"Pergi dari hadapanku, Xien. Aku menghukummu menjaga daerah perbatasan di Utara. Kau harus tetap di sana sampai aku memintamu kembali."

Yash menahan diri agar tidak kehilangan kendali karena serigalanya merasa tersinggung karena Xien menantangnya. Xien bangkit, memegang hidung yang berdarah. Dia menggertakan gigi, tapi tidak mengatakan apapun dan memilih menunduk pertanda dia menerima hukuman, lalu keluar dari ruangan dengan pintu yang ditutup perlahan.

Mereka tidak bicara ataupun bertemu pandang sejak saat itu.

Dhe sudah mencoba membujuknya untuk memaafkan Xien. Perbatasan di bagian Utara lebih jauh dari perbatasan yang lain. Akan sulit bagi Xien untuk bolak-balik setiap hari menemui Faye. Dia juga harus membantu menjaga Avlan karena Avlan selalu merengek merindukan Xien. Tapi Yash masih belum merasa hukumannya selesai. Jika setiap kali anggota kawanannya dimaafkan dengan mudah karena sebuah kesalahan, maka dia tidak akan memiliki kharisma lagi.

Hukum tidak boleh pandang bulu.

Permasalahan utamanya, serigala dalam dirinya masih tersinggung.

"Mungkin, aku harus menghubungi salah satu Sire untuk mencari kebenaran," gumam Yash.

Serigalanya mendengus sebal. "Aku masih belum memaafkannya. Kau tidak seharusnya berada di pihaknya."

"Kau tahu dia tidak seperti itu. Berbohong bukan salah satu keahliannya."

"Dia menuduh Rein! Puteraku!"

"Namun, bagaimana kalau itu benar?"

Kali ini, serigalanya benar-benar marah dan tersinggung. "Kau benar-benar berada di pihak Elder itu? Menuduh Rein? Putera kita?" Karena Yash tidak ada bantahan, makhluk menyebalkan itu menggeram, "Lakukan sesukamu dan jangan mencariku!"

Yash menghela napas. Serigalanya menghentakan tubuh dengan anggun, membelakanginya, kemudian dengan ekor di atas dia berjalan menjauh dan menghilang. Makhluk menyebalkan itu menutup pikirannya dari Yash. Great. Bukan hanya dia harus bertengkar dengan Xien, kali ini dia juga bertengkar dengan Alpha.

Bila Yash dapat memilih, sebenarnya dia tidak ingin memercayai Xien. Tapi, hati kecilnya seakan berbisik kalau dia harus membuktikan perkataan Xien. Xien tidak pernah mengecewakannya. Sejak dia mengenal pria itu, Xien selalu netral, baik pada kawanan atau makhluk manapun.

"Namun, bagaimana kalau itu benar?" 

Dirinya sendiri yang bertanya seperti itu, tapi dia sendiri yang merasa ketakutan. Yash takut mencari kebenaran. Bagaimana bila apa yang dikatakan Xien benar? Bagaimana jika memang Rein yang membantai kawanan Serenity? Bagaimana bila selama ini Rein memang memiliki kemampuan? Bagaimana bila--aah, Yash tidak bisa berpikir jernih.

Menguatkan hati, Yash meraih gagang telepon. Dia membuka catatan, mencari salah satu nomor telepon yang dia butuhkan untuk membuktikan ucapan Xien.

"Semoga aku mengambil keputusan yang benar," gumam Yash penuh harap dan memencet tombol-tombol sesuai dengan catatan. Yash tidak menunggu waktu lama saat panggilannya terhubung di dering pertama, seolah dia sudah tahu bahwa Yash akan menghubunginya.

"Aku mengira-ngira kapan kau akan menghubungiku. Dugaanku telat sekitar dua detik. Aku harus berusaha lebih giat lagi untuk mengasah kemampuanku." Datang sapaan dari seberang telepon.

Mengapa Yash sama sekali tidak terkejut? "Apa kau ada waktu? Aku ingin membicarakan sesuatu padamu."

"Kami sudah ada di depan perbatasan Red Moon. Kau sedang butuh bantuan kan?"

Alpha AddictedWhere stories live. Discover now