Chapter 7 "PENYESALAN"

Depuis le début
                                    

'Loh, kok malah Devon?' pikir Tasia.

"Loh, Dev?" tanya Tasia yang membuat langkah mereka terhenti.

"Gue cuma mau menyelamatkan lo dari si brengsek aja kok."

"Tapi kan gue pulang sama Ethan?"

"Gue udah ijin kok. Dia juga lagi di panggil Bu Wiwiek mau di kasih kisi-kisi buat matpel UAS besok."

Di mobil, mereka hanya diam, lagi-lagi tidak ada yang membuka suara mereka, kejadian ini berulang lagi seperti kejadian dimana pertama kali Devon mengajak Tasia untuk jalan bersamanya.

Merasa terlalu canggung, akhirnya Tasia lah yang duluan membuka percakapan.

"Dev, lo OSIS kan, ya?" tanya Tasia.

"Iya, kenapa?" jawab Devon, pandangannya masih lurus ke depan,

"Camping nya kapan? Gue udah gak sabar"

"Kan UAS selesainya besok, hari Jumat, terus kita bakal berangkat camping hari Minggu, besok juga bakal di kasih tau kok sama kak Willy." ujar Devon panjang lebar.

"Ohh.. Oke oke" ucap Tasia sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Makasih ya Dev! Hati-hati ya lo"

"Yoi, daah"

***

"Akhirnya besok selesai juga penderitaan gue" ucap Tasia

'Drrt.. Drrt..'

"Siapa nih tumben ada yang nelpon" ucap Tasia sambil mengeluarkan handphone kesayangannya dari saku roknya.

Tertera nama Derren disana.

"Duh ngapain sih"

Setelah berpikir beberapa saat akhirnya luluh juga hati Tasia, pikiran Tasia mengatakan tidak, tetapi hati Tasia mengatakan iya. Susah memang.

"Halo, Tasia?"

"Iye kenapa"

"Nggak belajar?"

"Belum, nanti. Duh, lo penting gak sih nelpon gue? Kalau gak penting mending gue matiin deh ya."

"Eh! Jangan! Gue mau ngomong sesuatu"

"Apaan?"

"Maafin gue, Tas.."

"Basi. Udah ya."

"Jangan di matiin dulu, Tas. Serius, maafin gue. Jangan diem-diem an dong sama gue."

Tasia tetap diam, tidak membalas pembicaraan lawan bicaranya tersebut.

"Gue tau gue salah, gue juga sedang berusaha agar lo maafin gue, manusia nggak ada yang sempurna, Tas. Gue sempet berpikir berkali-kali, kayaknya gue sia-sia ya dateng ke Jakarta. Tujuan gue dateng ke Jakarta cuma untuk lo, Tas." ucap Derren dari sebrang sana sambil membuang nafas nya kasar.

"Tapi, setelah gue pikir-pikir, gue nggak boleh mikir kalo gue dateng ke Jakarta tuh sia-sia. Mau tahu nggak kenapa?"

"Kenapa?" akhirnya Tasia menjawab.

"Karena gue seorang lelaki. Lelaki harus selalu menepati janjinya. Harus bisa membuktikan nya, gue ke Jakarta hanya untuk lo. Hanya untuk mendapatkan permintaan maaf lo. Gue nggak bisa berpikir gue sia-sia dateng ke Jakarta, karena lo udah di depan mata gue,"

"Gue nggak boleh lupa sama tujuan awal gue, tujuan awal gue dateng kesini tuh apa. Gue gak boleh lupain itu. Gue bener-bener minta maaf, Tas. Gue bakal pergi kalau lo udah maafin gue."

Can I?Où les histoires vivent. Découvrez maintenant