Chapter 16 - Kecoa

2.2K 201 10
                                    

Meskipun Sekolah sudah bebas tetap saja masih ada remedialan. Hari ini Kelas gue XII IPS 1 main futsal melawan anak kelas X IPA 1 dan Bang Aldi tentunya ikut main.

Gue dan Kiki segera ke podium mencari tempat duduk paling depan, Kiki tidak ikut futsal katanya gak mau. Salsha? dia masih sibuk sebagai waketos padahal dia sudah kelas tiga, tapi tetap saja masih belum lengser.

"Boleh gabung, kan?"

Gue sedikit mendongak, itu Caitlin dan di sampingnya ada Angga, Zidny, dan Steffy.

"Boleh banget," jawab gue ceria.

Sudah sejak dua hari Lion King dan Cliver Club akrab, bahkan para murid pun tidak percaya kita selalu kumpul bareng, begitupun para guru yang sangat terkejut dengan keakraban dua Club yang sebelumnya bermusuhan itu.

"Harusnya Salsha dan Iqbaal ikut gabung juga bukannya ngurusin Classmeeting," protes Zidny.

"Sepertinya mereka berdua lebih mementingkan rekan osisnya daripada kita," celetuk gue yang keburu kesal karena tidak ada Salsha, kalau Iqbaal? Gue seneng malah gak ada dia di sini.

"Kata siapa kita lebih pilih rekan osis?"

Kita semua melirik ke belakang, ya dia Salsha dan Iqbaal dengan jas osisnya lalu duduk di belakang.

"Lagian futsalnya belum di mulai, kan?" cibir Salsha lalu pindah tempat duduk di samping Kiki meninggalkan Iqbaal duduk sendirian.

"Sal, lo ninggalin gue sendirian di sini?" protes Iqbaal.

"Oh iya Baal, jidat lo kenapa? Bibir lo juga memar? " tanya Zidny tiba-tiba melirik Iqbaal yang ada di belakang.

"Jangan bilang lo berantem?" heboh Angga.

"Kita memang berantem," ucap seseorang tiba-tiba dan gue yakin itu pasti si Karel.

Gue melirik ke belakang dan benar saja, bocah tengik itu.

"Gue, Iqbaal, sama (namakamu) kemarin berantem sama dua orang penjahat," cerita Karel, "mereka pria dewasa, jadi kita kesulitan melawannya, jadi gini deh." Karel menunjukkan wajah lebamnya.

"Tapi wajah (namakamu) gak ada satupun yang lebam?" tanya Steffy polos.

"Ya iyalah, sahabat gue ini kan ketua karate," ucap Kiki membanggakan gue.

"Dan seorang ketua karate sangat sulit untuk di lawan," lanjut Salsha ikut membanggakan gue, kalau begini gue juga bangga punya sahabat kek mereka.

"Ahh, itu penjahatnya aja yang gak tega mukul cewe," ucap Iqbaal dengan wajah datarnya.

Gue langsung melayangkan pukulan di kepala Iqbaal. "Aww, sakit, lo gak tau apa luka gue belum sembuh dan lo malah mukul gue," rengek Iqbaal.

"Aishh, gue kan mukul kepala lo, bukan jidat lo!" ucap gue kesal.

"Ya sama aja jidat gue, jadi sakit! Kepala gue jadi pusing, aduhh keknya gue mau pingsan deh," ucap Iqbaal memegang kepalanya.

"(Nam), lo bawa Iqbaal ke UKS deh," suruh Salsha panik.

"Iyaa kalau Iqbaal pingsan disini bisa berabe," panik Steffy.

"Tapi gue kan pen liat futs--"

"Nanti gue video, sekarang lo mending cepet bawa Iqbaal!" ucap Kiki heboh.

"Nanti Classmeeting biar gue urus, lo istirahat aja di UKS, Baal," ucap Salsha

"Tapi kenapa gue??"

Dua Saudara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang