Part 24. Lucas

519 39 2
                                    

Liburan dikit lg kadaluwarsa:'

Happy reading
------------------------

Ada beberapa orang yang memilih untuk berhenti mencintai ketika tau orang yang dicintainya sudah dimiliki, tapi ada beberapa orang yang memilih untuk percaya jodoh tidak kemana.

Tapi apa pepatah jodoh tidak kemana bisa dijadikan tameng dihatinya kalau orang yang kita nanti ternyata sudah tidak lagi menunggu dan memilih untuk menyuruhnya pergi dan menjauh.

Layaknya sebelum mengetuk pintu ternyata sudah diteriaki oleh tuan rumah dari dalam untuk segera pergi.

Iya. Seperti yang Fe rasakan saat ini. Sebelum mengucapkan selamat datang, orang itu sudah pergi. Sebelum mengucapkan selamat tinggal, orang itu sudah menyuruhnya untuk pergi dan menjauh.

Berharap saat mereka bertemu menjadi suatu dinner yang berkesan. Menjadi dinner terakhir sebelum dirinya resmi menjadi istri orang lain.

Tidak ada pelukan hangat saat mereka bertemu kembali. Tidak ada pemaksaan untuk main ke rumahnya lagi sampai tidak tau waktu. Ia sudah tidak peduli tentang ia akan pergi kemana, ia tidak perlu repot-repot mencari keberadaannya lagi. Semuanya karena dirinya lebih berharap untuk gadisnya itu menjauh, tidak mendekatinya yang begitu berbahaya menurut penilaian orang lain.

Bayangan tentangnya yang selalu begitu keras kepala, selalu memaksa, marah ketika perintah tidak dituruti, tapi biar begitu ia merupakan sosok penyayang dan suka menyelamatkan orang. Ia begitu peduli dan menjadi seorang psikopat untuk melindungi orang yang ia sayang.

Dan dari situ Fe mulai menyukainya, ia mulai merasa aman ketika di dekat Daniel. Selalu mengeluarkan rona merah dipipinya ketika Daniel bersikap manis. Bahkan saat Daniel tidak bersikap manis, Fe mampu merasa panas disekitar pipinya yang hanya mengingat tentang Daniel.

Pertemuannya yang begitu absurd, membawa Fe kedalam kehidupannya yang ternyata begitu banyak kesedihan.

Dulu Fe anak SMA yang most wanted disekolah seketika hidupnya begitu berubah saat mengenal Daniel yang menjadi guru les privatnya dan tidak pernah sabar untuk mengajarinya. Andai ia masih SMA, ia akan menjuluki Daniel sebagai guru ter-kampret didunia.

Setelah pulang dari cafè tadi Fe sudah berhenti menangis dan sekarang tepat menatap ponsel pemberian Daniel. Daniel yang selalu merusak ponselnya dan ia juga yang membelikannya kembali.

Hanya terdapat satu foto dengan Daniel yang sekarang menjadi wallpaper ponselnya. Di ponselnya yang dulu sudah terlalu banyak fotonya dengan Daniel tapi sekarang ponsel tersebut sudah hancur karena Vano.

Fe tersenyum, masih setia memandang foto wallpaper tersebut. Wajahnya yang terlihat lebam karena aksi-jotosnya dengan Vano.

"Non, ada tuan Luke dibawah."

Raut wajahnya yang begitu sedih seketika berubah menjadi jutek mendengar nama Luke. Seandainya Luke tidak lahir di dunia maka tidak ada aksi perjodohan ini dan ia akan bahagia selamanya dengan Daniel.

Tangannya meraih kacamata di meja nakas agar mata bengkaknya tidak begitu terlihat. Pandangannya terpaku pada pisau kecil di dekat laci meja, dan seketika nama Luke terlintas di otaknya.

"Kalo gue ngebunuh Luke.... Ng-nggak, gue gak mau ngelakuin hal bodoh kayak gitu." Kepalanya menggeleng kencang, ia harus menyingkirkan Luke tapi tidak dengan membunuhnya.

Masih dengan pakaian yang sama saat bertemu Daniel di cafè tadi, Fe menuruni anak tangga dan langsung menemui Luke yang sedang asyik menonton TV.

"Mata lo kenapa?" Luke menarik kacamata Fe kemudian suara tawanya pecah diruangan sepi ini.

Wtf, Luke menertawakan mata Fe yang begitu aneh.

Luke tertawa sedangkan Fe menampilkan wajah datarnya, "Tadinya gue mau ngajak makan di luar, tapi gak jadi deh lo begini bikin malu gue aja." Katanya lagi disertai kekehan.

"Jadi makannya disini aja deh, masakin gue." Ucapannya sontak membuat Fe menatapnya dengan tatapan yang berarti 'lo siapa' seperti itu.

"Lo kan tunangan gue,"

"Im so fucking done about tunangan! Lo kan udah punya pacar, minta bikinin aja sama dia. Emang lo kira gue pembokat." Fe melangkahkan kakinya menjauh dari Luke yang menampakan wajah menyebalkannya.

"Gue emang punya pacar, tapi tunangannya sama orang lain. Jadi gue milih bikinin sama tunangan gue aja yang pasti bakal jadi istri hahaha," suara tawanya kembali terdengar dan terkesan seperti meledek dirinya.

Tangan Fe mengepal dan kembali mendekati Luke, "Lo masih mabuk? Pas pertama ketemu lo orangnya kalem gak kayak gini," Fe meninju lengan Luke berkali-kali.

"Stop it Fe, it hurts." Luke mengelus lengan kanannya yang memerah, "Gue capek pura-pura jaim. Masa lo lupa sama gue?"

Jawabannya sukses membuat Fe membulatkan kedua matanya dan kembali melipatkan kedua tangannya di depan dada.

"Lupa sama lo? Lo nya aja yang sok kenal." Kata Fe ketus.

"Luke, Lucas Michael Aldric."

Namanya bagus, orangnya naudzubillah. Ucap Fe dalam hati.

Sekedar nama panjang tidak membuat Fe tau tentang Luke. Lagipula ia baru pertama kalinnya mempunyai kenalan bernama Luke, terlalu asing.

"Buku foto tahunan lo pas lulus masih ada gak?"

Fe menuju ke kamarnya diikuti Luke dibelakang. Entah kenapa Fe menjadi penasaran dengan Luke.

'Senior High School - We Heart It'

Tangannya mengelus album foto tersebut, jadi teringat tentang masa SMA-nya dulu.

Emma, Iren? Fe tidak mempunyai kontaknya lagi karena ponselnya terkadang berganti karena rusak dan kontaknya hilang semua membuat dirinya dengan kedua sahabatnya itu lost contac.

Luke mengambil album foto tersebut dari genggaman Fe. Membolak-balikan foto beberapa kelas lain dan berhenti di kelas IPS 3. Tangan Luke menunjuk ke arah fotonya, fotonya?

Mulut Fe membulat tidak percaya kalau Luke dulu satu kelas dan seangkatan dengannya.

"Ini Michael bukan Luke,"

Ya, Fe mengenalnya sebagai Michael bukan Luke. Fe sempat mengenalnya tapi tidak lebih dari sekedar nama panggilan, karena memang dirinya tidak peduli dengan Michael yang terkenal begitu nakal disekolah dan Fe tidak tertarik bahkan sampai sekarang ia menjadi tunangannya.

"Lo gak inget gue?"

"Ngapain inget sama lo bukan siapa-siapa."

"Terserah, yang penting lo udah tau."

Luke meninggalkan kamarnya sementara Fe kembali membuka album foto tersebut. Masih tidak menyangka kalau ia dijodohkan dengan teman SMA nya dulu. Kenapa bisa kebetulan seperti ini? Fe baru sadar sikap Luke membawanya pada saat SMA. Dari caranya ia berbicara dan sikapnya.

Buru-buru Fe menepis nama Luke dari otaknya, ia kembali mengingat tentang Daniel yang benar-benar akan hadir di acara pernikahannya. Dan ia berharap semoga Luke tidak tau tentang Daniel, sudah terlihat kalau Luke tau pasti ia akan mengacaukannya. Luke bukan anak baik-baik.

"Besok kamu fitting baju di butik Chloe," suara yang sempat menjadi dirinya benci pada si pemilik suara tersebut kembali terdengar di balik pintu.

Fe membuka pintu kamarnya, melihat wajah ayahnya yang masih menampakan wajah galaknya. Dulu ayahnya tidak seperti ini.

"Aku punya satu permintaan, yah." Fe menarik nafasnya sebentar, "Undangan untuk teman-teman aku biar aku aja yang antar, termasuk Daniel."

"Tidak untuk Daniel."

"Ayah, ini buat terakhir kalinya." Nada suaranya melemah, air matanya pun sudah bergerumul.

"Siapa Daniel?"

Jangan sekarang, Luke.





Asik apdet

Les Privat! [END] - [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang