VS 38 | Cherish

866 123 7
                                    

( Disarankan : ♪ Mayu Sakuma [ CV : Yui Makino ] - Dare Yori Suki Nano ni )

Bip!

"Siapa sih jam segini? Ganggu aja," ujar Helen yang sedang berbaring di atas kasurnya. Tangannya meraba-raba meja belajar yang berada tak jauh darinya. Mengambil benda kotak yang menimbulkan suara itu.

Bisa ke café crossdress pajajaran, nggak? Penting.

Helen langsung terperanjat kala tahu siapa pengirim pesan itu. Sebal sih ada. Tapi entah kenapa hatinya luluh oleh manusia satu itu. "Nathan sialan," gumam Helen sambil mengulas senyumannya.

Ia bergegas ke kamar mandi. Tentu saja untuk mandi. Memang terlalu siang. Tapi memangnya mau kalau pergi begitu saja? Semalas-malasnya Helen, secuek-cueknya Helen, kalau mau pergi minimal mandi. Kalau tampilan, sih, urusan belakang.

Setelah selesai dengan serba-serbi kebersihan, gadis itu langsung mencari baju. Oh ya, tadi Nathan bilang di crossdress café, kan? Berarti pakaian wibu pun bukan masalah. Akhirnya ia memilih baju yang mirip seragam sekolah jepang dan rok pendek di atas lutut. Tapi pakai leging hitam. Ditambah sweater tanpa lengan yang warnanya senada dengan roknya.

Ia mau cosplay atau apa, sih? Bodoamat lah~ yang penting ia harus bergegas pergi ke tempat itu. Setidaknya ada hal untuk mengisi awal liburannya.

"Mama, aku berangkat." Helen berlari menuruni tangga dengan cepat.

"Mau kemana?" teriak mama dari dapur.

"Ada janji sama Kak Nat," teriak Helen diiringi tatapan heran mama di dapur.

"Nat mana?"

"Mana lagi," Helen juga berteriak sembari memakai pentofelnya. Ia benar-benar mau cosplay, gila. "Kakaknya Ryssa." Suaranya terdengar samar karena sudah berjalan di depan rumah. Mama yang tak mendengarnya hanya menggedik.

Biarlah, dari pada terus-terusan di kasur. Soal Nat, paling juga teman main game-nya anak itu. Kalau tidak siapa lagi? Tetangganya?

***

"Ya ampun, Len, ckck," decak Nathan saat melihat kedatangan gadis itu yang memakai pakaian ... anak cosplay. Memang tidak salah tempat, sih. Tapi kan.... Wibusquad, batinnya.

Sementara Helen melirik cewek yang ada di sebelah Nathan dengan mulut datarnya. Kalau gini gadis itu kelihatan polos sekali. "Dia siapa?" tunjuk Helen dibalas senyuman dari Glow.

"Duduk dulu," ujar Nathan mempersilakan. Duuh apa banget bahasanya.

"Ada apa, sih?" Helen kembali bertanya.

Bohong kalau ia tak khawatir. Dadanya bahkan sudah menyesak. Pikirannya mulai melantur kemana-mana. Tentang siapa cewek itu, apa hubungannya dengan Nathan, lalu kenapa harus memanggil dirinya. Tapi.... Nggak, nggak! Ia menggelengkan kepalanya. Membuang semua pikiran bodohnya. Ia tak boleh cemburu begitu saja. Ah, kata menjijikan itu harus enyah.

"Len," panggil gadis itu membuat Helen yang tadi menundukkan wajahnya mendongak. "Tak perlu khawatir. Aku tak punya hubungan apapun dengan pasangan takdirmu itu." Ia tersenyum.

Helen terdiam sejenak, mencerna apa yang dikatakan orang itu. Bahasanya baku dan apa tadi katanya? Pasangan takdir? Bukankah kalimat itu....

"Aku sama seperti Flash," katanya menjawab pertanyaan Helen yang bahkan belum ia tanyakan. "Aku Glow."

Tunggu dulu! Jadi ... makhluk yang ada di hadapannya saat ini adalah malaikat takdir juga seperti Erza a.k.a Flash. Tapi ... apa tujuannya ke sini? Bukankah Flash yang mengurus takdir mereka berdua. Tapi kenapa sekarang malah Glow yang seolah turun tangan.

Love Life an Enemy Couple [END]Where stories live. Discover now