alpha AddictedTempat di mana cerita hidup. Terokai sekarang