[5] : Sifat Bunglon

2.1K 130 10
                                    

Normal's POV

Ari dan Ainayya kini tengah menikmati ice cream rasa coklat di taman kota Bandung. Sudah 2 jam mereka berada di taman kota Bandung sejak pukul 8 pagi.

Ainayya yang mengajak Ari untuk jalan-jalan ke taman kota Bandung. Karena, hari ini adalah hari minggu, hari dimana semua anak-anak sekolah untuk beristirahat dari mata pelajaran.

"Ri, menurut gue, lo sekarang udah punya sifat unik," ucap Ainayya sambil memandang Ari yang kini tengah memandang lurus kedepan.

"Maksud lo?" tanya Ari datar.

Ainayya mencebikkan mulutnya lucu, "Tuh, tuh, sifat lo udah keluar tau! Nih ya gue kasih tau, lo itu udah punya sifat bunglon sekarang, lo pasti gak nyadar kan?" Ari menautkan alisnya. Bingung

"Lo ngomong apa sih? Gue mah kagak ngerti," ucap Ari sedikit tertawa sumbang.

"Ihhhh, susah ya jelasin ke orang yang pada nya sifat bunglon, nih ya lo tau kan kalo bunglon itu suka ganti warna kulitnya sesuai dengan tempat yang dia tinggali?" tanya Ainayya. Ari menganggukkan kepalanya.

"Nah, lo juga gitu! Kadang lembut, kadang dingin, kadang datar kayak tembok, kadang ramah, kadang ketus, turunan dari siapa sih?" tanya Ainayya kesal.

Ari terkekeh geli melihat wajah Ainayya, "Lo lucu," ucap Ari.

"Tuh kan, sekarang malah ketawa, tau ah cecan pusing," ucap Ainayya sambil memegangi kepalanya seperti orang pusing.

Ari tertawa dengan sangat kencang sampai-sampai memegangi perutnya dan juga matanya mengeluarkan air mata.

Ainayya hanya memasang wajah datar, sedatar-datarnya. Lalu ia berjalan menuju jalan raya untuk menyetop taksi.

Ari menyusul Ainayya ketika ia sudah selesai tertawa.

"Udah luas ketawanya?" tanya Ainayya tajam.

"Udah, puas banget malah," ucap Ari.

Ainayya menyetop taksi dan kemudian mereka segera memasuki taksi tersebut.

"Nay," ucap Ari.

"Hmm." yang ditanya hanya bergumam.

"Kan sekarang masih jam 11 siang nih, gimana kalo kita ke toko buku dulu? Mau nggak?" ajak Ari.

"Gimana ya? Yaudah deh, tapi pulangnya gue mau ke apart nya si iqbaal ya," ucap Ainayya. Ari hanya mengangguk.

"Si Iqbaal betah di apartnya?" tanya Ari.

"Iya, gue juga heran dia dari kelas 3 SMP, sampe sekarang di apart mulu. Ahhh, lo kayak gak tahu dia aja, dia kan sering bawa cewek!" Ari melongo tak percaya.

"Jangan ngarang deh!" ucap Ari.

"Yah, lo mah gak tau! Nih ya, semenjak si Iqbaal jadian sama seorang cewek yang kalo gak salah namanya Zidny dia jadi berubah, anjir," ucao Ainayya heboh.

"Jangan heboh, malu diliatin bapak supir," ucap Ari datar.

Bapak supir hanya terkekeh sambil melihat dari spion, sedangkan Ainayya senyum malu-malu ayam gitu. Shy shy chicken.

"Oke maaf, gue terusin, semenjak itu gue jadi jarang ka apartnya lagi, dan mungkin ini kali pertamanya lagi guru kesana, semoga aja cewek itu gak ada disana," ucap Ainayya sambil menekankan kata cewek.

"Kayaknya lo gak suka sama cewek itu," ucap Ari.

"Ya! Lo bener! Gue emang gak suka sama cewek itu, nih ya lo gak tau kalo ceweknya si Iqbaal itu cewek gak bener," ucap Ainayya.

"Jangan ngarang, jangan fiitnah," ucao Ari datar.

"Ah udahlah, cape ngomong sama bunglon mah." Ainayya melipat tangannya di dada.

"Pak, toko buku Gramedia ya," ucap Ainayya pada bapak supir.

"Oke neng geulis," uvap bapak supir dengan logat sundanya.

Ainayya merasa bosan karena Ari susah diajak ngobrol nya, lalu ia berinisiatif untuk mengobrol dengan bapak supir.

"Pak, aku mau ngobrol sama bapak. Boleh gak?" tanya Ainayya sambil memegang kursi bapak supir.

"Boleh, emangnya eneng teh mau ngobrol apa?" tanya bapak supir sambil tersenyum.

"Bapak punya anak yang seumuran sama aku nggak?" tanya Ainayya.

"Punya, tapi anaknya cowok, namanya Ahmad Syaiful," ucap bapak supir.

"Eh betewe kita harus kenalan duku dong, kenalin pak nama aku Ainayya Nathania Winata. Kalo nama bapak?" tanya Ainayya.

"Nama bapak, Syarief Hidayat, neng," jawab bapak supir.

"Ohh, anak bapak sekolah dimana?" tanya Ainayya.

Ari yang melihat percakapan antara Ainayya dan bapak supir hanya memasang wajah datar, sangat datar.

Cewek aneh! Kok bisa ya gue sahabatan sama cewek yang kagak punya malu? Hadehhh. Batin Ari.

"Neng udah sampai, nanti lagi ya ngobrolnya," ucap bapak supir.

"Oke pak, tapi boleh kan kalo misalnya aku mau main ke rumah bapak? Sekalian pengen ketemu sama anak bapak," ucap Ainayya sambil terkikik.

"Boleh, rumah bapak ada di Kampung Durian Runtuh, samping rumah warna biru, rumah tok dalang," ucao bapak supir.

Ainayya hanya mengangguk, "Oke pak, makasih ya, oh ini ongkosnya kembaliannya buat bapak aja, yuk, Ri!" Ainayya dan Ari turun dari mobil.

Sebelumnya, bapak supir sudah berterima kasih pada Ainayya. Dan Ainayya hanya tersenyum.

Ari dan Ainayya berjalan memasuki toko buku, selama perjalanan Ari hanya memasang wajah dingin.

"Ri, mukanya jangan dingin-dingin atuh, tadi kan elo yang ngajakin gue kesini," ucap Ainayya rada kesel.

Ari melirik sekilas Ainayya lalu melanjutkan perjalanannya meninggalkan Ainayya. Ainayya hanya bisa menghentak-hentakan kakinya.

"DASAR COWOK BUNGLON! MUSNAH AJA LO DARI MUKA BUMI INI! ARI NYEBELIN ANJIR, TUNGGUIN GUEEEEEEEEE!!!!!!!!!!" Teriak Ainayya hingga semua pasang mata melihat ke arahnya.

*
Anjir malu dasar cewek aneh, untung sahabat gue, kalo bukan udah gue rajam! -Ari.

Si Ari nyebelin anjir! Gara-gara dia semua orang natap gue aneh. Awas aja lo Ri! -Ainayya.

*

Happy New Year 🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎉🙏🙏🙏🙏

Tau kok telat. Telat banget. 😂

Don't forget to Vote and Comment. Thank's.

Arham

01 - Januari - 2017 // 9:29 p.m.

[2]  When Mr Badboy Love Miss Muslimah • AriirhammWhere stories live. Discover now