A Message

465 23 3
                                    

Raka yang sedang mengerjakan soal-soal latihan ujian nasional diatas meja belajarnya merasa pintu kamarnya dibuka. Ternyata, sahabat gadisnya tengah berdiri diambang pintu.

"Hallaawww Rakaaa!!" Sapanya dengan senyum sumringah. Tapi Raka hanya melirik sekilas lalu kembali fokus pada bukunya. Tanpa aba-aba, Rere masuk dan duduk ditepi ranjang.

"Ko lu diem aja sih Raka? Ngga seneng apa kalo gue kesini?" Ia bicara pada Raka yang duduk membelakanginya.

Raka membalikan badannya, "Emang gue harus gimana? Harus heboh gitu? Tiap hari juga kan ketemu." Raka kembali fokus pada bukunya.

Resya mendengus. Ia bingung harus apa sekarang. Menemani Raka belajar, Rere membuka ponsel. Terlintas dipikirannya, perihal kencan butanya tadi siang. Kenapa kak Adit belum sms gue juga ya?

Raka merasa suasana sangatlah sepi, ia menengok melihat Resya. Resya terlihat gelisah, tidak mengerti apa yang dipikirkannya. Sudah beberapa menit, ia menggulingkan badannya kekanan lalu kekiri sambil terus memegang ponselnya. Ketika ponsel itu masih juga tidak berdering untuk sms yang ditunggunya, akhirnya Resya menyerah dan membenarkan posisi tidur yang sebenarnya.

"Raka."

"Hhmmmm"

"Thanks buat hari ini."

Raka meletakkan pulpennya dan berbalik menatap Resya. " Buat?"

"Karna tadi lu ngga jemput, gue jadi bisa dianterin sama Kak Adit."

"Lu seneng, gue lebih seneng Re." Raka meraih pulpennya lagi.

Tak ada lagi obrolan setelahnya. Menit demi menit berlalu. Berganti menjadi jam. Sekarang sudah jam 21.10. Raka memutuskan untuk mengakhiri belajarnya. Tapi suasana masihlah sama. Raka memutar badan nya untuk melihat sahabat kecilnya. Ternyata Resya tertidur sambil memegangi ponsel ditangan kanannya. Raka menghampiri dan duduk disampingnya, merapikan helaian rambut yang sedikit berantakan.

Lu cantik, Re. Kalo aja bukan sahabat gue, mungkin lu udah gue pacarin kali. Raka berkata dalam hatinya. Sesaat sebelum Raka ingin beranjak pergi, ponsel Resya berdenting. Ada sebuah sms dari nomer tak dikenal. Ia tak membukanya, hanya melihat dari jendela notif. Kurang lebih pesannya seperti ini :

Malem, re. Ini gue adit.

Raka tersenyum membacanya. Ini alasan mengapa sedari tadi sahabatnya itu terlihat uring-uringan. Ia sedang menunggu pesan dari seseorang. Raka sudah mulai menguap. Eiits, jangan salah paham hanya karna mereka sekamar. Mereka tidak tidur seranjang, melainkan Raka tidur disofa yang ada dikamarnya.

♧♧
"Astaga!! Omaygat!! Omaygatt!! Raka bangun!! Rakaa!!!" Resya terus berteriak layaknya kamar ini adalah hutan.

"Berisik lo." Kata Raka yang setengah sadar.

"Nih liat!!" Resya menunjukan jam weker yang ada dimeja samping ranjangnya. Raka langsung terduduk. Ia kaget dan matanya masih memerah. Bukannya langsung bergegas mereka malah berpandangan untuk beberapa detik, barulah beranjak dari posisinya. Baru disadari ternyata Raka lupa menyortir jam wekernya.

"Mii!! Mamiiii!! Kita kesiangan, Mii!!" Raka berteriak sambil berlari. Karna panik, Raka tidak berpikir untuk mandi dikamar mandi yang ada dikamarnya, ia malah pergi kekamar mandi yang lain.

Resya berlari kerumahnya. Sesaat sebelum Resya keluar rumah, Raka berkata pada Rere "Dandannya jangan lama-lama, Re." Lagi buru-buru masih aja bercanda.

"Maaa!! Mamaa!! Aku telat, Maa!!" Resya berlari kedalam rumahnya. Mama hanya terheran-heran melihat kelakuan anak gadisnya. Resya segera bersiap. Ia tidak terpikirkan akan sesuatu hal. Resya sudah rapi dengan seragamnya, lalu berlari kecil mengambil roti untuk mengganjal perutnya.

Ketika sedang mengoleskan selai pada roti, tiba-tiba Mama muncul, "Mau ngapain?"

"Mau sekolah, Ma. Udah telat nih!!"

"Jam segini mau sekolah? Nanti juga disuruh pulang."

Baru saja mau menggigit roti, tapi tidak jadi. Resya baru teringat, hari ini guru piketnya guru yang killer. Mending ngga usah sekolah sekalian daripada jadi kuproy, disuruh bersih-bersih ini itu.

Bersamaan dengan itu, tiba-tiba Raka datang dengan tawanya. "Hahahah... mau ngapain lu, Re? Sekola? Tanggung, udah jam segini."

"Eh kampret lu ya!!! Namanya juga orang lagi kinap." Geram Resya.

Resya mengganti bajunya, lagi. Mereka sekarang sedang berada dihalaman. Duduk diayunan usang yang sewaktu kecil menjadi basecamp untuk bercerita segala hal tanpa orang lain tahu.

"Yang enak ngapain nih, Re?" Tanya Raka.

"Apa ya? Kita nyanyi-nyanyi aja, Ka. Kali aja gua bisa jadi artis."

"Mana ada penyanyi suarannya sember kaya kaleng rombeng? Hahah."

"Dih ngga usah ketawa lu! Buruan ambil."

"Iya iya gua ambil gitarnya dulu."

Sembari menunggu Raka, Resya membuka ponselnya. Sedari tadi ia tidak terpikirkan untuk  mengecek ponselnya. Ternyata ada pesan.

"Malem, re. Ini gue adit"  Sepatah kalimat singkat itu sudah membuat hati Resya kesenangan. Ia bingung harus mambalas apa agar chating ini tidak berujung. Resya terus menggerakan kedua jempolnya diatas keyboard touchscreen-nya.  Ah sudahlah. Biarlah seperti apa ini akhirnya.

"Iya, Kak. Sorry semalem ketiduran hehe" Begitulah Resya membalasnya.

Raka kembali dengan gitarnya. Memangkunya, lalu memetik satu persatu senar yang ada sebagai intro. Kali ini mereka berkolaborasi, menyenandungkan lagu Ed Shereen dan Biyonce, sambil merasakan cahaya mentari yang sedikit terik dengan semilir angin yang membawa debu.

Dilain tempat, Adit sedang bersama temannya di Kantin. Eittss.. Adit bukan tipikal orang yang suka bolos pelajaran apalagi ini masih pagi. Guru yang mengajar tidak masuk dan hanya memberikan tugas yang tidak wajib dikumpulkan.

Selagi mengobrol, hp Adit bergetar. Ternyata itu balasan dari Resya. "Eh gue ke kamar mandi dulu ya." Entah angin darimana, ia segera berdiri dari duduknya.

Alih-alih buang air kecil, ia malah berdiri didepan pintu toilet. Ternyata Adit mencari celah untuk menghubungi Resya tanpa temannya tahu. Ada sedikit keraguan. Akhirnya Adit menekan call. Masig terdengar bunyi tuuuttt dalam ponselnya dan akhirnya "Hallooo.."

"Hai.. Hallo.." Adit sedikit gugup. "Ini gue Adit. Save nomer gue ya." Adit bingung, hanya itu yang bisa ia lontarkan.

"Eh--iya iya ka." Hanya itu respon Resya. Mereka terdiam tapi telpon masih terhubung.

"Yaudah gue tutup ya." Adit mengakhiri sambungan. Bukab Resya sombong karna hanya merespon seperti itu. Adit tidak tahu saja kalau apa yang dia lakukan barusan membuat hati Resya berdegup kencang.

♤♡♧♡♧♤
I'm come back. Sorry buat readers yang udah nungguu lamaaa banget. Pada ga lumutan kaaaaaann?

Jangan lupa vote dan comment ya guyssss. I loph yuuuu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 03, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

FallingWhere stories live. Discover now