Chapter 15 - Bad Day

2.4K 198 12
                                    

Kita semua sudah ada di sebuah Kafe, kita memutuskan untuk makan bersama untuk merayakan awal pertamanan kita, tapi tetap saja, meja kita berpisah karna satu meja hanya memuat lima orang dan si Karel tentunya ikutan nyempil di meja Lion King.

"Apa sebaiknya meja kita di random?" usul Salsha dan kita semua menatap Salsha aneh. "Kalau duduknya masih sesama Club ini sama aja kek belum damai gitu, jadi gimana kalau kita random aja?"

"Setuju, Sal" ucap Zidny semangat.

"Bagimana kalau kita random pake Hompimpah?" usul Kiki.

"Konyol sih, tapi keknya seru," ucap Steffy dan kita semua pun main hompimpah.

Hasilnya, Gue satu meja sama orang yang absurd semua kecuali satu, Steffy.

Gue satu meja sama Iqbaal, Bang Aldi dan Babas, aishh, sial banget sih duduk sama mereka? Untung saja ada Steffy yang masih bisa gue ajak ngobrol secara damai.

"Ahh, senangnya bisa satu meja ama yang waras,"ucap Salsha ceria.

"Heh Salsha, lo pikir gue kagak waras?" protes Bastian merasa jengkel mendengar ucapan Salsha.

"Lo yang ngomong, ya," ucap Salsha membaca menu.

"Ini gegara lo berdua, kita jadi juara tiga!" keluh Bastian menatap piala itu.

"HEH KEPITING REBUS! KOK LO NYALAHIN KITA LAGI?" ucap gue emosi karena sedari tadi bocah ini nyalahin gue dan Aldi terus.

"Ya ampun (nam), coba aja lo berdua gak telat tadi, mungkin kita udah juara satu," kekeh Bastian.

"Heh, kerempeng, lo sepupu durhaka, ya? Lo gak tau apa kita berdua rela gak sarapan gara-gara lomba band, tapi lo malah nyalahin kita?" ucap Aldi dengan alay.

"Aduh sipit, andai aja lo bangun lebih pagi, lo pasti bisa sarapan," ucap Bastian tak mau kalah.

"Dan ini gara-gara lo yang gak bangunin kita!" ucap gue menatap Babas tajam.

"HEH, LO PIKIR GUE EMAK LO?" ucap Bastian agak teriak, "lagian ya, masa nyokap lo gak bangunin lo, sih?"

"Nyokap gue mana tau lombanya jam delapan," jawab gue sinis.

"Ya! Lo bertiga! Gak cape apa debat mulu? Lo bertiga itu mengganggu Steffy sama Iqbaal tau!" Itu omelan Salsha dan kita bertiga diam karena makanan sudah datang.

"Ternyata kek gini seru juga, ya." Itu suara Zidny, di meja Salsha sangat damai, gue bisa mendengar obrolan mereka yang seru.

"Iya Zid, apalagi kalau kita hang out bareng," usul Salsha.

"Wah, boleh juga tuh, itu ide bagus," tambah Caitlin.

Pengen banget deh gue pindah ke meja Salsha, ah, si Karel pasti seneng banget tuh bisa satu meja sama pujaan hatinya.

"Eh (namakamu), kok bisa lo ngambil dompet gue? Ada bakat ya, lo?" ucap Iqbaal setelah mengunyah makanannya.

"Enak aja lo, tangan gue masih suci mana mungkin gue ngambil dompet lo!" jawab gue acuh tak acuh.

"Tapi tindakan lo itu bikin gue malu," ucap Iqbaal kini dia menatap gue.

"Gue kira lo gak punya malu," ucap gue menatap Iqbaal watados.

"Bukannya itu lo?" Iqbaal meledek gue lalu melahap makannya kembali.

"Lo kali," ucap gue sambil tertawa malas.

"Lo Belatung nangka!" ucap Iqbaal.

"LO TUH TOMKET SONGONG!"

"LO BELATUNG NANGKA!"

Dua Saudara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang