Seharusnya, Yash tahu.
***
Rion menyusun pakaiannya ke dalam koper dalam diam. Sejak kemarin dia sudah mengambil keputusan kalau dia akan kembali melanjutkan studi. Dia sudah diterima sebagai salah satu mahasiswa jurusan pertambangan dan amat menyukai kegiatannya sampai kejadian kelam itu muncul.
"Apakah aku tidak bisa ikut?" Alfie yang sedari tadi diam dan hanya menonton di sudut kamar akhirnya buka mulut.
Rion menutup koper. "Aku ingin mengajakmu. Tapi saat ini aku tinggal di asrama. Aku butuh waktu mengurus administrasi."
"Sampai kapan?" Anak muda itu bertanya, nyaris berbisik.
"Mungkin sekitar satu bulan. Atau juga lebih."
Alfie menatap telapak tangannya yang ada di pangkuan. "Aku bisa mati bila kau meninggalkanku selama itu," bisiknya lagi.
"Alfie..."
"Tidak apa-apa, Rion. Aku bisa mengerti." Anak muda itu tiba-tiba bangkit. "Aku haus. Kau ingin kuambilkan sesuatu?"
"Tidak. Terimakasih."
Alfie keluar dari kamarnya secara terburu-buru. Rion tidak tahu harus bersikap bagaimana. Sejak kematian Rein, hubungan mereka menjadi canggung luar biasa. Rion memang bilang kalau mereka harus memulai semuanya dari awal, tapi dia juga tidak bisa menghapus rasa bahwa dia masih sedih. Dia bahkan tidak bisa mengobrol dengan Alfie seperti biasa.
Mereka seolah menjadi orang asing.
Dia dan serigalanya ingin memeluk Alfie, menginginkan kontak kulit dengan kulit, bibir dengan bibir, saling bertukar suhu tubuh. Namun kecemburuan mereka terhadap Rein yang menyentuh mate-nya masih membekas, begitu pula kesedihan karena kematiannya. Tapi ada satu sisi--begitu kecil sampai Rion ngeri dia merasa seperti itu--yang senang karena dia berhasil melenyapkan orang yang menyentuh. Hal ini yang membuatnya marah pada diri sendiri karena berpikiran seperti itu. Demi Rembulan, Rein adalah adiknya! Bagaimana mungkin dia bisa tega berpikir seperti itu?
Pikiran-pikiran mengerikan itu berseliweran dalam kepalanya, nyaris membuatnya tidak tidur. Rion benci dia lemah di saat seperti ini.
Tubuh Rion menegang begitu instingnya menangkap ada sinyal berbeda di dekat kawanan. Jantungnya meloncat cepat begitu dia menyadari bahwa ada orang lain yang bukan kawanan masuk ke dalam daerah kekuasaan mereka. Apakah mereka diserang? Sejak kapan? Lalu mengapa tidak ada peringatan apapun? Pikirannya segera berlari pada Alfie yang sendirian dan ngeri berpikir bahwa mereka akan mencelakai mate-nya.
"Alfie!" Rion berlari menuruni anak tangga, tapi dia tidak menemukan anak muda itu di ruang tengah ataupun di tempat bermain, begitu pula di dapur. "Alfie!"
"Ada apa denganmu? Kenapa kau berteriak?"
Rion merasa lega luar biasa melihat Alfie yang keluar dari kamar mandi dengan wajah terheran-heran. Tapi Rion tidak luput melihat bahwa matanya bengkak dan memerah.
"Kau membuatnya menangis!" Serigalanya mengomel.
Rion tidak mengacuhkannya dan berjalan mendekati Alfie lalu memeluknya erat-erat. Perasaan sesak dan ketakutan di dadanya seakan menyadarkan pada satu hal. Bagaimana jika saat dia meninggalkan Alfie di Red Moon terjadi perang? Bagaimana bila ada penyusup datang dan membunuhnya? Atau menculiknya, memperkosanya? Rion dan serigalanya tidak akan bisa bertahan.
YOU ARE READING
Alpha Addicted
AdventureRion sudah lama bersahabat baik dengan teman sejak kecilnya, Alfie. Sejak kecil mereka selalu bersama. Meskipun seorang Omega, Rion sangat menyanginya sebagai saudara sendiri. Namun dia tak bisa selamanya bersama Alfie, karena dia harus mengikuti la...
11. The Oracle
Start from the beginning
